19 research outputs found
Pengaruh Bobot Doc (Day Old Chick) Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan Dan Persentase Karkas Ayam Pedaging Pada Kandang Open House
Ayam pedaging merupakan ternak unggas yang banyak digemari oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu banyak yang membudidayakan atau memelihara ayam pedaging sebagai usaha ternak. Daging ayam merupakan salah satu protein hewani yang dapat memberikan gizi pada kebutuhan tubuh manusia. Selain memiliki harga terjangkau, produk dari ayam pedaging juga memiliki protein yang tinggi. Keunggulan yang dimiliki ayam ras pedaging yaitu dapat dipanen dengan waktu yang relatif singkat 4-5 minggu dan dengan bobot badan yaitu 1,5 – 2 kg per ekornya. Ayam ini memiliki tekstur daging yang empuk, efisiensi pakan tinggi, pertambahan bobot badan cepat, konversi pakan kecil dan ukuran badan yang besar. Keberhasilan dalam usaha peternakan dipengaruhi oleh 3 faktor produksi yaitu bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan. Bibit yang dimaksud adalah DOC
viii
(day old chick) atau anak ayam umur sehari yang mana jika dalam pemeliharaan dilakukan manajemen yang baik akan menghasilkan performa ayam unggul dan menghasilkan produk berupa daging.
Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 September 2020 sampai 28 Oktober 2020. Penelitian dilaksanakan secara berkelompok dengan S2 pada kandang open house selama 35 hari di Peternakan Indra Jaya Farm milik Bapak Sumardi yang beralamatkan di Dusun Bendilwuni RT 22 RW 01, Desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari perbedaan bobot DOC pada kandang open house terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber kajian ilmiah dan sebagai bahan informasi kepada peternak tentang pengaruh bobot DOC pada kandang open house terhadap performa dan persentase karkas ayam pedaging.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam pedaging strain Cobb CP707 produksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm umur 1 hari sebanyak 126 ekor tanpa dibedakan jenis kelaminnya dengan waktu pemeliharaan selama 35 hari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan atau eksperimental yang dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 7 kali ulangan, sehingga terdapat 21 unit kandang percobaan. Masing – masing unit kandang percobaan terdapat 6 ekor ayam pedaging. Perlakuan yang diberikan yaitu P1 (bobot DOC 50 gram). Variabel yang diamati yaitu konsumsi pakan,
ix
pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan persentase karkas. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) apabila hasil yang didapat memiliki perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan bobot DOC pada kandang open house memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) terhadap konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging. Rataan konversi pakan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah P1 (1,59 ± 0,113), P2 (1,68 ± 0,136), P3 (1,61 ± 0,097). Sedangkan hasil rataan persentase karkas yang diperoleh adalah P1 (73,74 ± 2,28)%, P2 (71,73 ± 2,67)%, P3 (71,58 ± 4,29)%.
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam pedaging pada kandang open house dipengaruhi oleh besar kecilnya bobot badan DOC, namun untuk konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging tidak dipengaruhi oleh bobot badan DOC pada kandang open house. Sedangkan saran yang diberikan dalam pemeliharaan ayam pedaging harus memperhatikan nutrisi pakan dan suhu lingkungan disekitar kandang agar menghasilkan performa dan persentase karkas yang maksimal
Efek Penggunaan Asap Cair Terenkapsulasi Dalam Pakan Terhadap Karakteristik Usus Halus Ayam Pedaging
Antibiotik berguna untuk mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memacu pertumbuhan ayam.
Penggunaan antibiotik secara terus menerus dapat
menimbulkan residu pada daging maupun telur yang
mengakibatkan resisten antibiotik pada manusia. Salah satu
bahan alami yang dapat digunakan untuk menggantikan
antibiotik yaitu asap cair tempurung kelapa. Asap cair
merupakan hasil kondensasi uap hasil pirolisa bahan yang
mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Asap cair
mengandung senyawa aktif seperti fenol, asam dan karbonil.
Senyawa fenol dalam asap cair bersifat antibakteri dan
antioksidan sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri
dalam saluran pencernaan ayam. Saluran pencernaan yang
sehat dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi sehingga
pertumbuhan ayam maksimal. Asap cair dapat digunakan
sebagai pengganti AGP untuk memacu pertumbuhan ayam
pedaging.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
penggunaan asap cair terenkapsulasi dalam pakan terhadap
karakteristik usus halus ayam pedaging. Penelitian ini
viii
dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2020 sampai 24 Agustus
2020 di Desa Ampeldento, Karangploso dan Laboratorium
Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Proses
enkapsulasi asap cair dilakukan di Laboratorium Industri
Pakan Ternak Universitas Brawijaya. Pengukuran panjang
usus halus, berat usus halus, pH usus halus dan viskositas usus
halus dilakukan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah DOC (Day Old Chick) CP 707 strain Cobb yang tidak
dibedakan jenis kelaminnya (unsexing) berjumlah 225 ekor.
Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari, kandang yang
digunakan disusun menjadi 25 petak dengan ukuran panjang x
lebar (100x100 cm) dan tinggi 60 cm, setiap petak terdiri dari
9 ekor ayam. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode percobaan lapang dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan
lima ulangan pada tiap perlakuan sehingga terdapat 25 unit
percobaan. Perlakuan yang digunakan yaitu P0: Pakan basal
tanpa asap cair terenkapsulasi, P0+: Pakan basal dengan
antibiotik, P1: Pakan basal+Asap cair terenkapsulasi 0,5%, P2:
Pakan basal+Asap cair terenkapsulasi 1%, P3: Pakan
basal+Asap cair terenkapsulasi 1,5%. Data dianalisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) dari Rancangan Acak
Lengkap apabila perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan (UJBD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan perbedaan yang tidak nyata (P>0.05) terhadap
panjang usus halus, berat usus halus, pH usus halus dan
viskositas usus halus. Rata-rata hasil setiap perlakuan untuk
ix
panjang usus halus yaitu: Duodenum (20.90-35.35) cm,
Jejenum (72.78-82.30) cm, Ileum (76.84-86.32) cm. Rata-rata
berat usus halus yaitu: Duodenum (11.65-14.15) g, Jejenum
(18.09-22.27) g, Ileum (16.99-20.91) g. Rata-rata pH usus
halus yaitu 5.20-5.92 serta rata-rata viskositas usus halus yaitu
32.60-34.00 mPa’s.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan asap cair terenkapsulasi tempurung kelapa hingga
1,5% dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap
panjang, berat, pH dan viskositas usus halus ayam pedaging.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa untuk menjaga
agar jumlah senyawa bioaktif dalam asap cair tidak mengalami
penurunan perlu dipilih enkapsulan lain, karena diketahui
bahwa maltodekstrin kurang eektif dalam melindungi senyawa
bioaktif dari kerusakan
Pengaruh Aditif Pakan Booster Terhadap Income Over Feed Cost (Iofc), Bobot Dan Persentase Organ Viseral (Gizzard, Cor, Dan Hepar) Pada Broiler Di Kandang
Penelitian ini dilaksanakan di kandang Integrated Farming Universitas Kanjuruhan Malang yang beralamatkan di Desa Pandanrejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang dimulai pada tanggal 15 November sampai 15 Desember 2020. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan aditif pakan booster terhadap Income Over Feed Cost (IOFC), bobot dan persentase organ viseral (gizzard, cor, dan hepar) broiler pada kandang tertutup serta mengetahui level penambahan booster yang tepat. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam ras pedaging sebanyak 72 ekor dan tidak dibedakan jenis kelaminnya (non-sexing). Rataan dari berat badan yang digunakan dalam penelitian ini sekitar 43,02 g/ekor dengan masa pemeliharaan dari DOC sampai umur panen. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan yaitu pakal basal tanpa penambahan aditif pakan booster, pakan basal yang ditambahkan aditif pakan booster selama 5 hari dari umur 7-11
vii
hari dan pakan basal yang ditambahkan aditif pakan booster selama 10 hari dari umur 7-16 hari. Variabel yang diamati pada penelitian ini yaitu Income Over Feed Cost (IOFC), bobot dan persentase organ viseral yang meliputi gizzard, cor, dan hepar. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan aditif pakan booster memberikan hasil berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap Income Over Feed Cost (IOFC), bobot dan persentase organ viseral (gizzard, cor, dan hepar) di kandang tertutup. Nilai Income Over Feed Cost (IOFC) menunjukan hasil antara (15360,4±3299,74 - 16631,28±2313,16) Rp/ekor. Persentase gizzard antara (1,58±1,58 - 1,67±0,21)%/ekor. Bobot gizzard antara (31,16±2,92 - 33,50±4,03)g/ekor. Persentase cor menunjukan hasil antara (0,51±0,03 - 0,64±0,09)%/ekor. Bobot cor menunjukan hasil antara (10±0,89 - 12±1,54)g/ekor. Persentase hepar menunjukan hasil antara (2,41±0,32 - 2,98±0,53)%/ekor. Bobot hepar menunjukan hasil antara (47,66±6,15 - 56,16±9,86)g/ekor. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penambahan aditif pakan booster komersial sampai 10 hari ke dalam pakan broiler memberikan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap Income Over Feed Cost (IOFC), bobot dan persentase organ viseral (gizzard, cor dan hepar) pada pemeliharaan broiler di kandang tertutup. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui jangka waktu pemberian aditif pakan booster yang tepat kedalam pakan broiler di kandang tertutup
