65 research outputs found
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FUNGI ENDOFIT GAHARU DARI Aquilaria sp.
Gaharu merupakan jenis resin yang diproduksi oleh pohon tertentu, misalnya dari genus Aquilaria sp.dan Gyrinops sp. Pada penelitian sebelumnya gaharu dari pohon Aquilaria malaccensis Lamk. telah digunakan sebagai sumber isolat fungi endofit yang memiliki aktivitas antibakteri. Oleh karena itu pada penelitian ini, dilakukan isolasi fungi endofit gaharu dari Aquilaria sp. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh fungi endofit gaharu dari Aquilaria sp, memperoleh genus fungi yang dihasilkan dari isolasi gaharu dan mengetahui aktivitas antibakteri fungi endofit gaharu dari Aquilaria sp. Hasil isolasi diperoleh satu isolat fungi yang diberi kode GA4. Isolat fungi GA4 kemudian diidentifikasi secara mikroskopis dan makroskopis. Isolat fungi endofit GA4 secara mikroskopis teridentifikasi sebagai divisi Basidiomycetes. Isolat fungi tersebut diperbanyak dan dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat kemudian pelarutnya diuapkan untuk mendapatkan ekstrak kasar fungi endofit. Berat ekstrak fungi setelah dikeringkan sebanyak 0,016 gram. Ekstrak fungi yang diperoleh digunakan untuk uji aktivitas antibakteri. Bakteri yang digunakan adalah: Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Salmonela thypi dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil uji aktivitas ekstrak fungi GA4 tidak menujukan adanya aktivitas. Kata kunci : basidiomycetes, Aquilaria sp., fungi endofit, gahar
AKTIVITAS ANTIBAKTERI GRAM POSITIF DAN NEGATIF DARI EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN NIPAH (Nypa fruticans Wurmb.) ASAL PESISIR SUNGAI KAKAP KALIMANTAN BARAT
Secara empiris Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) telah digunakan sebagai obat sakit gigi, sariawan dan diare. Aktivitas farmakologi Nipah tersebut berkaitan dengan kandungan senyawa metabolit sekunder Nipah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi daun Nipah, serta aktivitas antibakteri Eschericia coli dan Bacillus cereus. Kandungan metabolit sekunder daun Nipah diketahui dari uji fitokimia. Ekstrak dan fraksi metanol, etil asetat dan n-heksana menunjukkan aktivitas antibakteri pada bakteri E. coli dan B. cereus dengan metode difusi sumuran (Well). Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun Nipah mengandung senyawa golongan polifenol, flavonoid, triterpenoid/ steroid, saponin dan alkaloid; fraksi metanol mengandung polifenol, flavonoid, saponin dan alkaloid; fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana mengandung triterpenoid/ steroid. Aktivitas antibakteri E. coli oleh fraksi etil asetat ditunjukkan dari diameter zona hambat (dalam satuan mm) berdasarkan variasi konsentrasi etil asetat yang digunakan adalah sebagai berikut 9,387 (1000 ppm); 8,275 (500 ppm); 8,487 (250 ppm); 6,662 (125 ppm); 7,462 mm (62,5 ppm); dari fraksi n-heksana sebesar 9,012 (1000 ppm); 8,825 (500 ppm); 8,512 (250 ppm). Diameter zona hambat yang menunjukkan aktivitas antibakteri B. cereus oleh variasi konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 9,512 (1000 ppm); 8,075 (500 ppm); 7,875 (250 ppm); dari fraksi n-heksana sebesar 11,250 (1000 ppm); 10,650 (500 ppm); 9,487 (250 ppm); 8,625 (125 ppm). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa fraksi etil asetat dan n-heksana daun Nipah dengan konsentrasi 1000 ppm dapat menghambat bakteri B. cereus. Kata kunci: aktivitas antibakteri, metabolit sekunder, Nypa fruticans Wurmb, E. coli, B. cereu
AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT JAMUR ENDOFIT DARI DAUN INSULIN (Smallanthus sonchifolius (Poepp. & Endl.) H. Robb) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus
