37 research outputs found

    Pra-Desain Pabrik Garam Industri (Sodium Chloride) dari Air Laut

    Get PDF
    Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia serta tiga perempat wilayah Indonesia adalah air laut, Potensi ini dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai bahan dasar produksi komoditi garam. Menurut fungsinya, salah satu jenis garam yaitu garam industri, yang memiliki kadar NaCl paling sedikit 97% (dry basis). Kegunaan garam industri diperuntukkan sebagai bahan baku maupun bahan tambahan bagi keperluan industri lain, seperti industri tekstil, farmasi, dan sebagainya. Tingginya kebutuhan garam industri setiap tahunnya yang masih didatangkan dari luar negeri merupakan latar belakang pendirian pabrik garam industri. Proses pembuatan garam industri dibagi menjadi 3 tahapan proses, yaitu pretreatment dan pemurnian bahan baku, pemasakan, dan pengeringan dan pengendalian produk garam industri. Tahap pretreatment bertujuan untuk menghilangkan impuritis dalam air laut yang dapat mengganggu proses selanjutnya menggunakan proses sedimentasi. Tahap pemasakan bertujuan untuk menghilangkan air dan diharapkan produk keluar berupa wet crystal. Proses pengeringan dilakukan untuk mendapatkan produk kristal garam industri dengan kadar NaCl 99,6%. Pabrik direncanakan beroperasi pada tahun 2023. Berdasarkan data impor, konsumsi, produksi yang terus meningkat didapat estimasi kapasitas pabrik sebesar 75.000 ton/tahun. Untuk itu dibutuhkan bahan baku air laut yang digunakan sebesar 329.615,202 kg/jam. Lokasi pendirian pabrik direncanakan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Madura. Pabrik garam industri merupakan perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas dengan sistem organisasi garis dan staff. Untuk dapat mendirikan pabrik garam industri dengan kapasitas 75.000 ton/tahun diperlukan total modal investasi sebesar Rp 289.134.495.235,- dan total biaya produksi sebesar Rp 128.420.085.269,- dengan estimasi  hasil  penjualan sebesar Rp. 318.330.000.000,- per tahun. Dengan estimasi umur pabrik 10 tahun, dapat diketahui internal rate of return (IRR) sebesar 39,3%, pay out time (POT) 5 tahun dan break even point (BEP) sebesar 23,24%

    Pra-Desain Pabrik Sirup Glukosa dari Buah Mangrove (Bruguierra gymnorrhizae) dengan Hidrolisa Enzim-enzim

    Get PDF
    Sirup glukosa didefinisikan sebagai cairan jernih dan kental yang komponen utamanya adalah glukosa yang diperoleh dari hidrolisa pati. Sirup glukosa banyak digunakan oleh industri-industri makanan dan minuman ringan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gula tebu (sukrosa). Latar belakang pendirian pabrik sirup glukosa adalah tingginya kebutuhan sirup glukosa yang masih didatangkan dari luar negeri. Salah satu sumber pati yang dapat digunakan untuk membuat sirup glukosa adalah buah mangrove. Mengingat tingginya produksi buah mangrove dan tidak banyak penggunaan buahnya mengakibatkan banyaknya jumlah buah mangrove tidak memiliki harga jual. Proses pembuatan sirup glukosa dibagi menjadi 3 tahapan proses, yaitu pre-treatment, hidrolisis, dan pemurnian. Tahap pretreatment bertujuan untuk mempersiapkan bahan baku buah mangrove jenis (Bruguiera Gymnorrhizae) menjadi bentuk bubur yang dapat memudahkan proses pemecahan pati menjadi dekstrin. Tahap hidrolisis merupakan proses konversi pati menjadi glukosa. Dalam hal ini, terjadi 2 kali proses konversi yaitu liquifikasi dan sakarifikasi. Proses pemurnian dilakukan untuk mendapatkan sirup glukosa yang bersih dan jernih. Pabrik direncakan mulai beroperasi pada tahun 2020. Lokasi pendirian pabrik direncanakan di Gresik, Jawa Timur. Hal ini didasari oleh beberapa faktor yaitu dekat dengan bahan baku yaitu luasan tanaman mangrove sebesar 84,7 ha, meliputi kawasan pesisir mangrove di Desa Ngemboh, Banyu Urip, Pangkah Kulon, dan Pangkah Wetan, dekat dengan pelabuhan untuk pendistribusian, ketersediaan power (PLN). Proses juga didukung oleh utilitas proses, antara lain kebutuhan air untuk sanitasi dan air proses. Untuk dapat mendirikan pabrik sirup glukosa dengan proses enzimatis berkapasitas 4180,64 ton/tahun diperlukan total modal investasi sebesar Rp 268.275.781.239,21. Total biaya produksi Rp 62.684.945.213,07, dengan estimasi penjualan per tahun Rp 66.890.189.767,62. Estimasi umur pabrik 10 tahun dan waktu pengembalian pinjaman selama 10 tahun. Dapat diketahui IRR sebesar 13,7%, POT selama 6,3 tahun, BEP sebesar 64%

