9 research outputs found

    Peningkatan Kadar Bioaktif Fitoestrogen Tumbuhan Semanggi (Marsilea Crenata Presl.) Melalui Pengelolaan Lingkungan Tanaman

    No full text
    Tumbuhan semanggi (Marsilea crenata Presl.) termasuk salah satu tumbuhan paku-pakuan yang biasa tumbuh di lingkungan berlumpur, tanah lembab atau tempat berair. Tumbuhan semanggi belum banyak dibudidayakan oleh petani, kebanyakan petani hanya mengumpulkan semanggi yang tumbuh secara liar di sawah. Habitat tumbuhan semanggi ini biasa tergenang, karena semanggi merupakan salah satu jenis tanaman air. Masyarakat tahu bahwa semanggi merupakan salah satu gulma padi sawah dan memiliki kemampuan sebagai tumbuhan fitoremediasi (Jiang et al., 2018). Selain berfungsi sebagai sayur, tumbuhan ini juga memiliki khasiat obat untuk pencegah osteoporosis pasca menopause bagi kaum wanita. Kandungan yang diharapkan untuk bisa mengobati penyakit ini adalah kandungan fitoestrogen (Isoflavon). Hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya semanggi ini adalah media yang baik untuk menghasilkan biomasa dan kandungan bioaktif (fitoestrogen) tinggi guna pemenuhan kebutuhan sayuran dan bahan baku obat yang aman terbebas dari kontaminasi bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan akibat kemampuannya menyerap logam berat (fitoremediasi). Selain itu untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi habitat tumbuh yang sesuai untuk tumbuhan semanggi, kemudian menemukan media tumbuh yang mampu meningkatkan kandungan bioaktif tinggi serta memberikan unsur hara berupa pupuk organik dan an-organik guna peningkatan biomasanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pertumbuhan dan kadar bioaktif fitoestrogen paling tinggi pada tumbuhan semanggi yang tumbuh di habitat berbeda. Memperoleh teknik budidaya yang tepat untuk menghasilkan kadar bioaktif fitoestrogen tinggi pada tumbuhan semanggi. Mengetahui pengaruh penambahan pupuk an-organik (N dan K) dan organik (pupuk kotoran sapi) untuk peningkatan biomasa dan kadar bioaktif fitoestrogen tumbuhan semanggi. Penelitian pertama dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2017 dilaksanakan di tiga habitat yang memiliki perbedaan media tumbuh yaitu di Desa Sememi, Kecamatan Benowo Kota Surabaya dengan media basah atau tergenang, di Desa Wringinanom, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang dengan media sedang dan di Desa Bungur, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dengan media kering, menggunakan metode survei dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan tumbuhan semanggi yang memiliki kandungan bioaktif tinggi dari habitat atau lokasi tumbuh berbeda. Penelitian kedua dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2019 yang bertempat di kebun Percobaan Jatimulyo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur pada ketinggian antara 460 m dpl dengan tujuan untuk menghasilkan kadar bioaktif senyawa fitoestrogen tumbuhan semanggi yang optimal melalui teknologi cekaman air yang tepat. Penelitian ini merupakan percobaan pot, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, terdiri dari 6 perlakuan, yaitu: K1 = Kering (Kurang dari 40% Kapasitas Lapang); K2 = Tanpa Genangan (Kapasitas Lapang); K3 = Genangan Air Ketinggian 2 cm; K4 = Genangan Air Ketinggian 4 cm; K5 = Genangan Air Ketinggian 6 cm; K6 = Genangan Air Ketinggian 8 cm. Penelitian ketiga dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2020, lokasi penelitian sama dengan pada penelitian kedua. Tujuan penelitian untuk meningkatkan biomasa dan bioaktif tumbuhan semanggi melalui aplikasi pupuk organik (kompos dan pupuk kotoran hewan), pupuk anorganik (N dan K). Penelitian ini merupakan percobaan pot. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yang terdiri dari 8 perlakuan kombinasi jenis tanah dan pupuk an-organik (N, K), pupuk organik (kotoran sapi). Perlakuan terdiri dari: P0 = tanah, tanpa pupuk N dan K; P1 = tanah, N 138 kg ha-1; P2 = tanah, K 136 kg ha-1; P3 = tanah, N 138 kg ha- 1; dan K 136 kg ha-1; P4 = tanah, pupuk kotoran sapi 20.103 kg ha-1; P5 = tanah, pupuk kotoran sapi 20.103 kg ha-1, N 138 kg ha-1; P6 = tanah, pupuk kotoran sapi 20.103 kg ha-1, K 136 kg ha-1; P7 = tanah, pupuk kotoran sapi 20.103 kg ha-1, N 138 kg ha-1; K 136 kg ha-1. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa tumbuhan semanggi jenis Marsilea crenata Presl. yang tumbuh pada habitat tergenang asal desa Sememi, Kota Surabaya menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan tumbuhan semanggi asal desa Wringinanom, Kabupaten Malang dan tumbuhan semanggi asal desa Bungur, Kabupaten Tulungagung. Berikut ini hasil dari pertumbuhan tumbuhan semanggi asal desa Sememi, panjang tangkai pada 4 MST (18,20 cm), jumlah daun (189,60 rumpun- 1), panjang akar (10,90 cm), jumlah anakan 77,20 cm) dan hasil kandungan bioaktif fitoestrogen turunan isoflavon yaitu daidzin (26,63 μg g-1), formononentin (30,63 μg g-1), genistin (28,80 μg g-1), daidzein (12,70 μg g-1), biochanin A (22,07 μg g-1), genistein (14,45 μg g-1 ), 6‘-O-malonylgenistin (12,46 μg g-1),dan biochanin A-7-O-β-D- glucoside-6‘‘-O-malonate (34,15 μg g-1). Sedangkan pada penelitian tahap kedua memperoleh teknik budidaya tumbuhan semanggi jenis Marsilea crenata Presl. dengan media kapasitas lapang mampu meningkatkan kandungan bioaktif fitoestrogen daidzin sebesar (87,03%), biochanin A (88,89%), genistein (88,92%), formo-nonetin (87,01%), genistin (87,03%), 6''-O-malony (88,92%), daidzein (87,01%), dan biochanin A-7-O-Beta-D-glucoside-6''-O-malonate (87,45%). Penelitian tahap ketiga menunjukkan bahwa komposisi media tanah, pupuk organik (pupuk kotoran sapi) dengan dosis 20.103 kg. ha-1 dapat meningkatkan biomasa bobot segar total panen (235,9 g petak panen-1), bobot kering total panen (45,78 g bak panen-1) dengan ukuran bak 42 x 32 x 14 cm dan kandungan bioaktif fitoestrogen tumbuhan semanggi sebesar (daidzin 174%, genistin 168%, biochanin A1606''-O- malony 177%, formo-nonetin 168%, daidzein 147%, genistein 175%, biochanin A-7- O-Beta-D-glucoside-6''-O-malonate 174%)