ABSTRACTEndophytic fungi from the Insulin plant (Smallanthus sonchifolius (Poepp. & Endl.) H. Robb) produce secondary metabolites that can be used as drugs such as anticancer, antiviral, antifungal and antibacterial. The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of endophytic fungi extract from Insulin leaves (S. sonchifolius) against Escherichia coli and Staphylococcus aureus. The study was conducted starting with the production of endophytic fungi, maceration and testing of antibacterial activity against bacteria E. coli and S. aureus using well diffusion. Endophytic fungal extract at concentrations of 100 and 50 µg/well. Showedhas strong antibacterial activities against both tested bacteria. The inhibition zone diameter for E coli was 12.87 and 10.37 mm respectively, whereas for S. aureus 13 and 10.12 mm respectively. However, at a concentration of 25 µg/well, it had moderate antibacterial activity against S. aureus with an inhibition zone diameter of 8.12 mm and not active in inhibiting the growth of bacteria E. coli. Tetracycline positive control has a strong zone of inhibition against bacteria E. coli with an inhibition zone diameter of 15.75 mm and a very strong inhibition zone against bacteria S. aureus with an inhibition zone diameter of 21.5 mm while the ethyl acetate negative control did not have an inhibition zone against bacteria E. coli and S. aureus. Keywords: Insulin leaf (Smallanthus sonchifolius), Endophytic Fungus, antibacterial ABSTRAKJamur endofit dari tanaman Insulin (Smallanthus sonchifolius (Poepp. & Endl.) H. Robb) menghasilkan metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai obat seperti antikanker, antivirus, antifungi dan antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak jamur endofit dari daun Insulin (S. sonchifolius) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Penelitian dilakukan diawali dengan produksi jamur endofit, maserasi dan uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode sumuran. Ekstrak jamur endofit pada konsentrasi 100 dan 50 µg/well. memiliki aktivitas antibakteri kuat baik terhadap bakteri E. coli dengan diameter zona hambat masing-masing sebesar 12,87 dan 10,37 mm dan sebesar 13 dan 10,12 mm terhadap bakteri S. aureus. Namun pada konsentrasi 25 µg/well memiliki aktivitas antibakteri sedang terhadap bakteri S. aureus dengan nilai diameter zona hambat sebesar 8,12mm dan sebaliknya tidak aktif menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.Kontrol positif tetrasiklin memiliki aktivitas hambat yang kuat terhadap bakteri E. coli dengan diameter zona hambat sebesar 15,75 mm dan sebesar 21,5 mm terhadap bakteri S. aureus sedangkan kontrol negatif etil asetat tidak memiliki zona hambat terhadap bakteri E. coli maupun S. aureus. Kata kunci: Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius), Jamur Endofit, Antibakter
Chemical and Microbiological Properties of Buduk, A Commercial Fish Sauce from West Kalimantan
Buduk is a fish sauce prepared by fermenting fresh small fish with various ingredients such as sugar,roasted rice, vinegar or wine. This study was aimed to assess the physicochemical and microbiologicalproperties of commercial buduk in the Province of West Kalimantan. The Buduk had pH 5-55, moisture52.35%, salt 1.96%, titrated acid 10.80%, free amino nitrogen 1.83 mmol/g, free fatty acid 17.96%, ethanol0.95%, total of mesophilic bacteria 4.81 log CFU/g and lactic acid bacteria 2.09 CFU/g, but no pathogenicbacteria detected. Each commercial buduk showed different physicochemical properties probably causedby variation in recipe of each producer. The microbiological properties did not significantly different but theTMAB found more than the threshold value indicatin
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ACTINOMYCETES BERASOSIASI DENGAN SPONS
Penggunaan antibiotika yang kurang tepat pada manusia dapat menjadi penyebab terjadinya resistensi antibiotika dalam bidang kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi sumber senyawa antibakteri baru. Eksplorasi tersebut dilakukan pada perairan Pulau Baru, Bengkayang, Kalimantan Barat. Bakteri yang berasosiasi dengan spons memiliki potensi sebagai penghasil senyawa antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bakteri Actinomycetes yang berasosiasi dengan spons yang memiliki aktivitas antibakteri dan mengetahui genus dari isolat. Isolat Actinomycetes dilakukan skrining awal menggunakan perpendicular streak method. Isolat yang didapat lalu dibuat ekstrak untuk di uji aktivitas antibakterinya. Ekstrak Actinomycetes PS81 menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginasa, Salmonella typhi, Staphylococus aureus dan Vibrio cholerae serta diidentifikasi sebagai Nocardia sp. PS81 Kata Kunci: spons, Actinomycetes, Nocardia, aktivitas antibakter
