158 research outputs found
Candida Antartica Lipase B Mediated Kinetic Resolution Of Racemic Acebutolol
Asebutolol masih lagi dipasarkan dalam bentuk rasemik sehingga kini.
Kecenderungan terhadap penghasilan enantiomer tunggal bagi ubat-ubatan berbentuk
kiral adalah didorong oleh beberapa faktor antaranya kesan yang berbeza daripada
enantiomer tersebut, permintaan dalam pasaran yang semakin meningkat, juga
peraturan yang semakin ketat terhadap pengeluaran ubat-ubatan tersebut. Oleh itu,
resolusi kinetik terhadap rasemik asebutolol dikaji menggunakan perantaraan lipase
dalam reaktor kelompok dan reaktor membran berenzim. Kaedah sambutan
permukaan dengan rekabentuk central composite design (CCD) digunakan untuk
analisis data bagi reaktor kelompok. Faktor yang dikaji adalah merangkumi jumlah
enzim, kepekatan substrat dan penderma asil dan suhu tindakbalas. Kajian mendapati
bahawa tindabalas di dalam reaktor kelompok ini mencapai optimum dengan 320 mg
enzim, 50 mM kepekatan Asebutolol, 140 mM kepekatan vinil asetat and suhu 40 oC,
memberikan kadar pertukaran sebanyak 46% dengan nilai E dan ees masing-masing
15 and 73%. Tenaga pengaktifan dan penyahtabii bagi enzim di dalam reaktor
kelompok dalam kajian ini dianggarkan masing-masing sebanyak 39.63 kJ/mol dan
54.90 kJ/mol. Pemalar pendeaktifan kd meningkat sebanyak 0.012-0.031 per jam
dengan peningkatan suhu daripada 45 oC ke 60 oC. Nilai entalpi adalah 52.12
kJ/mol.K dan entropi adalah -0.18 kJ/mol.K. Berdasarkan dapatan daripada tindak
balas di dalam reaktor kelompok, resolusi kinetik Acebutolol telah berjaya dilakukan
di dalam reaktor membran berenzim. Kesan jumlah enzim, kepekatan substrat dan
penderma asil, pH larutan penimbal, suhu tindakbalas, kadar aliran fasa organik dan
tekanan transmembran. Tindakbalas di dalam reaktor membran berenzim mencapai
nilai optimum pada pH 7, 40 oC dan TMP 6 psi, dengan kadar aliran fasa organik
sebanyak 40 ml/min. Ia memberikan nilai pertukaran 40%, E sebanyak 23 dan ees
sebanyak 84%. Tindakbalas enzim di dalam reaktor kelompok dan reaktor membran
berenzim kedua-duanya mematuhi mekanisme Ping Pong Bi Bi. Parameter kinetik
untuk enzim bebas di dalam reaktor kelompok adalah seperti berikut: KMace =8.53
mM, KMva =5.19 mM, dan Vmax =1.18 mM/h. Manakala parameter kinetik untuk
enzim tersekatgerak di dalam reaktor membran berenzim adalah seperti berikut;
Kmace app = 2.13 mM, KMvaapp = 1.23 mM dan Vmax app =2.33 mM/h. Nilai pemalar
perencat pula adalah KIace=10.72 mM, KIva,= 3.71 mM, KIace app = 11.56 mM dan KIva
app=3.89 mM. Prestasi CALB di dalam kedua-dua jenis reaktor telah dibandingkan.
Enzim tersekatgerak di dalam reaktor membran berenzim memberikan kapasiti
tindak balas yang lebih tinggi, kestabilan terma yang lebih baik, afiniti yang lebih
tinggi kepada substrat dan juga menunjukkan rintangan tinggi terhadap kesan
perencat berbanding enzim bebas di dalam reaktor kelompok. Kelebihan enzim
tersekatgerak dilihat amat berpotensi untuk diaplikasikan dalam industri penghasilan
enantiomer tunggal, terutamanya penyekat beta dalam masa terdekat.