    Purification of biodiesel by choline chloride based deep eutectic solvent

    Get PDF
    Purification is a crucial step in biodiesel production to meet the biodiesel standard. This study purified biodiesel using choline chloride based deep eutectic solvent (DES). DES was used to reduce unreacted oil and unsaponifiable matter in rice bran oil based biodiesel. The objective of this work was to study the effect of extraction time using DES on the content and yield of fatty acid methyl ester (FAME). Rice bran used in this work contains 16.49 % of oil with initial free fatty acids (FFA) of 44.75 %. Acid catalyzed methanolysis was employed to convert rice bran oil (RBO) into biodiesel under following operation conditions: T = 60 °C, t = 8 h, molar ratio of oil to methanol = 1/10, H2SO4 = 1% w/w of oil. Rice bran oil based biodiesel obtained contain 89.05 % of FAME with very low FFA content (0.05 %). DES was made from a mixture of choline chloride and ethylene glycol with molar ratio of 1/2. Molar ratio of crude biodiesel to DES were 1/2 and 1/4. Extraction time was varied from 15 minutes to 240 minutes at 30 °C. The highest FAME content was obtained after purification for 240 min. at molar ratio crude biodiesel to DES 1/4 was 96.60 %. This work shows that DES has potential to purify biodiesel from non-edible raw material, such as RBO

    Subcritical Water Extraction of Phenolic Compounds from Moringa Oleifera Leaf

    Get PDF
    Moringa oleifera leaf is a good source of phenolic compounds that are reported to exhibit antioxidant activity both in vitro and in vivo. This study investigated the extraction of phenolic compounds from Moringa oleifera leaf using subcritical water. Experiments were performed in a batch stainless steel reactor at temperature ranging from 100 to 300oC at residence time of 5 to 20 min. Subcritical water extraction resulted the highest yield of product, total phenolic compounds and antioxidant activity at temperature of 200oC at residence time of 15 minutes. The yield of product, total phenolic compounds and antioxidant activity obtained were 30.661%, 48.733 mg tannat acids/ g dry powder of extract and 45.863 mg ascorbic acid/L, respectively. Subcritical water at 200°C and 15 min might be a good substitute to organic solvents such as ethanol to obtain phenolic compounds from Moringa oleifera lea

    Subcritical Water Extraction of Phenolic Compounds from Moringa Oleifera Leaf

    Get PDF
    Moringa oleifera leaf is a good source of phenolic compounds that are reported to exhibit antioxidant activity both in vitro and in vivo. This study investigated the extraction of phenolic compounds from Moringa oleifera leaf using subcritical water. Experiments were performed in a batch stainless steel reactor at temperature ranging from 100 to 300oC at residence time of 5 to 20 min. Subcritical water extraction resulted the highest yield of product, total phenolic compounds and antioxidant activity at temperature of 200oC at residence time of 15 minutes. The yield of product, total phenolic compounds and antioxidant activity obtained were 30.661%, 48.733 mg tannat acids/ g dry powder of extract and 45.863 mg ascorbic acid/L, respectively. Subcritical water at 200°C and 15 min might be a good substitute to organic solvents such as ethanol to obtain phenolic compounds from Moringa oleifera leaf

    An Efficient Method for the Production of Biodiesel from Rice Bran

    Get PDF
    A modified in situ esterification was employed for the economic competitiveness of biodiesel production from rice bran. The effects of methanol to rice bran ratio, acid catalysts, and reaction time on the biodiesel yield and purity were investigated. Biodiesel yield and purity of 17.99% and 67.04%, respectively, were obtained used acid catalyst (H2SO4) of 2.37%, ratio of methanol and rice bran of 15 (mL/g), and 5 h of reaction time. Recovery of crude biodiesel obtained was 92.45%. Based on the proposed method, the production process of biodiesel could be simplified and improved; therefore, the production cost probably could be reduced further

    Pembuatan Karbon Aktif Dari Arang Tempurung Kelapa Dengan Aktivator Zncl2 Dan Na2co3 Sebagai Adsorben Untuk Mengurangi Kadar Fenol Dalam Air Limbah