Modification Of Kaolin Capkala With Benzalkonium Chloride (Bkc) Surfactant And Antibacterial Activity Test Against Escherichia Coli
A study was conducted to determine the antibacterial activity of modified benzalkonium chloride (BKC) kaolin Capkala against Escherichia coli (E. coli) bacteria. Kaolin modification begins by melting kaolin with sodium hydroxide (NaOH) and reacting using a reflux device. Furthermore, the sample was reacted with BKC at a concentration variation of 0, 2.5×10-3; 5×10-3, and 2.5×10-2 M for 6 hours with a stirring speed of 150 rpm. The modified kaolin was characterized using Fourier Transformed Infrared (FTIR), and adsorption tests were performed on Cl-. The FTIR spectrum of the modified kaolin showed an absorption peak at 2926.19 cm-1 C-H symmetrical from CH2, which indicated the attachment of surfactant to the kaolin. BKC modified kaolin antibacterial activity test using the halo test method. The adsorption test on Cl- and the antibacterial activity test on kaolin and modified kaolin increased with increasing BKC concentration, namely 3545; 3828.6, 3970.4; 4183.1 mg/L and the inhibitory diameter were 2.1±0.14, 3.3±0.14, 4.5±0.14, and 6±0.14 mm, respectively. The results showed that BKC can increase the antibacterial activity of kaoli
AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK TERIPANG BUTOH KELING (Holothuria leucospilota) DARI PULAU LEMUKUTAN TERHADAP Candida albicans
Teripang merupakan biota laut yang banyak ditemukan di perairan Indonesia dan diketahui mengandung metabolit sekunder yang salah satunya berfungsi sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan golongan metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak H.leucospilota yang berasal dari perairan pulau Lemukutan dan mendapatkan fraksi ekstrak H.leucospilota yang paling aktif sebagai antijamur serta mengetahui kemampuan antijamurnya terhadap jamur C. albicans. Analisis golongan metabolit sekunder menggunakan analisis fitokimia sedangkan menentukan kemampuan bioaktivitas antijamur menggunakan metode difusi agar. Metabolit sekunder yang diduga memiliki kemampuan sebagai antijamur adalah saponin. Fraksi yang memiliki aktivitas antijamur C. albicans paling baik yaitu fraksi etil asetat dengan zona bening sebesar 25,06 mm pada konsentrasi 100 g/ml. Kadar hambat minimum (KHM) fraksi etil asetat yakni pada konsentrasi 0,005 g/ml dan pada konsentrasi 100 g/ml dan 10 g/ml memiliki aktivitas fungisidal. Fraksi etil asetat dari ekstrak H. leucospilota yang berasal dari perairan pulau Lemukutan dapat menjadi alternatif antijamur. Kata Kunci: Analisis fitokimia, Candida albicans, Difusi agar, Holothuria leucospilot
Physicochemical and Microbiological Profiles of Commercial Cincalok from West Kalimantan
Cincalok, a traditional fermented shrimp product, is prepared with mix small and fresh shrimp, salt, and sugar in a certain ratio incubated for 3-7 days. Different recipes of each the commercial cincalok products obtain different of quality and safety level. The aim of this study is to assess the quality and safety of the commercial cincalok products of West Kalimantan based on their physicochemical and microbiological properties. Seven commercial cincalok products collected from the traditional market of West Kalimantan were analyzed physicochemical (moisture content, pH, free amino nitrogen (FAN), titratable acidity, salt content, glucose content, sucrose content, ethanol content) and microbiological (total number of mesophilic aerobic bacteria (TMABs), total halotolerant bacteria (THBs), endospores bacteria, lactic