21 research outputs found

    HUKUM ISLAM MASA KESULTANAN DELI:

    Get PDF
    Islamic legal discourse on a practical level is often understood to be limited to the problem of istinbāt, fiqh or ushul fiqh. There is a challenge to expand it to include philosophy, normative and empirical cases. Study of manuscript is one of the related by that studies. This article presents Tanqīh al-Zunūn ‘an Masā'il al-Maimūn by Shaykh Hasan Maksum as an identifier of the political and social links to Islamic legal in the Deli Sultanate. From this it was found that the sultanate had a stake in the determination of the law as well as the role of the ulama in maintaining the attitude as a speaker of legal provisions. There are seven legal issues that are discussed normatively, and they originate from the existence of arguments in the community. This manuscript not just addition Islamic legal in the Deli Sultanate, it also showed the authority of Shaykh Hasan Maksum as a 'brilliant star' scholar in legal matters, although it was rarely discussed and raised at the research level

    PENETAPAN WARIS ANAK ANGKAT DALAM MASYARAKAT BATAK DI DESA PORTIBI JULU SUMATERA UTARA

    Get PDF
    Kajian tentang waris merupakan kajian yang sangat berlimpah sumbernya dalam hukum Islam, selain ketentuan ayat dan hadist waris terbilang lebih lengkap dibandingkan masalah hukum lainnya. Seluruh buku fiqh klasik maupun kontemporer selalu memasukkan waris sebagai bagian kelengkapan pembahasan. Kajian lapangan berikut ini sudah tentu tidak hanya membahas masalah waris dari perspektif doktrin semata, melainkan juga sikap masyarakat adat portibi Julu Sumatera Utara menyikapi hukum waris Islam sebagai bagian dari ketentuan adat mereka.    Proses penelitian menemukan bahwa bagian waris bagi anak angkat pada masyarakat Batak di desa Portibi Julu ditetapkan ketika pengangkatan anak (mangain) berlangsung. Anak angkat mendapatkan waris sebagaimana anak kandung, baik dalam persoalan jumlah maupun waktu pembagian. Walaupun terkesan menyimpang dari ketentuan hukum Islam, anak angkat menutup (hijab) ahli waris lainnya dalam mewarisi hal ini disebabkan anak angkat telah terputus hak warisnya dari orang tua kandungnya

    HADIS PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW DAN SAHABAT

    Get PDF
    Discourses on hadith in the Prophet’s time and His companions are important in initiating study ulum al-hadith. This is because one of the function of hadith as the explanatory verses of the Koran. This article will try to elaborate some approaches of library research in ulum al-hadith (1) How the companions received, memorized applied those hadith in their life. (2) Commands and prohibitions were not generalized to all companions in writing hadith. (3) The maintenance of hadits at the companions era from lost and also from mingled with Qur’an. (4) Distributed those hadith to the vast area of Islam at the time (5) All narrators of hadith to be agreed by scholars as good people and behavior. (6) there were some criteria of fairness for companions (‘adālah al-ṣaḥābah), namely, Muslims, maturity, intelligent, piety, selfrespect, avoiding him self from cases of fasiq, to be acknowledge their fairness, and free from criticism of scholars

    PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA ABAD KE-19: Menelisik Serpihan Pemikiran Sayyid Usman

    Get PDF
    Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengungkap gerakan pembaruan pendidikan Sayyid Usman dalam bidang pendidikan Islam. Berdasarkan metode analisis isi terhadap sumber-sumber yang ada, artikel ini mengajukan temuan bahwa ide pembaruan Sayyid Usman terdapat dalam kitabnya yang berjudul Âdâb al-Insân. Kitab ini memuat refleksi yang kuat tentang dasar kemampuan sikap adaptasi penulisnya yang untuk konteks saat itu berhadapan dengan pemerintah Kolonial Belanda yang diskriminatif terhadap pendidikan Islam. Sikap adaptasi yang ditunjukkan Sayyid Usman sesuai dengan teori komunikasi antar budaya yang terangkai dalam lima faktor: komunikasi personal, komunikasi internal satu budaya, komunikasi internal berbeda budaya, penerimaan budaya dan kecenderungan perilaku. Studi ini memperlihatkan bahwa bahwa pembaruan tidak terlepas dari kecakapan adaptasi dengan basis keilmuan yang kokoh. Hal itu juga semakin menguatkan pandangan bahwa pembaruan sangat erat dengan kekayaan tradisi intelektual sebagaimana telah ditampilkan oleh Sayyid Usman. Kata Kunci: ulama, Nusantara, pendidikan, Âdâb al-Insân, Sayyid Usman  Abstract: The Renewal of Islamic Education in the 19th Century Indonesia: Exploring Sayyid Usman’s Thoughts. This article aims to uncover Sayyid Usman's educational reform movement in the field of Islamic education. Based on the method of content analysis of available sources, this article proposes that the idea of the renewal of Sayyid Usman is contained in his book entitled Âdâb al-Insân. This book contains a strong reflection on the basic ability of the adaptation attitude of the author who for the context at that time faced the Dutch Colonial government which was discriminatory against Islamic education. The attitude of adaptation shown by Sayyid Usman is in accordance with the theory of intercultural communication arranged in five factors: personal communication, internal communication of one culture, internal communication of different cultures, cultural acceptance and behavioral tendencies. This study shows that renewal is inseparable from adaptation skills with a solid scientific basis. It also reinforces the view that renewal is very closely linked to the wealth of intellectual traditions as shown by Sayyid Usman. Keywords: ulama, Nusantara, Islamic education, Âdâb al-Insân, Sayyid Usma