________________________________________________________________________________________________________________________
Acebutotol is still available in racemic form. The increasing preference for single or
pure enantiomer of chiral drugs is driven mainly by the different effects of the
enantiomers, the high market demand and the guidelines issued by regulatory
authorities. Therefore, the kinetic resolution of racemic acebutolol is studied in batch
and enzymatic membrane reactor. The response surface methodology based on
central composite design (CCD) was employed for optimization and analysis of
kinetic resolution of racemic acebutolol in a batch reactor. The process variables
which were taken into account include; enzyme loading, substrate concentration, acyl
donor concentration and temperature. The optimum conditions were found to be 320
mg of enzyme loading, with acebutolol concentration of 50 mM, vinyl acetate
concentration of 140 mM and temperature at 40 oC, giving the overall conversion of
46.6%. The value of enantioselectivity E and enantiomeric excess of the substrate ees
were found to be 15 and 73%, respectively. Lipase activation and deactivation
energy was estimated to be 39.63 kJ/mol and 54.90 kJ/mol, respectively.
Denaturation constant, kd was increasing from 0.012-0.031 h-1 with the increasing
temperature from 45 0C to 60 0C. The value of enthalpy and entropy for free Candida
antartica lipase B were 52.12 kJ/mol.K and -0.18 kJ/mol.K, respectively. Based on
the finding from the batch reaction, kinetic resolution of acebutolol has been
successfully conducted in enzymatic membrane reactor (EMR). The effects of
enzyme loading, substrate and acyl donor concentration, pH of buffer solution,
reaction temperature, and organic phase flow rates, and transmembrane pressure
(TMP) were investigated. The optimum operating conditions for the lipase-catalyzed
kinetic resolution in an EMR system were pH 7, 40 oC and TMP of 6 psi at organic
flow rate of 40 ml/min. This condition gave 40% overall conversion,
enentioselectivity of 23 and ees of 84%. The reaction kinetic was found to obey the
Ping Pong Bi Bi mechanisms for both free and immobilized lipase from Candida
antartica B . The kinetic parameters for the free lipase were: KMace =8.53 mM, KMva
=5.19 mM, and Vmax =1.18 mM/h. The apparent kinetic parameters for the
immobilized lipase were: Kmace app = 2.13 mM, KMvaapp = 1.23 mM and Vmax app =2.33
mM/h. The kinetics of kinetic resolution accounted for both substrates inhibitions.
The inhibition constants were given by KIace=10.72 mM, KIva,= 3.71 mM, KIace app =
11.56 mM and KIva app=3.89 mM. The performance of free and immobilized CALB
were compared. The immobilized lipase in EMR gave higher reaction capacity,
better thermal stability, higher affinity to the substrates and exhibited higher
resistance towards the inhibition effect. The advantages of immobilized enzyme
makes it possible for economical industrial production of chiral drugs, particularly
beta blockers in the near future
A current review on the application of enzymes in anaerobic digestion
Although the anaerobic digestion process is widely applied in waste management, it is recognised that the hydrolysis step in the treatment is a bottleneck that can restrict the rate that methane is produced. Enzyme addition during hydrolysis of a substrate has been reported as a promising alternative to overcome this limitation. This chapter presents a review of the supplementation of enzymes to facilitate the hydrolysis process of various types of substrates in the anaerobic digestion system
Terapi Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit
Sleep difficulty commonly affect patients after operation and could impede the healing  process. Therefore it is necessary to have an alternative intervention that can cope patient sleep without medicine, that is  by using Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) therapy. The aim of this study was to investigate the effect of SEFT therapy on the improve quality of patien sleep on post operation. This study used Pre-post test control group design. The number of samples of each group was 10 respondents, with using simple purposive sampling technique. The SEFT Therapy  was performed for 5 minutes one times a day and the quality of patient sleep was evaluated by using analog visual closs scale. Statistical tests applied the Anova test, with a = 0.05. The  result of one way anova test on first day had value P= 0,009 and on third day had value P= 0,000. Based on the results can be concluded that SEFT can improve the quality of patient sleep significanly. SEFT can be recommended as a nursing intervention to improve the quality of patient sleep on post operation in hospital