Potensi Pengembangan Peternakan Itik Pedaging Di Kabupaten Jombang
Permintaan terhadap produk peternakan meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan per kapita serta meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengonsumsi pangan yang bergizi. Berdasarkan kajian BPS (2020) produksi daging sapi dalam negeri pada tahun 2019 memproduksi sebanyak 504.802 ton. Sedangkan menurut BPS pada tahun 2019 total kebutuhan daging mencapai 686.270 ton. Ini artinya jumlah populasi ternak yang sedikit mengakibatkan produksi daging yang rendah dan tidak dapat mencukupi permintaan daging di pasar. Salah satu sumber daya alam yang berpeluang untuk dikembangkan adalah ternak itik. Potensi ternak itik di Indonesia sangat besar terutama sebagai penghasil daging dan telur serta untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani. Pengembangan peternakan itik pedaging merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan populasi itik pedaging dan sebagai alternatif dalam pemenuhan permintaan daging di Indonesia.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2021 di Kabupaten Jombang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pengembangan peternakan itik pedaging, potensi pakan ternak itik dan menganalisa daya dukung pengembangan peternakan itik pedaging di Kabupaten Jombang. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
x
sengaja (purposive sampling). Berdasarkan teknik purposive sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang ditentukan dalam Teknik purposive sampling adalah Kabupaten Jombang mempunyai lahan pertanian luas, lokasi wilayah Kabupaten Jombang yang strategis. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari Dinas Peternakan Jawa Timur, BPS Jawa Timur, BPS Kabupaten Jombang dan instansi lainnya yang terkait. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan peranan itik pedaging yang ada di Kabupaten Jombang dan menjelaskan dari segi potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Identifikasi potensi pengembangan itik pedaging menggunakan analisis perhitungan dengan software Microsoft excel, dengan menghitung Location Quotient (LQ), Growth Share dan Indeks Daya Dukung (IDD).
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kabupaten Jombang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan peternakan itik pedaging mengingat dari segi sumber daya manusia (SDM) terdapat sekitar 52.169 orang pengangguran terbuka, berdasarkan kelompok usia 69,89% atau 922.420 berusia 15-64 tahun adalah umur produktif, jumlah penduduk laki-laki 50,42% dan perempuan 49,58%, serta angka RLS Kabupaten Jombang sebesar 8,21 tahun cukup tinggi diatas RLS Jawa Timur sebesar 7,39 tahun. Sedangkan untuk hasil Location Quotient Kabupaten Jombang LQ=1 termasuk daerah sektor non basis, potensi peternakan itik hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri. Berdasarkan hasil Growth populasi itik Kabupaten Jombang sebesar 9,6 dan hasil Share populasi itik sebesar 16,76. Disamping itu potensi
xi
pakan yang ada di Kabupaten Jombang cukup berlimpah dimana terdapat dedak padi sebesar 34.423.630 kg. Sehingga dari daya dukung yang ada IDD Kabupaten Jombang sebesar 2,66 dikategorikan aman, dengan populasi itik pedaging di Kabupaten Jombang sebanyak 235.936 ekor yang masih dapat ditingkatkan.