    Tinjauan hukum Islam terhadap proses penetapan waris anak angkat Masyarakat Batak di Desa Portibi Julu, Sumatera Utara

    Get PDF
    Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan (field research) untuk menjawab pertanyaan bagaimana pelaksanaan waris adat di desa Portibi Julu, terkhusus dalam permasalahan anak angkat, untuk kemudian menganalisisnya melalui tinjauan Hukum Islam yang terdapat dalam kitab-kitab klasik pemikiran para ulama. Penelitian yang diadakan di desa Portibi Julu tersebut menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dengan tokoh adat, pemuka agama dan tokoh masyarakat. Data juga dikumpulkan melalui observasi di lingkungan masyarakat desa Portibi Julu serta pengumpulan referensi berupa buku-buku dan segala sesuatu yang berkaitan dengan judul penelitian. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan waris adat di desa Portibi Julu mengedepankan anak laki-laki meskipun anak tersebut adalah anak angkat (anak nanian). Anak angkat yang mayoritas adalah laki-laki akan mendapatkan waris sebagaimana anak kandung dengan proses yang tidak berbeda dengan proses pembagian waris anak kandung lainnya. Penetapan anak angkat sebagai ahli waris berada saat pengangkatan anak tersebut menjadi keluarga. Bagian waris anak angkat akan menghilangkan (hijab) bagian waris keluarga pewaris ke samping. Pengangkatan anak juga menghapus bagian waris anak angkat dari orang tua kandungnya. Kesimpulan penelitian ini menyebutkan bahwa pengangkatan anak dan penetapan waris Adat pada masyarakat Batak di desa Portibi Julu, bertentangan dengan ketent uan Hukum Islam yang melarang pengangkatan anak dengan maksud mengubah nasab kekeluargaan yang berdampak pada terlarangnya anak kandung menerima waris. Anak angkat juga tidak berhak untuk menghapus bagian waris keluarga pewaris ke samping. Bagian waris untuk anak angkat juga tidak menghapus bagian waris baginya dari orang tua kandung. Hal ini didasarkan pada ketentuan dalam surat al-Ahzab ayat 4-5 dan ayat 37 tentang peristiwa pengangkatan Zayd bin Harisah oleh Nabi Muhammad SAW. Namun demikian, sebagai saran, peninjauan masalah tersebut dengan faktor sosiologis yang terdapat dalam penelitian ini, dengan melihat latar belakang pendidikan, ekonomi, agama serta adat istiadat dan kebiasaan yang berlangsung di desa Portibi Julu, perlu kiranya dengan menggunakan pendekatan konsep istihsan agar tidak terjadi benturan yang dapat menimbulkan konflik berkepanjangan antara agama dan adat-istiadat masyarakat setempat di desa Portibi Julu

    Pembelajaran Tatap Muka Sebagai Faktor Keputusan Orang Tua Memilih Pesantren di Masa Pandemi