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah membuat karbon aktif dari arang tempurung kelapa sesuai dengan SII No.0258 – 79 ; untuk mengetahui karateristik kadar air, kadar abu,  iodine number dan surface area karbon aktif dari arang tempurung kelapa ; untuk mempelajari pengaruh konsentrasi dan jenis aktivator terhadap efisiensi penurunan kandungan konsentrasi fenol (persen removal) menggunakan karbon aktif dari arang tempurung kelapa ; menentukan kapasitas optimum penyerapan fenol dengan karbon aktif dari arang tempurung kelapa. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa karbon aktif dapat dibuat dari arang tempurung kelapa dengan aktivasi kimia ZnCl2 dan Na2CO3 disertai pirolisis pada suhu 700 oC selama 4 jam. Karakteristik karbon aktif yang dihasilkan telah sesuai dengan SII No.0258–79, kadar air sebesar 0,382-1,619%, kadar abu 2,28-7,79%, iodine number 448,02-1599,72 mg/g, surface area 189,630-1900,69 m2/g. Semakin tinggi konsentrasi aktivator maka semakin tinggi persen removal dari fenol yang telah diadsorbsi oleh karbon aktif. Persen removal tertinggi didapat pada karbon aktif dengan zat aktivator Na2CO3 5% dengan persen removal sebesar 99,745%. Kapasitas optimum penyerapan fenol dengan karbon aktif dari arang tempurung kelapa terbaik didapat pada karbon aktif dengan zat aktivator Na2CO3 5% dengan kapasitas serapan sebesar 220,751 mg fenol/gram karbon akti

    An Efficient Method for the Production of Biodiesel from Rice Bran

    Get PDF
    A modified in situ esterification was employed for the economic competitiveness of biodiesel production from rice bran.  The effects of methanol to rice bran ratio, acid catalysts, and reaction time on the biodiesel yield and purity were investigated. Biodiesel yield and purity of 17.99% and 67.04%, respectively, were obtained used acid catalyst (H2SO4) of 2.37%, ratio of methanol and rice bran of 15 (mL/g), and 5 h of reaction time.  Recovery of crude biodiesel obtained was 92.45%. Based on the proposed method, the production process of biodiesel could be simplified and improved; therefore, the production cost probably could be reduced further

    Aplikasi Packet Diffusion Model untuk Menganalisis Pengaruh Fenomena Micromixing terhadap Jalannya Reaksi Kimia Paralel di dalam Reaktor Tangki reraduk Kontinyu dengan Aliran Umpan Terpisah

    Get PDF
    The effect of turbulent  mixing on  the  course  of two fast parallel competitive  chemical reactions  (netralization  of sodium  biborate  snd  iodide-iodate  oxidation-reduction  reactions) carried  out  in  continuous  stiwed  tank  reaktors  have been  studied  theoretically,  using  PacketDiffusion  Model,  and  experimentally  to  validate  the  theoretical predictions.System studied  consists  of flat bottom  cylindrical  tank  0.2 m in  diameter.  The height of liquid  in  the  tank  is  also  0.2 m. The  tank  was equipped  with Fan Turbine  with diameter equal  to I/3  tank  diameter. Sulphuric  acid solution  (0.5  Il,Q was fed into  the  tank through  2 mm-diameter pipe,  and  the  aquous  solution containing 0.0909  M NaH2Boj,  0.0909  M H:Bo:,  0.0116667  M KI, and  0.0023333  M KIO3wasfed  into  the  tank  through  I0  mm-diameter  pipe.  The rate  of acid solution  was  varied  0,045,  0.068,  and 0.09  liter/minute,  while the  rate  of  the  other solution  was varied  I,  1.5,  and  2 liter/minute  (the  rate  variation  coruespond  to  the  mean residence  time variation of 6, 4, and 3 minutes). The  impeller  rotation  speedwas  varied;  9,12,  and  I5  rps.  The iodine  concenftation  in  the  tank  influent  was  analyzed  using  spectrophotometer.The  simulation  works  conclude  that  the  selectivity  of iodine  decrease  with  increasing impeller  rototion  speed for the  mean  residence  time of 3 and 4 minutes,  while for the  mean residence  time of  6 minutes,  the iodine  selectivity increase  with  increasing  impeller  rotation speed. Increasing  the  mean residence  time from 3 to  4 minutes will decrease  the  iodine selectivity, while  increasing  the  mean residence  time further to  6 minutes  will  increase  the selectivity.  The theoretical  prediction  using  Packet  Difusion  Model agree fairly well  with  the experimental data.  The  experimental studies  also  showed  that  the feed position  in  the  region  of high  turbulent  intensity  (impeller  region)  give  lower iodine  selectivity compaired  to  the selectivity  in  the  region  of lower  turbulent  intensity.  The  Packet  Dffision  Model  cannot simulate  the  effect  offeed  position  on the  iodine  selectivity.Keywords:  Packet  Diffusion Model, Micromixing, and  Continuous  Stirred  Tank  Reacto
    corecore