    Kajian Dampak Perbedaan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Pada Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah

    No full text
    Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) termasuk ke dalam jenis tanaman palawija penghasil karbohidrat yang berpotensial dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan makanan pokok (selain nasi). Ubi jalar mengandung gizi yang tinggi sehingga memiliki kualitas yang baik sebagai bahan pangan. Komoditas ubi jalar mempunyai peranan yang cukup penting karena memiliki banyak manfaat dan nilai tambah. Selain dimanfaatkan dalam bentuk umbi segar, ubi jalar juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pakan dan bahan industri. Masalah utama yang dihadapi dalam kegiatan usaha tani ubi jalar adalah rendahnya produksi rata-rata per hektar lahan. Komoditas ubi jalar lebih toleran terhadap perubahan iklim dibandingkan dengan tanaman palawija lain seperti sorghum, jagung, dan kedelai. Ubi jalar memiliki daya adaptasi yang luas, baik dari kondisi lahan maupun lingkungan. Dalam sistem produksi, perubahan iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Pada lahan yang terdapat di dataran tinggi dan dataran rendah pastinya juga mengalami perubahan iklim yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan unsur iklim dan produktivitas ubi jalar di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah. Mengetahui hubungan dari unsur iklim terhadap hasil produktivitas ubi jalar di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah serta mengetahui unsur iklim yang paling berperan dalam produktivitas ubi jalar di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah. Penelitian dilakukan pada bulan April – Oktober 2021 di Daerah Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang dan Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Alat dan bahan yang digunakan yaitu terdiri dari data primer berupa data iklim dari dua daerah tahun 2001-2020 yang diperoleh dari Stasiun Geofisika III Malang dan Stasiun Geofisika III Sawahan Nganjuk dan data produktivitas ubi jalar tahun 2001-2020 yang diperoleh dari BPS Kabupaten Malang dan BPS Kabupaten Nganjuk dan BDSP-Kementerian Pertanian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Untuk mengetahui hubungan iklim dan produktivitas tanaman ubi jalar dilakukan analisis korelasi antara data iklim dan produktivitas kemudian dilanjutkan dengan regresi linier dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2016 dan SPSS 25. Penetapan lokasi dilakukan metode stratified random sampling yaitu diawali pemetaan wilayah dengan memilih daerah sentra produksi yang termasuk wilayah dataran rendah yaitu berada pada ketinggian di bawah 400 mdpl dan dataran tinggi yaitu wilayah sentra poduksi pada ketinggian diatas 700 mdpl. Untuk menganalis hubungan unsur iklim dengan produktivitas ubi jalar di dataran tinggi dan rendah dilakukan analisis korelasi dan v regresi antara curah hujan, suhu udara, lama penyinaran matahari, kelembaban udara dan produktivitas ubi jalar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu dua puluh tahun (2001 – 2020), terdapat perbedaan unsur iklim pada wilayah dataran tinggi di Kabupaten Nganjuk dan pada wilayah dataran rendah di Kabupaten Malang. Pada dataran tinggi unsur iklim curah hujan, suhu udara dan lama penyinaran matahari lebih rendah daripada dataran rendah. Pada dataran tinggi unsur iklim kelembaban udara lebih tinggi daripada dataran rendah. Pada dataran tinggi produktivitas ubi jalar lebih rendah daripada dataran rendah dengan nilai rata-rata 14,885 ton/ha dan 14,439 ton/ha. Unsur iklim curah hujan di dataran rendah dengan nilai korelasi r = 0,50 dan unsur iklim suhu udara di dataran tinggi dengan nilai korelasi r = 0,61 memiliki hubungan yang nyata pada taraf 5% terhadap produktivitas ubi jalar dikarenakan nilai korelasi r mendekati 1 yang artinya semakin mendekati angka 1, maka pengaruh unsur iklim akan semakin kuat terhadap produktivitas ubi jalar. Unsur iklim kelembaban udara, lama penyinaran matahari tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap produktivitas ubi jalar. Unsur iklim curah hujan di dataran rendah berpengaruh nyata terhadap produktivitas ubi jalar dengan nilai R2 = 24% dan persamaan hasil regresi Y= 29,439 + 0,040 X, ini menunjukkan apabila curah hujan meningkat satu mm akan meningkatkan produktivitas ubi jalar 0,040 ton/ha. dan unsur iklim suhu udara pada dataran tinggi berpengaruh nyata terhadap produktivitas ubi jalar dengan nilai R2 = 38% dan persamaan hasil regresi Y = - 40,541 + 3,005 X, ini menunjukkan apabila suhu meningkat satu derajat akan meningkatkan produktivitas ubi jalar 3,005 ton/ha. Unsur iklim kelembaban udara dan unsur iklim lama penyinaran matahari tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas ubi jalar. Unsur iklim yang paling berperan terhadap produktivitas ubi jalar dilihat dari nilai korelasi nya yaitu unsur iklim suhu udar