    Get PDF
    This study examines how much face-to-face learning (PTM) factors influence parents' decisions in choosing Islamic boarding schools   as educational institutions for their children during the pandemic (TA.2021-2022). Based on the literature review, there are five factors that influence parents' decisions in choosing pesantren as their child's educational institution, namely ideological, educational, structuralist, economic and pragmatic, or six factors for the case of schools in general, namely social status and income level, curriculum, facilities infrastructure, school achievement, location and educational environment, and teacher quality. This study found other factors that emerged due to the Joint Decree of the Minister of Education and Culture, the Minister of Religion, the Minister of Health and the Minister of Home Affairs of the Republic of Indonesia concerning Guidelines for the Implementation of Learning in the 2020/2021 Academic Year and the 2020/2021 Academic Year during the Covid-19 Pandemic Period.  Islamic boarding schools allowed to carry out face-to-face learning with detailed provisions. According to data analysis conducted through tabulation, reduction and conclusion drawing, it was found that the PTM factor was quite influential for parents so it was recommended for Islamic boarding schools to detail the narrative of their face-to-face learning process next year to maintain public trust -which could be for this year- based solely on the compulsion of conditions. This research was conducted by conducting in-depth interviews with several parents while still considering reviewing the document data for accepting new students at the Ar-Raudlatul Hasanah Islamic Boarding School, Medan.Penelitian ini mengkaji seberapa besar faktor Pembelajaran Tatap Muka (PTM) memengaruhi keputusan orang tua dalam memilih pesantren sebagai lembaga pendidikan bagi anaknya di masa pandemi (TA.2021-2022). Berdasarkan tinjauan pustaka, ada lima faktor yang memengaruhi keputusan orang tua dalam memilih pesantren sebagai lembaga pendidikan anaknya, yaitu ideologis, edukasi, strukturalis, ekonomi dan pragmatis, atau enam faktor untuk kasus sekolah secara umum, yaitu status sosial dan tingkat pendapatan, kurikulum, sarana prasarana, prestasi sekolah, lokasi dan lingkungan pendidikan, dan kualitas guru. Penelitian ini menemukan faktor lain yang muncul disebabkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19 yang memperbolehkan Pesantren melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan ketentuan-ketentuan yang diperinci. Menurut analisis data yang dilakukan melalui tabulasi, reduksi dan pengambilan kesimpulan, ditemukan bahwa faktor PTM cukup berpengaruh bagi orang tua sehingga direkomendasikan bagi pesantren-pesantren untuk memperinci narasi proses pembelajaran tatap mukanya di tahun depan untuk menjaga kepercayaan masyarakat -yang bisa jadi untuk tahun ini- hanya berdasarkan keterpaksaan kondisi. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa orang tua dengan tetap mempertimbangkan peninjauan atas data dokumen penerimaan santri-santriwati baru di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan

    Digitalisasi Pembelajaran Bahasa Arab: Gerakan Peningkatan Antusias Santri dan Narasi Adaptasi Pesantren Terhadap Perkembangan Teknologi

    Get PDF
    This report is a portrait of the digitalization of Arabic education at Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, which is conceived as a movement to increase students' enthusiasm for learning and institutional adaptation to technological developments and digitalization. This report based on on other research on personalized learning as a motivation for parents to send their children to Islamic boarding schools during Covid-19, this report encourages Islamic boarding schools to consider learning methods that appeal to millennial students. This article is prepared using field research methods to find that digitalizing Arabic learning can create presentation media in the form of PowerPoint that increases students' enthusiasm for learning. This finding is seen as a new scientifically proven story about the adaptation of Islamic boarding schools to current development

    Tafsir Tarbawi: Guru Menurut Pandangan Qs. Hud 11: 88

    Get PDF
    Islamic education is conceptually an education that refers to clear and well-established foundations and resources. Experts say that the first source is the Koran in addition to other sources of the US-Sunnah, words of friends, the benefit of the people, traditions or customs of the society and the thought of the experts in the sphere of Islamic thought. Tafseer In this matter is domiciled as the explanatory of the first source. This article – using the method of interpretation Tarbawi, will attempt to elaborate the interpretation of the QS. Hud 11:88 to give the idea that teachers are not simple professions that can be done simply as well. There is a requirement of deep competence regarding acquired-perennial knowledge on him. These terms are being ruled out in a teacher's sincere nature. Its task and function are improvement (Ishla h) By observing the Khair, Shawab and Mashlahah. In its overall context, the teacher's position is philosophically, as the prophet, and worthy to be examined in its relevance to contemporary conditions

    Pembentukan Kepribadian Muslim dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

    Get PDF
    Management of forming muslim behavior  according to Islamic education studies is accrued;  first, concept , that educations should looked forward to the second  Human Values, physically or non, body, soul, desire, hearth and mind. Second, from side of environment education should being conducted by all part around students, either, societies, state or its institution. Third, implementing, that implementing education of faith, education of science, educations of practice, education of moral and social education. forth, education should being strongly conducted to make the peoples felt closely to the Quran and remembering syahadah that the peoples promised to their God before, through knowledge and culture, learning, education, and  ta’dib (morality)Menejemen Pembentukan kepribadian muslim dalam perspektif pendidikan Islam berimplikasi pada; Pertama, dari sisi konsepnya, yaitu pendidikan mesti memerhatikan dwi hakikat manusia, fisik maupun non fisik, baik jasad, ruh, nafs, qalb dan aql. Kedua, dari sisi penyelenggaranya, yaitu pendidikan mesti dilakukan dengan peran seluruh unsur yang ada di sekitar peserta didik, baik keluarga, masyarakat, negara atau lembaga pendidikan itu sendiri. Ketiga, dari sisi pelaksanaan, yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan keimanan, pendidikan ilmiah, pendidikan amaliyah, pendidikan moral dan pendidikan sosial. Keempat, terakhir, dari sisi pendidiknya yang diharuskan menjadi sosok yang mampu untuk mengingatkan dan meneguhkan kembali perjanjian suci (syahadah) yang pernah diikrarkan manusia di hadapan Tuhannya, yaitu lewat ilmu dan adab dalam proses ta’lim, tarbiyah dan ta’dib
    corecore