Sholat Dhuha Dengan Gerakan Isometrik Predominan Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK Sampai saat ini, latihan dengan gerakan isometrik belum banyak dimanfaatkan. Latihan dengan gerakan isometrik telah terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan efektif. Sholat Dhuha bila dilaksanakan dengan khusu', terjadi Sholat Dhuha Dengan Gerakan Isometrik Predominan Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat gerakan isometrik predominan.Sesuai dengan irama sirkandial, sholat Dhuha dapat menghambat sekresi hormon stress di pagi hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sholat Dhuha dengan gerakan isometrik predominan terhadap penurunan kadar glukosa darah. Metode Penelitian menggunakan True experiment, desain Randomized Control Group Pre test – Post test Design. Sampel penelitian simple random sampling. Sholat dhuha dilaksanakan selama 30 menit 8 rakaat, kadar glukosa darah diukur menggunakan gluko-test. Uji statistik menggunakan Uji T, dengan a = 0,05. Hasil penelitian diketahui sholat Dhuha dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan nila Ï = 0,000. Berdasarkan hasil penelitian, maka sholat Dhuha dapat dipergunakan sebagai alternatif pengganti olahraga untuk menurunkan kadar glukosa darah di pagi hari dan dapat bermanfaat untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat baik kesehatan jasmani maupun rohani. Kata kunci: sholat dhuha, isometrik predominan, glukosa darah ABSTRACT Until now, Exercise with isometric movement has not been widely utilized. Exercise with isometric movement has been shown to decrease blood glucose levels effectively. Dhuha prayer when carried out with khusu', occurs predominantly isometric movements. In accordance with the rhythm sirkandial, Dhuha prayer can inhibit the secretion of stress hormones in the morning. This researchaimstodetermine the effect ofprayerDhuhawithisometricmovementpredominantlyto the decrease inbloodglucoselevels. Methodusing theTrueExperimentResearch, with design of RandomizedControlGroupPreTest-PostTestDesign.The research sample using simple randomsampling.Duhaprayerheldfor 30minutes 8cycles, bloodglucoselevelsmeasured byarterialbloodsamplesusinggluko-test. Statistical testsusing theTTest, withsignificancelevel ofa=0.05.The resultsobtained that Dhuhaprayercan decreasebloodglucoselevelswithmeaningful with Ï value = 0.000. The results of research known that Dhuha prayer can decrease blood glucose levels with a value Ï = 0.000. Based on this research, then the prayer Dhuha can be used as an alternative exercise to decrease blood glucose levels in the morning and can be beneficial to increase the level of public health both physical and spiritual health. Keywords: dhuha prayer, predominantlyisometric, blood glucos
Sholat Dhuha dengan Gerakan Isometrik Predominan untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat
Until now, Exercise with isometric movement has not been widely utilized. Exercise with isometric movement has been shown to decrease blood glucose levels effectively. Dhuha prayer when carried out with khusu\u27, occurs predominantly isometric movements. In accordance with the rhythm sirkandial, Dhuha prayer can inhibit the secretion of stress hormones in the morning. This researchaimstodetermine the effect ofprayerDhuhawithisometricmovementpredominantlyto the decrease inbloodglucoselevels. Methodusing theTrueExperimentResearch, with design of RandomizedControlGroupPreTest-PostTestDesign.The research sample using simple randomsampling.Duhaprayerheldfor 30minutes 8cycles, bloodglucoselevelsmeasured byarterialbloodsamplesusinggluko-test. Statistical testsusing theTTest, withsignificancelevel ofa=0.05.The resultsobtained that Dhuhaprayercan decreasebloodglucoselevelswithmeaningful with Ï value = 0.000. The results of research known that Dhuha prayer can decrease blood glucose levels with a value Ï = 0.000. Based on this research, then the prayer Dhuha can be used as an alternative exercise to decrease blood glucose levels in the morning and can be beneficial to increase the level of public health both physical and spiritual health
ANALISIS TERHADAP SYARAT PENGUNDURAN DIRI DARI KEDUDUKAN/JABATAN TERTENTU BAGI CALON KEPALA DAERAH