Dapat disimpulkan bahwa Kabepaten Jombang memiliki potensi pengembangan peternakan itik pedaging mengingat dari segi sumber daya manusia masih terdapat sekitar 52.169 orang pengangguran terbuka, kelompok usia produktif sebesar 69,89% dan tingkat RLS cukup tinggi sebesar 8,21 tahun. Hasil Growth Share peternakan itik pedaging di Kabupaten Jombang ditetapkan sebagai sektor unggulan, dengan tingkat pertumbuhan populasi itik sedang yaitu sebesar 9,6 dan kontribusi sebesar 17,67 terhadap daerah lain cukup tinggi. Dari daya dukung yang ada ketersediaan sumberdaya pakan dedak sebesar 2,66 di Kabupaten Jombang secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efisien
Penggunaan Gelatin Pada Reduced-Fat Mayonnaise Ditinjau Dari Rendemen, Karbohidrat, Dan Kestabilan Emulsi
Mayonnaise merupakan salah satu produk olahan hasil ternak yang memiliki kadar lemak yang tinggi. Tingginya kandungan lemak tersebut akan membahayakan tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Hal ini tentu saja akan menyebabkan penurunan konsumsi masyarakat terhadap produk olahan ini, padahal masyarakat perlu memenuhi kebutuhan gizi tubuh untuk berkembang. Salah satu upaya agar masyarakat dapat mengkonsumsi mayonnaise tanpa perlu khawatir adalah dengan membuat reduced fat mayonnaise dengan penambahan gelatin sebagai stabilizer.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase terbaik penggunaan gelatin dalam pembuatan reduced fat mayonnaise ditinjau dari rendemen, karbohidrat, dan kestabilan emulsi. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan memberikan ilmu pengetahuan bagi masyarakat umum dalam pembuatan reduced fat mayonnaise dengan penggunaan gelatin.
xii
Materi yang digunakan adalah reduced fat mayonnaise yang dibuat menggunakan minyak biji bunga matahari, gelatin, kuning telur dan bahan penyedap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu P0 sebagai kontrol tanpa penambahan gelatin, P1 1% gelatin, P2 2% gelatin, dan P3 3% gelatin dari jumlah minyak yang digunakan. Variabel yang diukur adalah rendemen, karbohidrat, dan kestabilan emulsi. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) apabila terjadi perbedaan yang nyata maupun sangat nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gelatin memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap rendemen, karbohidrat, dan kestabilan emulsi. Rataan nilai rendemen P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 70,75%; 71,04%; 71,90%; dan 72,12%. Rataan nilai karbohidrat berturut-turut adalah 2,22%; 2,43%; 2,54%; dan 2,65%. Rataan nilai kestabilan emulsi berturut-turut adalah 93,64%; 90,73%; 91,67%; dan 92,96%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa reduced fat mayonnaise terbaik dengan penggunaan gelatin sebanyak 3% yang memiliki rataan rendemen 72,12%, karbohidrat 2,65%, dan kestabilan emulsi 92,96%. Saran dari penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas mikrobiologis serta mengenai daya simpan reduced fat mayonnaise dengan penambahan gelatin 3%
Penggunaan Tepung Terigu Dan Tepung Tapioka Pada Nugget Hati Ayam Dan Nugget Hati Sapi Ditinjau Dari Kualitas Rendemen, Warna Dengan Color Reader, Dan Serat Kasar
Nugget merupakan salah satu jenis makanan olahan
daging yang cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat. Nugget
memiliki flavour yang unik dan tekstur yang renyah dengan
penambahan beberapa tepung terigu dan tepung tapioka.
Diperlukan inovasi untuk mengganti daging dengan hasil samping
berupa hati ayam dan hati sapi, karena hati masih memiliki
keunggulan gizi bagi tubuh manusia, dan harganya yang
terjangkau. Penambahan tepung pada nugget meningkatkan
kualitas nugget yang mana menggunakan tepung terigu dan
tepung tapioka. Tepung terigu dan tepung tapioka pada setiap
perlakuan membuat kualitas fisik hati lebih baik dan diinginkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hati ayam dan
hati sapi penggunaan tepung terigu dan tepung tapioka ditinjau
dari kualitas rendemen, warna dengan color reader, dan serat
kasar.
Penelitian dilakukan mulai Agustus 2020 hingga Oktober
2020. Uji analisis sampel dilakukan di Laboratorium Teknologi
Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,
Laboratorium Nutrisi Universitas Muhammadiyah Malang, dan
Laboratorium Analisis Pangan Teknologi Hasil Pertanian
ix
Politeknik Negeri Jember. Materi dalam penelitian ini adalah hati
ayam pedaging, hati sapi, tepung terigu, dan tepung tapioka.
Metode penelitian ini adalah metode eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok bersarang (RAK) pola
Tersarang (nested exprement design) yang meliputi empat
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah:
nugget hati ayam + tepung tapioka (AP), nugget hati ayam +
tepung terigu (AG), nugget hati sapi + tepung tapioka (SP) dan
nugget hati sapi + tepung (SG). Variabel yang diamati adalah
kualitas rendemen (%), warna dengan color reader dan serat
kasar (%). Jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan
menggunakan DMRT (Duncan’s Multi-Range Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua
perlakuan analisis pada hati ayam dan hati sapi penggunaan
tepung terigu dan tepung tapioka tidak berbeda nyata (p>0,05).
