8 research outputs found

    Komposisi Vegetasi Mangrove di Muara Sungai Siganoi Sorong Selatan - Papua

    Get PDF
    The research was aimed to figure out the structure and composition of mangrove species in the delta of Siganoi River, Inanwatan District, South Sorong Regency, Papua. Belt transect was used and the data was analyzed using formula according to Clintron and Novelly. Research showed that ten species (seven genus) from five families were found in this area. At tree and sapling stages, Sonneratia alba performed the highest density with 324,1 trees/ha and 765,5 sapling/ha respectively, while at seedling stage Aegiceras corniculatumc with 69 seedling/ha. The highest frequency was found on trees and sapling of Sonneratia alba 0,966 and 0,431 respectevely. At the seedling stage, the highest frequency was found on species Aegiceras corniculatum (3970)

    PERBURUAN KASUARI (Casuarius spp.) SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT SUKU NDUGA DI DISTRIK SAWAERMA KABUPATEN ASMAT (The traditional hunting of Kasuari (Casuarius sp.) by Nduga tribe in Sawaerma District, Asmat Regency)

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengkaji kegiatan perburuan kasuari secara tradisonal oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perburuan kasuari oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan pendapatan ekonomi keluarga. Aktivitas berburu kasuari oleh masyarakat suku Nduga masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti parang, kapak dan busur, anak panah. Selain itu cara penangkapan kasuari dilakukan dengan jerat leher dan jerat kaki maupun bantuan anjing berburu. Kegiatan berburu kasuari dilakukan secara secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan hak adat (dusun). Kegiatan berburu lebih banyak dilakukan pada pagi dan malam hari, terutama saat musim hujan. Jenis kasuari yang terdapat pada areal hutan di sekitar Distrik Sawaerma adalah Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius-casuarius), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unppendiculatus), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti). Rata-rata jumlah hasil buruan kasuari yang mengunakan jerat kaki atau leher sebanyak 2-3 ekor/hari, sedangkan menggunakan anjing berburu 1-2 ekor/hari. ABSTRACTThe research was aimed to discribe how the Nduga tribe in Sawaerma district, Asmat Regency is hunting kasuari traditionally. Descriptive method with case study was employed in this research. The resultshave shown that the main purposes of hunting kasusari by Nduga tribe were to fulfill their own need of protein as well as family income. The Nduga tribe have hunted kasuari traditionally by using traditional tools including cleavers, axe, and arrow. In addition, this tribe also hunts kasuari using neck and feet trapsas well as hunting dogs.The result also showed that Nduga tribe hunted kasuari alone or in group, and they did it based on their land customary. The most hunting time were in the morning and evening especially during rainy seasons. Single wattle (Casuarius unppendiculatus),double wattle (Casuarius-casuarius),and dwarf (Casuarius bennetti) cassowaries were foundin the area. Average number of kasuari hunted using neck and feet trap was 2 – 3 individu per day, while using hunting dogs was 1 – 2 individu per day.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengkaji kegiatan perburuan kasuari secara tradisonal oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perburuan kasuari oleh masyarakat suku Nduga di Distrik Sawaerma bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan pendapatan ekonomi keluarga. Aktivitas berburu kasuari oleh masyarakat suku Nduga masih dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti parang, kapak dan busur, anak panah. Selain itu cara penangkapan kasuari dilakukan dengan jerat leher dan jerat kaki maupun bantuan anjing berburu. Kegiatan berburu kasuari dilakukan secara secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan hak adat (dusun). Kegiatan berburu lebih banyak dilakukan pada pagi dan malam hari, terutama saat musim hujan. Jenis kasuari yang terdapat pada areal hutan di sekitar Distrik Sawaerma adalah Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius-casuarius), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unppendiculatus), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti). Rata-rata jumlah hasil buruan kasuari yang mengunakan jerat kaki atau leher sebanyak 2-3 ekor/hari, sedangkan menggunakan anjing berburu 1-2 ekor/hari. ABSTRACTThe research was aimed to discribe how the Nduga tribe in Sawaerma district, Asmat Regency is hunting kasuari traditionally. Descriptive method with case study was employed in this research. The resultshave shown that the main purposes of hunting kasusari by Nduga tribe were to fulfill their own need of protein as well as family income. The Nduga tribe have hunted kasuari traditionally by using traditional tools including cleavers, axe, and arrow. In addition, this tribe also hunts kasuari using neck and feet trapsas well as hunting dogs.The result also showed that Nduga tribe hunted kasuari alone or in group, and they did it based on their land customary. The most hunting time were in the morning and evening especially during rainy seasons. Single wattle (Casuarius unppendiculatus),double wattle (Casuarius-casuarius),and dwarf (Casuarius bennetti) cassowaries were foundin the area. Average number of kasuari hunted using neck and feet trap was 2 – 3 individu per day, while using hunting dogs was 1 – 2 individu per day

    Persentase Limbah pada Industri Sawmill PT. Berau Karya Indah di Kabupaten Teluk Bintuni