    Kajian Iklim Mikro Tanaman Kopi Sistem Agroforestri Di Ub Forest

    No full text
    Terdapat tiga macam tanaman kopi di Indonesia yaitu kopi robusta 75%, arabika 20% dan liberika 5%. UB Forest memiliki luas 125 hektar yang terdiri dari beberapa jenis tanaman diataranya adalah tanaman kopi, pohon pinus dan pohon alpukat yang pada umumnya diusahakan dengan sistem agroforestri. Unsur lingkungan mikro seperti cahaya matahari, kelembaban, dan suhu sangat mempengaruhi terbentuknya kondisi alam dalam suatu kawasan hutan. Tujuan di lakukan penelitian ini adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui iklim mikro dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman kopi di UB Forest. Hipotesis dari penelitian ini adalah Iklim mikro yang terdapat di UB Forest sesuai untuk pertumbuhan tanaman kopi. Iklim mikro yang berada pada lahan petani kopi di UB Forest dengan naungan pinus berbanding lurus dengan tanaman kopi dengan naungan pohon pinus dan pohon alpukat. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juni - Agustus pada tahun 2021 Tempat kegiatan pelaksanaan penelitian yaitu di lahan UB Forest milik Universitas Brawijaya dengan ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dan 900 meter di atas laut berada di lereng Gunung Arjuno. Alat yang di gunakan dalam penelitian adalah luxmeter, thermo-hygrometer, kertas, spidol, bulpoin, pensil, buku catatan, dan kamera. Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kopi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menentukan lahan yang akan dijadikan sampel, dimana dari total lahan 125 ha yang akan digunakan penelitian adalah 10 % dari total lahan yang ada pada UB Forest. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yakni dengan melakukan pengumpulan data pada ketinggian yang berbeda dari dua lahan, menganalisis dan menginterpretasikan data. Pada daerah penelitian dilakukan pengamatan di setiap sampel yang ditentukan dan bisa mewakili keseluruhan. Data yang didapat dari lahan kemudian dicatat. Hasil suhu di UB Forest pada lahan 1 dan vii lahan 2 pada tiap bulan memiliki perbedaan pada pukul 12.00 WIB, sedangkan pada pukul 16.00 WIB hanya berbeda pada bulan Juli, sedangkan untuk intensitas cahaya pada lahan 1 dan lahan 2 memiliki perbedaan nyata pada tiap bulannya baik pada pukul 12.00 WIB maupun pada pukul 16.00 WIB. sedangkan untuk tingkat kelembaban pada bulan Juni, Juli dan Agustus pada pukul 12.00 WIB tidak memiliki perbedaan, sedangkan pada pukul 16.00 WIB tiap bulannya memiliki perbedaan dikarenakan iklim mikro pada UB Forest memiliki sifat fluktuatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa iklim mikro di UB Forest bersifat fluktuatif atau turun naik tiap bulannya, namun cenderung lebih stabil pada lahan 1 dengan naungan pohon pinus dan pohon alpukat. Intensitas cahaya pada lahan 1 dan lahan 2 didapatkan hasil berbeda dengan hasil lahan 1 memiliki intensitas cahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan lahan 2 yang memiliki intensitas cahaya yang lebih tinggi karena naungan antara lahan 1 dan lahan 2 memiliki jenis yang berbeda, sedangkan untuk suhu pada bulan Juli antara lahan 1 dan lahan 2 berbeda nyata dengan hasil pada lahan 1 memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan lahan 2 namun pada bulan Juni dan Agustus pada pukul 12.00 memiliki perbedaan, yaitu pada lahan 2 dibulan Juni dan Agustus memiliki suhu yang lebih tinggi di bandingkan lahan 1 dan pada pukul 16.00 WIB tidak memiliki perbedaan. Sedangkan untuk kelembaban pada pukul 12.00 WIB tiap bulanya tidak memiliki perbedaan, namun pada pukul 16.00 WIB memiliki perbedaan dimana lahan 1 memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibanding lahan 2. Perbedaan ketinggian dan naungan menyebabkan perbedaan yang signifikan