Nilai rata-rata uji rendemen sebesar 100,40 sampai 101,19%,
warna L* (kecerahan) adalah 20,96 sampai 25,28, a* (kemerahan)
adalah 0,59 sampai 3,73, dan b* (kekuningan) 23,18
sampai 27,42, serta serat kasar 0,56 sampai 0,82%.
Kesimpulan penelitian adalah penggunaan hati ayam
pedaging dan hati sapi serta tepung terigu dan tepung tapioka
dalam pembuatan nugget memberikan hasil yang sama pada
rendemen, warna dan serat kasar. Saran penelitian bahwa perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memodifikasi produk
remanufacturing, karena apabila diolah dengan lebih baik maka
produk akan memiliki nilai gizi tinggi dan nilai jual yang
menguntungkan
Penggunaan Gelatin Pada Reduced-Fat Mayonnaise Ditinjau Dari Keasaman, Protein, Lemak, Dan Asam Lemak Bebas
Mayonnaise merupakan salah satu produk olahan berbahan dasar minyak, sehingga mayonnaise full fat yang beredar di pasaran memiliki kandungan lemak yang tinggi. Kesadaran masyarakat tentang kesehatan yang semakin meningkat, menyebabkan mayonnaise dikonsumsi dalam jumlah yang terbatas. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan konsumsi mayonnaise, yaitu membuat reduced-fat mayonnaise dengan penambahan gelatin sebagai stabilizer. Gelatin merupakan campuran peptida dan protein yang dihasilkan oleh hidrolisis parsial kolagen yang diekstraksi dari kulit, tulang, dan jaringan ikat ternak sapi. Gelatin diklasifikasikan sebagai jenis hidrokoloid, dengan sifat fungsional yang dapat digunakan sebagai bahan penstabil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase terbaik penambahan gelatin dalam pembuatan reduced-fat mayonnaise ditinjau dari keasaman, protein, lemak, dan asam lemak bebas. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan memberikan ilmu pengetahuan bagi
masyarakat umum dalam pembuatan reduced-fat mayonnaise dengan penambahan gelatin.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain reduced-fat mayonnaise yang dibuat menggunakan minyak biji bunga matahari, kuning telur, gelatin, dan bahan tambahan pangan seperti garam, gula, mustard, dan lada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa penggunaan gelatin sebagai stabilizer, di mana P0 tanpa penambahan gelatin (sebagai kontrol), P1 dengan penambahan 1% gelatin, P2 dengan penambahan 2% gelatin, dan P3 dengan penambahan 3% gelatin. Parameter atau variabel yang diuji meliputi keasaman, protein, lemak, dan asam lemak bebas. Data yang diperoleh di analisis statistika dengan menggunakan analisis ragam atau Analysis of Variance (ANOVA), dan jika terdapat perbedaan yang nyata maupun sangat nyata, maka akan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gelatin memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap keasaman, protein, lemak, dan asam lemak bebas. Rataan nilai kadar keasaman pada P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 0,59%, 0,63%, 0,64%, dan 0,65%. Rataan nilai kadar protein berturut-turut adalah 1,49%, 1,80%, 1,90%, 2,10%. Rataan nilai hasil kadar lemak berturut-turut adalah 70,99%, 53,86%, 52,74%, 51,51%. Rataan nilai kadar asam lemak bebas berturut-turut adalah 0,071%, 0,067%, 0,063%, 0,060%. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan gelatin sebesar 3% menghasilkan reduced-fat mayonnaise terbaik dengan kadar keasaman sebesar 0,65%, kadar protein 2,10%,
x
kadar lemak 51,51%, dan kadar asam lemak bebas 0,060%. Saran dari penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan mayonnaise dengan penambahan gelatin sebesar 3%
Pengaruh Antioksidan Genistein Dalam Pengencer Tris Aminomethan Dan Posisi Straw Pada Ekuilibrasi Uap Nitrogen Cair Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Peranakan Ongole
Rusaknya spermatozoa selama penyimpanan salah satunya disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS). Keadaan ini terjadi karena spermatozoa mamalia kaya akan asam lemak tidak jenuh dan sangat mudah terkena Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat mengakibatkan penurunan motilitas spermatozoa serta meningkatkan kerusakan morfologi yang berpengaruh terhadap kapasitasi spermatozoa dan reaksi akrosom. Peroksidasi lemak pada membran plasma merupakan mekanisme kunci dari ROS yang mengakibatkan kerusakan spermatozoa dan infertilitas. Permasalahan ROS dapat diatasi yaitu dengan cara penambahan antioksidan kedalam pengencer semen. Antioksidan yang ditambahkan dalam pengencer salah satunya adalah genistein. Genistein adalah isoflovon yang termasuk dalam fitoesterogen yang banyak ditemukan pada kedelai. Fitoesterogen adalah senyawa alami yang berasal dari tanaman yang struktural dan fungsionalnya mempunyai efek mengikat reseptor esterogen. Genistein memiliki efek antioksidan terhadap integritas DNA
sel sperma, sebagai penghambat angiogenesis, peroksidasi lemak, dan senyawa anti kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan antioksidan Genistein dalam pengencer Tris Aminomethan kuning telur terhadap kualitas spermatozoa sapi Peranakan Ongole yang diekuilibrasi pada posisi straw yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021. Penelitian dilaksanakan secara berkelompok di UPT dan HMT Karangwaru, Kabupaten Tuban.
Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan laboratorium (experimental laboratory) dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial atas 2 faktor dan 5 ulangan dan data setiap perlakuan dianalisa secara statistik menggunakan anova, yang apabila terdapat perbedaan dilanjut dengan uji Duncan. Perlakuan penelitian ini yaitu P0 (Pengencer Tris Aminomethan tanpa penambahan antioksidan genistein); P1 (Pengencer Tris Aminomethan + penambahan 10 μM antioksidan genistein); P2 (Pengencer Tris Aminomethan + penambahan 30 μM antioksidan genistein) dan P3 (Pengencer Tris Aminomethan + penambahan 50 μM antioksidan genistein). Diamati pada ketinggian ekuilibrasi uap nitrogen yang berbeda yaitu, 5 cm, 10 cm dan 20 cm. Variabel yang diamati adalah motilitas individu, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran.
Ditinjau dari hasil penelitian semen sapi Peranakan Ongole menunjukan kualitas yang baik uji makroskopis yaitu volume 9±0,62 ml, warna putih kekuningan dan pH 6,77±0,21 serta uji mikroskopis degan motilitas massa ++, motilitas individu 81,25±7,5%, konsentrasi sebesar 128,5±7,32 10⁷ spermatozoa/ml, viabilitas 87,38±8,87%, dan abnormalitas 3,12±1,57%.
Hasil analisis pada motilitas individu spermatozoa sapi Peranakan Ongole menunjukan bahwa tingkat penambahan
antioksidan genistein memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05). Diketahui bahwa penambahan antioksidan genistein sebesar 30 μM memberikan hasil terbaik dibandingkan P0, P1 dan P3. Dapat dilihat bahwa persentase motilitas individu perlakuan P2 sebesar (34±5,04%), lebih tinggi dibandingkan penambahan antioksidan genistein P0, P1 dan P3 yang berturut-turut didapatkan P0 (27,33±3,21%), P1 (31±4,13%), dan P3 (28,33±3,32%). Motilitas individu spermatozoa sapi PO mengalami penurunan dengan ketinggian ekuilibrasi uap nitrogen cair 10 cm dan 20 cm dengan empat perlakuan yang berbeda pada setiap ketinggian ekuilibrasi uap nitrogen cair dengan hasil berturut-turut sebesar 29,5±2,23% dan 28±2,11%. Hasil analisis terhadap viabilitas spermatozoa sapi Peranakan Ongole menunjukan bahwa kadar penambahan antioksidan genistein 30 μM memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dengan P0, P1 dan P3. Pada ketinggian ekuilibrasi uap nitrogen cair 5 cm, 10 cm dan 20 cm dapat dilihat bahwa persentase viabilitas pada P2 dengan kadar genistein 30 μM sebesar (54,04±5,21 %) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penambahan kadar genistein 0 μM, 10 μM dan 50 μM yaitu secara berturut turut adalah (36,29±2,65 %), (47,57±3,43 %) dan (39,18±3,21 %). Hasil analisis terhadap abnormalitas spermatozoa sapi Peranakan Ongole menunjukan bahwa penambahan antioksidan genistein 30 μM memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan 0 μM, 10 μM dan 50 μM. Pada ketinggian ekuilibrasi uap nitrogen cair 5 cm, 10 cm dan 20 cm dapat dilihat bahwa persentase abnormalitas pada P2 dengan kadar antioksidan genistein 30 μM sebesar (10,97±2,21%). Lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan penambahan antioksidan genistein 0 μM, 10 μM dan 50 μM yaitu berturut-turut adalah genistein 0 μM (14,06±1,75%), genistein 10 μM (12,67±1,43%) dan genistein 50 μM (13,26±1,23%). Hasil analisis terhadap integritas
membran spermatozoa sapi Peranakan Ongole menunjukan bahwa penambahan genistein 30 μM memberikan hasil terbaik yaitu sebesar 37,82±2,67% namun tidak berbeda nyata dengan penambahan antioksidan genistein 10 μM yaitu sebesar 36,57±3,54%. Sedangkan penambahan antioksidan genistein 50 μM mampu mempertahankan integritas membran berkisar 34,75±1,45% dan tidak berbeda nyata dengan penambahan antioksidan genistein 0 μM yaitu 34,4±2,43%.
Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa Penambahan Antioksidan Genistein sebanyak 30 μM pada penngencer Tris Aminomethan kuning telur memiliki rataan tertinggi dengan nilai motilitas 33±5,04%, Abnormalitas 10,97±2,21%, Viabilitas 54,04±5,21% dan Integritas Membran 37,82±2,67% dalam mempertahankan kualitas spermatozoa Sapi Peranakan Ongole pada ketinggian ekuilibrasi 5 cm
Pengaruh Lama Ekuilibrasi Suhu Dingin Dan Ekuilibrasi Pada Uap Nitrogen Cair Terhadap Kualitas Semen Kambing Boer Setelah Thawing Menggunakan Pengencer Tris Aminomethane Yang Disuplementasi Antioksidan Quercetin
Peningkatan populasi ternak Kambing Boer dapat dilakukan melalui penerapan teknologi reproduksi yaitu inseminasi buatan (IB) yang didukung dengan produksi semen beku kambing Boer berkualitas. Akan tetapi, selama pembekuan terdapat masalah seperti adanya cold shock dan Reactive Oxygen Species (ROS) yang menyebabkan penurunan kualitas semen beku. Salah satu jenis media pengencer untuk semen kambing adalah tris aminomethane kuning telur mengandung krioprotektan ekstraseluler berupa kuning telur yang mengandung lipoprotein dan lesitin yang berfungsi sebagai pelindung (krioprotektan) pada pembekuan semen. Kuning telur sebagai bahan krioprotektan esktraseluler berfungsi sebagai media penyedia makanan, sumber energi dan pelindung eskraseluler spermatozoa dari cold shock. Penambahan antioksidan quercetin pada pengencer dipercaya dapat mengurangi produksi Reactive Oxygen Species (ROS) berlebih karena dapat menetralkan radikal bebas sehingga kerusakan pada spermatozoa dapat diminimalisir.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis pengaruh lama ekuilibrasi suhu dingin terhadap kualitas semen beku kambing Boer setelah thawing yang disuplementasi quercetin; 2) menganalisis pengaruh lama ekuilibrasi pada uap nitrogen cair terhadap kualitas semen beku kambing Boer setelah thawing yang disuplementasi quercetin; 3) menganalisis interaksi keduanya terhadap kualitas semen beku kambing Boer setelah thawing yang disuplementasi quercetin. Harapannya penelitian ini menjadi informasi yang bermanfaat untuk memperbaiki proses produksi semen beku kambing Boer. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2022 sampai Januari 2023 di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.
Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah semen segar dari pejantan kambing Boer yang berada di Laboratorium Sumbersekar, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Kambing tersebut berumur 5 tahun dengan bobot badan 70 kg yang ditampung sebanyak 2 kali dalam seminggu dibantu oleh tenaga ahli pihak Laboratorium Sumbersekar menggunakan alat bantu vagina buatan dan kambing betina pemancing. Semen segar yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai motilitas masa minimal (++), motilitas individu >70%, viabilitas >70%, dan abnormalitas <10%. Semen yang sudah dilakukan penampungan akan di periksa secara makroskopis yang meliputi warna, bau, pH, konsistensi, dan volume. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang meliputi motilitas massa dan individu, abnormlaitas, konsentrasi dan integritas membran. Semen yang memenuhi kriteria diencerkan menggunakan penambahan konsentrasi antioksidan quercetin sebanyak 30 μM pada pengencer tris aminomethane kuning telur. Setelah itu, dilakukan pembekuan dengan diamati kualitas semen beku kambing Boer setelah thawing meliputi motilitas individu, viabilitas, abnormalitas, dan integritas membran.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium (experimental laboratory). Jenis rancangan yang dipakai adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 4 x 3 dengan total 12 perlakuan kombinasi. Faktor pertama adalah lama waktu ekuilibrasi suhu dingin 4˚C selama (1 jam, 1.5 jam, 2 jam, 2.5 jam). Faktor kedua adalah lama waktu ekuilibrasi uap nitrogen (5 menit, 10 menit, 15 menit). Pengamatan dilakukan pada semen segar, sebelum pembekuan (before freezing) dan setelah pembekuan (post thawing). Seluruh perlakuan dilakukan sebanyak 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05) atau sangat nyata (P<0,01) akan dilakukan uji Duncan Multiple Range Test. Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan software IBM SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) Staitstic versi 26.