    Full text link
    The goal of this study was to understand the types of wood waste and its percentage emanating from sawmill industry. The study situated in sawmill industry of PT. Berau Karya Indah, district of Teluk Bintuni. Data were performed in tabulation and exhibited in tables and images. The results indicated that wood waste obtained from wood processing was about 49.73% that consisted of wood sawdust around 20.69%, slash waste was about 29.03%. In detail, presentation of each detailed unit machine was elaborated such as breakdown saw produced about 4.20 %, ponny produced wood sawdust approximately 11.50 %, resaw indicated sawdust roughly 27 %, while from crosscut, the process produced sawdust approximately 7.02%. Another reuse wood waste was noticed for packing from the slash waste, but the overall wood waste has not been used proportionally due to lack of community engagement

    Potensi dan Prospek Pengembangan Wisata Alam Danau Anggi Gida

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan objek dan daya tarik wisata danau Anggi Gida dan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung wisata alam serta sikap dan persepsi masyarakat daerah terhadap pengembangan kawasan wisata danau Anggi Gida. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data secara observasi melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua danau yaitu danau Anggi Gida dengan luas 2.500 ha dan Anggi Giji dengan luas 1.800 ha. Secara fungsi, kawasan ini memiliki peran yang demikian penting dalam upaya pelestarain flora, fauna dan keberadaan komunitas masyararakat. Secara khusus kawasan tersebut ditumbuhi oleh vegetasi pinggiran danau yang khas, diantaranya yaitu pohon (Ficus sp.), pohon arwob (Dodonea fiscosa), alang-alang danau (Imperata cylindrica). Sebagian besar responden berpersepsi positif terhadap pengembangan ODTW danau Anggi Gida dengan persentase tertinggi sebesar 81,44%, sementara responden yang memilih netral sebesar 12,5% dan responden yang berpersepsi negatif (menolak) cukup kecil yaitu hanya sebesar 6,06%

    Analisis Pengembangan Potensi Wisata Bukit Aitumeri Kabupaten Teluk Wondama

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis daya tarik wisata yang terdapat di Bukit Aitumeri dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan potensi wisata serta alternatif strategi pengembangan ODTW Bukit Aitumeri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik observasi lapang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis faktor internal (kekuatan, kelemahan), dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang ada dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan dimana kawasan ini memiliki peluang dan kekuatan yang besar maka pengembangan wisata di Kabupaten Teluk Wondama khususnya di Kampung Miei (Maniwak) mengenai kawasan Bukit Aitumeri dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Sejalan dengan perkembangan wilayah maka perlu dibuat strategi yang saling berkaitan antara faktor internal dan eksternal guna mendukung proses pengembangan wisata di kawasan Bukit Aitumeri kampung Miei (Maniwak)

    Potensi Jasa Lingkungan pada Kawasan Taman Wisata Alam Klamono, Kabupaten Sorong

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis - jenis komoditi dan bentuk aktifitas pemanfaatan jasa lingkungan pada kawasan Taman Wisata Alam Klamono. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik observasi dan wawancara. Observasi dilakukan terhadap komoditi jasa lingkungan yang ada pada kawasan Taman Wisata Alam Klamono dan wawancara dilakukan pada masyarakat di Kampung Klawana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi jasa lingkungan terdiri atas a). potensi sumber air yang meliputi sungai Klagene dan sungai Klawana. b). Keanekaragaman hayati meliputi potensi flora dan potensi fauna c). Penyerapan karbon meliputi tumbuhan berkayu dan tumbuhan non kayu d). Panorama bentang alam. Aktivitas pemanfaatan jasa lingkungan meliputi sumber pemanfaatan tata air, flora, fauna, tumbuhan berkayu, tumbuhan non kayu dan panorama bentang alam. Potensi pengembangan jasa lingkungan dapat dinilai dengan mengunakan kriteria penilaian daya tarik, aksesibilitas, kondisi sosial ekonomi masyarakat, keamanan pengelolaan, dan sarana prasarana. Hasil skoring mengindikasikan bahwa Taman Wisata Alam Klamono dapat dikembangkan tetapi perlu pertimbangan beberapa aspek strategis oleh pemerintah setempat

    Non-woody plant species of Papuan Island forests, A sustainable source of food for the local communities

    No full text
    586-592The aim of this study is to identify the non-woody plants that are utilized by local communities in Papua Island, Indonesia for food and beverages. Results of the study will provide baseline information for the local Government to develop management strategies and policies for the conservation of the forest resources, including the useful plants. The data was gathered through observation, interviews and focused group discussion with people which is strongly influenced in the communities. Data gathered included indigenous knowledge of plant use and others indigenous practices and perceptions pertaining to the use and management of the forest. There are 90 plant species belonging to 38 families that where identified that are used by the local communities primarily for food and beverages. Of which, 21 species that belong to Arecaceae are frequently used by the local communities. The plant parts utilized are usually the fruits and leaves. </span
    corecore