    Pengaruh Limbah Cair Udang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasiltanaman Sawi (Brassica Juncea L.)

    No full text
    Sawi (Brassica juncea L.) merupakan sayur-sayuran yang banyak diminati masyarakat, karena harga yang terjangkau selain itu mempunyai zat gizi tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sawi dapat ditanam pada dataran rendah hingga tinggi, sehingga dapat di usahakan pada dataran rendah dan dataran tinggi Masalah lingkungan semakin meluas tidak dapat dipandang sebelah mata karena pengaruhnya dapat menyangkut manusia, flora, dan fauna. Kenyataannya manusia berperan banyak dalam menyumbang permasalahan lingkungan hidup Salah satunya yaitu pencemaran yang diakibatkan pembuangan limbah cair salah satunya limbah cair udang. Dampak pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair udang yaitu bau yang menusuk hidung, gatal-gatal pada kulit bila dikontak langsung iritasi pada kulit kemudian pada limbah (cair atau padat) menumpuk tanpa penanganan, merupakan sumber penyakit karena pada limbah tersebut merupakan media untuk berkembang biaknya bibit penyakit. Oleh karena itu, diperlukannya penelitian pada tanaman sawi umtuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan dan frekuensi pemberian limbah cair industri terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Hipotesis dari penelitian ini yaitu lama penyimpanan limbah industri berpengaruh pada pertumbuhan dan kualitas sawi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2020 - April 2020 di desa Candi Sidoarjo, alat yang digunakan pada penelitian ini ialah polybag berukuran 5 kg, gunting, sekop, tunggal, gembor, lebel, penggaris, timbangan analitik, oven, plot nama, dan kamera. Bahan yang diguanakan ialah benih sawi varietas tosakan, tanah, cocopid, sekam, sekam bakar. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan perlakuan yang digunakan yaitu A1K1: Air sumur (control) + pemberian 1 hari, A1K2: Air sumur (control) + pemberian 2 hari, A2K1: Air limbah penyimpanan 1 hari + pemberian 1 hari, A2K2: Air limbah penyimpanan 1 hari + pemberian 2 hari, A3K1: Air limbah penyimpanan 2 hari + pemberian 1 hari, A3K2: Air limbah penyimpanan 2 hari + pemberian 2 hari, A4K1: Air limbah penyimpanan 3 hari + pemberian 1 hari, A4K2: Air limbah penyimpanan 3 hari + pemberian 2 hari, A5K1: Air limbah penyimpanan 4 hari + pemberian 1 hari, A5K2: Air limbah penyimpanan 4 hari + pemberian 2 hari. Parameter pengamatan dalam penelitian ini meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), panjang tanaman (cm), berat segar tanaman (g) .Pengukuran parameter kimia. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis menggunakan analisis of varience (Anova), jika terdapat hasil yang berbeda nyata. Maka selanutnya dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil yang didapat pada pengamatan yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang tanaman memberikan pengaruh tidak nyata pada hasil pertumbuhan tanaman sawi, sedangkan pada luas daun dan berat tanaman memberikan hasil positif. Hasil penyimpanan terbaik didapatkan pada pemberian 3 hari dan penyimpanan 2 hari seka