Dilatarbelakangi oleh keingintahuan terhadap persoalan seputar syarat pengunduran diri dari kedudukan/jabatan tertentu bagi Calon Kepala Daerah, maka disusunlah tulisan ini. Dalam peraturan perundangan pilkada manakah persyaratan tersebut pertama kali ditentukan, termasuk relevansinya dengan peraturan perundangan lainnya, apakah yang melatarbelakangi hingga persyaratan tersebut ada, serta bagaimanakah implikasi persyaratan tersebut terhadap pelaksanaan pilkada, itulah pertanyaan-pertanyaan yang akan dijelaskan dalam tulisan ini. Setelah melalui proses berfikir yang analitis dan kritis terhadap peraturan perundangan pemerintahan daerah/pemilihan kepala daerah yang pernah berlaku, didapatkan jawaban bahwa persyaratan tersebut untuk pertama kali ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Peraturan perundangan yang terkait dengan undang-undang ini adalah Undang-Undang ASN, Undang-Undang TNI, Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PUU-XII/2014 dan Nomor 33/PUU-XIII/2015. Latar belakang hingga persyaratan tersebut ada adalah dikarenakan pasca reformasi 1998 sudah ada larangan bagi PNS untuk menjadi anggota partai politik dan penghapusan dwifungsi ABRI (TNI/Polri). Larangan bagi PNS dan penghapusan dwifungsi tersebut menjadikan tidak lagi ada PNS dan anggota ABRI yang duduk di lembaga perwakilan (DPR dan MPR) yang berwenang menetapkan undang-undang. Implikasi dari persyaratan tersebut terhadap pelaksanaan pilkada adalah membatasi anggota DPR, DPD dan DPRD serta anggota TNI/Polri, PNS dan Kepala Desa serta dari jabatan pada BUMN dan BUMD untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Pembatasan tersebut telah memperkecil dan mempersempit pilihan calon dalam pelaksanaan pilkada. Disarankan agar pilkada dapat diikuti oleh Calon Kepala Daerah secara luas, oleh setiap golongan dan latar belakang, sehingga dapat menghasilkan kepala daerah yang benar-benar terbaik, kuat dan mumpuni, pengunduran diri tersebut sebaiknya dilakukan pada saat Calon Kepala Daerah tersebut benar-benar sudah terpilih dan ditetapkan sebagai Kepala Daerah
Pengaruh Sholat Dhuha terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Prayer Dhuha when implemented in a County and tuma\u27ninah, will be two movements of muscle contraction isometric and isotonic muscular contractions. Movement with isometric and isotonic muscle contraction both can decrease blood glucose levels. This research aims to prove that Dhuha Prayer can decrease blood glucose levels. This research design uses “a randomized control group pre test - post test design”, with independent variables is Dhuha Prayer and for the dependent variables is the blood glucose levels. The sample size in this study were 15 respondents respectively for the control and treatment groups. Samples are taken using simple random sampling. Statistical test use of SPSS with T-test, with significance level a ≤ 0,05. Test results of Independent T-testn, beforepraying Dhuha got value ρ = 0.650, whereas after prayers Dhuha got value ρ = 0.000. From these test results, the research concluded that there was an effect of prayer Dhuha with Decreased of blood glucose levels. Based on these results, then Dhuha prayer may be used as an alternative for substitute for exercise therapy in patients with diabetes mellitus. Dhuha Prayer has several advantages compared with exercise. However Dhuha prayer should never be used solely because they want to lower the blood glucose level. Prayer intentions simply because GOD and we hand it all to GOD, and the researcher was very confident that with the prayers Dhuha we do with the County \u27, tuma\u27ninah and istiqomah because GOD can cure patients with diabetes mellitus
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X MIPA 4 SMA NEGERI 2 KABANJAHE
Abstract : Improvement Of Student Learning Activities With Application Of Inquiry Training Learning Model In Lesson Indonesian In Class X MIPA 4 SMA Negeri 2 Kaban Jahe . The purpose of this study was to determine whether the activities and learning outcomes of Indonesian students increased when applying the Inquiry Training model of learning. The location of this research was conducted at Jalan Jamin Ginting, Kabanjahe. Learning materials applied during data collection in class X MIPA 4 SMA Negeri 2 Kabanjahe is preparing the observation report. This research was conducted from February 2015 until May of 2015. The subjects in this research are I (one) class that is class X MIPA 4 SMA Negeri 2 Kabanjahe of 38 people. The result of study compiled observation report by applying Inquiry Training instruction model in Cycle I shows 18 students complete the individual, while the class is not complete. In cycle II, 34 students complete the cycle, while the class is complete with average cycle I and cycle II is 73,2 and 84,2 with classical completeness equal to 47,3% in cycle I and 89,4% at Cycle II.