Hasil dari penelitian didapatkan bahwa lama ekuilibrasi suhu dingin dan lama ekuilibrasi pada uap nitrogen cair berpengaruh sangat nyata (P0.05) terhadap abnormalitas spermatozoa setelah thawing. Lama waktu ekuilibrasi suhu dingin selama 2.5 jam memiliki persentase terbaik terhadap motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan integritas membran secara berturut – turut adalah 40.00±12.06%, 69.58±3.16%, 2.58±0.41%, 31.50±3.10%, sementara lama waktu ekuilibrasi pada uap nitrogen selama 5 menit memiliki persentase terbaik dalam mempertahankan motilitas, viabilitas, abnormalitas, dan integritas membran masing - masing adalah 36.88±12.23%, 67.39±5.16%, 2.61±0.34%, 29.53±4.46%. Terdapat interaksi antara lama ekuilibrasi suhu dingin dan lama ekuilibrasi pada uap nitrogen cair terhadap motilitas individu setelah thawing yaitu selama 2.5 jam dan 5 menit yang menghasilkan rataan persentase sebesar 50±7.07%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lama ekuilibrasi suhu dingin selama 2.5 jam dan lama waktu ekuilibrasi uap nitrogen selama 5 menit merupakan kombinasi perlakuan waktu ekuilibrasi yang optimal bagi spermatozoa kambing Boer untuk menyesuaikan dengan suhu lingkungan yang sangat rendah sehingga mampu mempertahankan kualitas dan mencegah kematian spermatozoa akibat cekaman dingin dan Reactive Oxygen Species (ROS) setelah dilakukan thawing
Pengaruh Posisi Straw Pada Ekuilibrasi Uap Nitrogen Cair Dan Suhu Thawing Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Po Dengan Penambahan Genistein Pada Pengencer
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan populasi ternak sapi PO adalah dengan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB). IB diharapkan mampu meningkatkan mutu genetic dan produksi ternak. Keberhasilan IB dapat tercapai salah satunya dengan penggunaan semen beku. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas semen beku adalah pengencer yang dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa agar tidak mengalami kejut dingin (cold shock) dan kerusakan membran akibat radikal bebas pada saat penyimpanan semen.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi straw pada uap nitrogen cair dan suhu thawing terhadap kualitas semen sapi PO dengan penambahan genistein pada pengencer. Penelitian ini dilakukan mulai Maret – April 2021 di UPT PT dan HMT Karangwaru, Tuban. Materi yang digunakan dalam penelitian merupakan semen segar yang berasal dari 2 ekor sapi Peranakan Ongole(PO) dengan kriteria motilitas individu ≥70% dan motilitas masaa
2+. Penampungan dilakukan 1 kali seminggu dengan menggunakan vagina buatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan laboratorium (experimental laboratory). Pola rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan pola 3x3. Faktor pertama adalah posisi straw pada nitrogen cair dari 3 taraf perlakuan 5 cm, 10 cm dan 20 cm. Faktor kedua adalah suhu thawing dari 3 taraf perlakuan yaitu 20ºC, 30ºC, 40ºC. Masing masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Variabel yang diamati meliputi motilitas individu, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran. Analisa data yang digunakan adalah analisa ragam atau ANOVA (Analysis Of Variance). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial, jika terjadi perbedaan pada data yang diperoleh maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil analisa menunjukkan bahwa suhu thawing memberikan pengaruh nyata (P0,05) terhadap abnormalitas. Sedangkan posisi straw pada uap nitrogen cair dan interaksi antara posisi straw pada uap nitrogen cair dengan suhu thawing tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) motilitas individu, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa posisi straw pada uap nitrogen cair 5 cm dan suhu thawing 40˚C
menunjukkan motilitas, viabilitas dan integritas membrane paling tinggi sehingga dapat memberikan kualitas terbaik semen beku sapi PO