    Hubungan Curah Hujan Dengan Fluktuasi Produktivitas Kedelai (Glycine Max L.) Di Kabupaten Malang

    No full text
    Kedelai menjadi tanaman pangan yang penting di Indonesia setelah padi dan jagung. hal ini dapat dilihat dari konsumsi kedelai yang selalu meningkat setiap tahunnya. Kegemaran mayoritas masyarakat Indonesia terhadap makanan olahan dari kedelai seperti tempe, tahu, susu kedelai dan produk olahan lainnya menjadi salah satu faktor penyumbang meningkatnya permintaan kedelai di Indonesia. Permintaan kedelai yang semakin meningkat dari tahun ketahun ini belum dapat dicukupi secara penuh dari dalam negeri. Faktor yang menjadi penyebab belum mencukupinya produksi kedelai di Indonesia, ialah peningkatan produksi yang tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat. Serta diduga adanya faktor perubahan iklim terutama perubahan curah hujan dimana sebagian tanaman kedelai ditanam dilahan tegalan dan sawah tadah hujan, sehingga ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap fluktuasi produktifitas kedelai di sentra produksi Kabupaten Malang dan mengevaluasi unsur hujan yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kedelai di sentra produksi Kabupaten Malang. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah Terdapat hubungan antara unsur iklim curah hujan dan hari hujan dengan produksi kedelai di Kabupaten Malang serta curah hujan dan hari hujan berpengaruh signifikan terhadap produksi kedelai disentra produksi Kabupaten Malang. Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis data iklim yang diperoleh dari BMKG dan data produktivitas kedelai dari Dinas Pertanian Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2021 di Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Kalipare dan Kecamatan Pagak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey deskriptif, analisis data menggunakan analisis secara deskriptif berdasarkan data primer dan data sekunder yang selanjutnya akan dilakukan uji korelasi dan uji regresi. Produktivitas kedelai sebagai variabel dependen, sedangkan curah hujan dan hari hujan sebagai variable independen. Data produktivitas diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Malang dan data unsur iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Malang. Data pengamatan dianalisis korelasi terlebih dahulu. Kemudian dilakukan analisis regresi linear berganda terhadap variabel independen yang memiliki korelasi terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki korelasi terhadap variabel produktivitas kedelai. Nilai korelasi variabel curah hujan dan hari hujan masing-masing r = -0,614 dan r = -0,452. Hasil analisis regresi menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan secara simultan memiliki pengaruh yang nyata, sedangkan secara parsial hanya variabel curah hujan saja yang memiliki pengaruh yang signifikan terhdapa fluktuasi produktivitas kedelai dengan nilai koefisien regresi masing-masing, b1 = -0,001 dan b2= 0,006. Secara bersama – sama curah hujan dan lama penyinaran matahari memberikan pengaruh sebesar 43,5% dan 56,5% ditentukan oleh faktor lainnya yang tidak diamati. Model pendugaan produktivitas kedelai berdasarkan analisis regresi linear berganda vii adalah Y = 2,064 - 0,001 X1 + 0,006 X2. Iklim di Kabupaten Malang termasuk kedalam iklim tipe C3 menurut klasifikasi Oldeman. Selama dua dekade terjadi perubahan pola curah hujan yaitu bergesernya Awal musim kemarau (AMK) sebesar 3 dasarian pada dekade kedua