Keywords: Learning Inquiry Training Model, Learning Activity, Learning Outcomes
Abstrak : Abstrak: Peningkatan Kegiatan Pembelajaran Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Pelatihan Penyelidikan Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas X MIPA 4 SMA Negeri 2 Kaban Jahe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah aktivitas dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa meningkat saat menerapkan model pembelajaran Inquiry Training. Lokasi penelitian ini dilakukan di Jalan Jamin Ginting, Kabanjahe. Materi Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelas X MIPA 4 SMA Negeri 2 Kabanjahe adalah menyusun laporan observasi. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 sampai dengan Mei Tahun 2015. Subjek dalam penelitian ini sebanyak I (satu) kelas yaitu kelas X MIPA 4 SMA Negeri 2 Kabanjahe sebanyak 38 orang. Hasil belajar menyusun laporan observasi dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Training pada Siklus I menunjukkan 18 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak tuntas. Pada siklus II, tuntas secara individu sebanyak 34 orang siswa, sedangkan kelas adalah tuntas dengan rata-rata siklus I dan siklus II adalah 73,2 dan 84,2 dengan ketuntasan klasikal sebesar 47,3% pada siklus I dan 89,4% pada siklus II.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Inquiry Training, Aktivitas Belajar, Hasil Belaja
Seluk-Beluk Hukum Pinjol Dan Pinjol Ilegal
Dilatarbelakangi oleh banyaknya pinjol ilegal yang sepertinya tidak ada habishabisnya meskipun sudah ribuan di antaranya ditutup oleh Pemerintah; keresahan,
kegelisahan, serta kecemasan yang dialami oleh korban pinjol ilegal, pinjol ilegal yang nyatanyata telah menggangu/menghambat pertumbuhan pinjol resmi, mendorong dilakukan
penelaahan terhadap masalah pinjol dan pinjol ilegal ini.
Dari penelahaan yang dilakukan diketahui bahwa berdasarkan Peraturan OJK Nomor
77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi, pinjol
harus diselenggarakan oleh penyelenggara yang terdaftar dan memiliki izin dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), penyelenggaraannya pun mesti mengikuti peraturan OJK. Penyelenggara
pinjol yang tidak terdaftar dan memiliki izin OJK, adalah pinjol ilegal, yang di dalam
melakukan penawaran dan/atau promosi pinjamannya dilakukan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan yang dijanjikan, penagihannya dilakukan dengan cara-cara pengancaman dan
intimidasi.
Pinjol ilegal terkait dengan aspek: Hukum Administrasi, Hukum Perdata, dan Hukum Pidana.
Aspek Hukum Administrasi yang terkait dalam masalah ini adalah menyangkut pendaftaran
dan perizinan penyelenggara pinjol, di mana pinjol ilegal tidak terdaftar dan memiliki izin
OJK; aspek Hukum Perdata, adalah menyangkut perjanjian pinjol dan akibat hukum dari
pembatalan/dibatalkannya perjanjian pinjol, di mana perjanjian pinjol ilegal tidak memenuhi
syarat subjektif sehingga perjanjian tersebut dapat dibatalkan, dan sepanjang belum atau tidak
dibatalkan pengadilan, maka perjanjian tersebut masih terus berlaku. Sebaliknya apabila
perjanjian itu dibatalkan, maka akibat hukum dari pembatalan tersebut ditentukan dalam
Pasal 1451 KUH-Perdata. Adapun aspek pidana dalam pinjol ilegal ini adalah menyangkut
penawaran dan/atau promosi pinjaman dan cara-cara penagihan yang dilakukan oleh pinjol
ilegal. Penawaran dan/atau promosi yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan yang dijanjikan sebagaimana dilakukan oleh pinjol ilegal, melanggar ketentuan Pasal
62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan/atau
Pasal 372 KUHP tentang Penipuan. Adapun penagihan yang dilakukan dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum melakukan transmisi, memindahkan informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik orang lain yang dilakukan oleh pinjol ilegal melanggar
ketentuan Pasal 46 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan/atau Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan.
Upaya untuk mengatasi pinjol ilegal adalah di samping mengintensifkan penutupan terhadap
pinjol-pinjol ilegal, menindak dan/atau mempidana pelaku pinjol ilegal yang melakukan
kebohongan dan/atau penipuan dalam menawarkan dan/atau mempromosikan pinjaman serta
pelaku yang melakukan pengancaman dan intimidasi dalam melakukan penagihan
sebagaimana digalakkan oleh Pemerintah saat sekarang ini, adalah dengan mengedukasi
masyarakat agar tidak terjerumus meminjam ke pinjol ilegal. Mengkriminalisasi pinjol ilegal
kiranya patut pula dipertimbangkan dalam upaya mengatasi pinjol ilegal ini
- …