acid bacteria (LABs), fungi, Enterobacteriaceae, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, and Staphylococcus aureus)properties. The mean of moisture content, pH, free amino nitrogen (FAN), titratable acidity, salt content, glucose content, sucrose content, ethanol content for 7 samples was 67.59%, 5.16, 0.60 mM/g, 1.75%, 10.56%,1.30%, 0.49% and 0.59%, respectively. The mean of TMABs, THBs, endospores bacteria, LABs, fungi, and Enterobacteriaceae for 7 samples was 1.19-5.18 log CFU/g and 1.76 log CFU/g, respectively, while B. cereus,C. perfringens, and S. aureus were not detected for all of the samples. The results showed high variation of physicochemical and microbiological properties of the products. Some of the products are safe to ate withoutcooked but the other still contain pathogenic bacteria such as some of the enterobacteriaceae strains.</p
PENENTUAN WAKTU INKUBASI OPTIMUM TERHADAP AKTIVITAS BAKTERIOSINLactobacillus sp. RED4
Pemanfaatan Bakteri asam laktat (BAL) dalam industri pangan telah dikenal secara luas sebagai kultur starter (fermentasi) dan pengawet pangan. Bakteriasamlaktat menghasilkan senyawa antimikroba antara lain senyawa asam laktat, hidrogen peroksida, dan bakteriosin. Lactobacillus sp. RED4 merupakan salah satu isolat BAL hasil isolasi dari cincalok formulasi yang dapat memproduksi senyawa antimikroba bakteriosin. Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu inkubasi optimum terhadap aktivitas antimikroba bakteriosin dariLactobacillus sp. RED4. Uji aktivitas antimikroba menggunakan metode difusi sumur agar terhadap beberapamikroba uji. Berdasarkan hasil penelitian Lactobacillus sp. RED4 dapat memproduksi antimikroba bakteriosin, yang terdeteksi pada fase eksponensial yaitu jam ke-4 dan mencapai optimum pada awal fase stasioneryaitu jam ke-16. Indikator waktu inkubasi optimum adalah waktu dimana antimikroba bakteriosin diproduksi secara optimal yang ditandai dengan besarnya zona bening yang terbentuk di sekitar sumur pada semua mikroba uji. Produksi antimikroba bakteriosin Lactobacillus sp. RED4 pada waktu inkubasi 16 jam. Aktivitas amtimikroba bakteriosin terhadap Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Salmonella sp., Aeromonas hydrophila, Eschericia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicansebesar 6,40±0,06; 6,93±0,10; 3,22±0,05; 6,15±0,08; 6,79±0,07; 14,28±0,04 dan 6,46±0,06 mmsecara berturut-turut. Kata kunci : Bakteriosin, Lactobacillus sp.RED4, waktu inkubasi optimu
BIOAKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes sp.)
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tanaman dari famili Rutaceae yang memiliki potensi penghasil minyak atsiri, salah satunya pada bagian kulit buahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen utama minyak atsiri dalam kulit buah jeruk nipis dan bioaktivitasnya terhadap rayap tanah (Coptotermes sp.). Minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis diekstraksi menggunakan metode destilasi uap air pada suhu 98 selama 4 jam. Rendemen minyak atsiri yang diperoleh sebesar 0,23% (b/b). Hasil identifikasi GC-MS menunjukkan bahwa minyak atsiri jeruk nipis mengandung 5 senyawa mayor yaitu limonen (26,04%), -citral (10,40%), -pinen (18,84%), Citral (13,09%), dan -phellandren (6,29%). Hasil uji bioaktivitas minyak atsiri jeruk nipis terhadap rayap menunjukkan bahwa, pada konsentrasi 5% didapat kematian rayap sebesar 54,67%, sedangkan pada konsentrasi 25% kematian rayap sebesar 96,67% pada hari ke-7. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang diberikan terhadap rayap maka semakin besar mortalitas rayap seiring dengan penurunan persentase berat kertas uji. Minyak atsiri dari kulit buah jeruk nipis menunjukkan aktivitas antirayap terhadap rayap Coptotermes sp. dengan nilai LC50 5,142%. Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit buah jeruk nipis bersifat toksik terhadap Coptotermes sp. sehingga dapat dimanfaatkan sebagai termitisida. Kata kunci: Citrus aurantifolia, minyak atsiri, bioaktivitas antirayap, Coptotermes sp
- …