    Kajian Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau Lingkungan di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

    No full text
    Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Fakultas Pertanian universitas Brawijaya diharapkan dapat mengurangi permasalahan lingkungan, terutama menetralisir peningkatan temperatur yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Ruang Terbuka Hijau terdapatlah unsur penting dalam membentuk lingkungan yang nyaman dan sehat. Lingkungan menjadi hal yang utama dan paling diperhatikan dalam meningkatkan Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau terdapatlah suatu lahan yang bersifat terbuka yang diisi oleh vegetasi guna memanfaatkan fungsi ekologi sosial dan estetika. Hilangnya Ruang Terbuka Hijau akan menyebabkan permasalahan lingkungan karena populasi semakin meningkat. Ruang Terbuka Hijau berfungsi untuk menyerap karbondioksida (CO2). Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan titik tak nyaman yaitu dengan nilai THI > 26 pada satu waktu di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Sehingga dapat dijadikan salah satu acuan indikator dalam perbaikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. THI > 26 dipengaruhi oleh waktu (pagi, siang, dan sore).. Penelitian dilakukan dengan metode Thermal Humidity Index (THI) melalui pengukuran suhu dan kelembaban udara. Penelitian dilakukan selama bulan April-Mei 2020 di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Terdapat lima lokasi penelitian yaitu Gedung Sentral, Gedung Sosial Ekonomi, Gazebo Fakultas Pertanian, Gedung Budidaya Pertanian dan Gedung Tanah Fakultas Pertanian dengan metode analisis data deskriptif kualitatif. Dalam satu hari pengamatan dilakukan tiga kali pterdapat pagi, siang, dan sore pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB, 17.00 WIB. Hasil ditemukan bahwa termasuk kategori nyaman karena memiliki THI < 26. Namun, indeks vegetasi pohon rendah karena sebagian besar memiliki jenis yang sama dan penggunaan lahan parkir di area gedung yang dijadikan penelitian. ii Hasil analisis metode THI di 4 lokasi dengan pukul waktu yang berbeda di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menujukkan bahwa pada pukul 07.00 WIB dirata-ratakan tiap jalurnya THI-nya termasuk kategori Nyaman dan juga pukul 17.00 sedangkan Pukul 12.00 WIB termasuk kategori tidak nyaman. Dapat disimpulkan titik tak nyaman pada penelitian tersebut berada pada pukul 12.00 WIB.Di karenakan pada waktu tersebut suhunya sangat panas dan sudah termasuk kategori suhu yang tidak nyaman yaitu >26,7°C dan THI (Thermal Humidity Index) pada semua lokasi kecuali RTH di Gedung Sentral pada pukul 12.00 WIB juga termasuk kategori yang tidak nyaman

    Penampilan Karakteristik Agronomis dan Kandungan Senyawa Allisin Kultivar Bawang Putih (Allium sativum L.) Lokal di Dataran Tinggi

    No full text
    Tanaman bawang putih (Allium sativum L.) merupakan tanaman hortikultura yang memiliki banyak manfaat terutama umbinya berguna sebagai bahan baku keperluan dapur, bawang putih berfungsi sebagai bumbu penyedap beragam masakan dan juga dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti infeksi pernafasan dan untuk meningkatkan vitalitas tubuh manusia. Sebagai bahan baku obat-obatan, bawang putih memiliki khasiat untuk penyembuhan bermacam-macam penyakit, seperti penyakit infeksi pada saluran pernafasan, penyakit infeksi pada usus, penyakit batuk, penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), gatal-gatal, penyakit kencing manis (diabetis), penyakit typus, penyakit cacingan, penyakit infeksi pada kulit dan luka bekas gigitan binatang berbisa, penyakit maag, penyakit kanker, penyakit ganorrhoe, penyakit infeksi di vagina akibat jamur candidas albicans, penyakit meningitis akibat jamur Eurytococcus neoformans, mata bengkak karena angin bahkan tidak itu saja, umbi bawang putih juga bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan wanita, mencegah penuaan sehingga tetap awet muda, untuk memperkuat otot-otot badan, dapat menambah gairah seks, mengatasi letih, lelah dan susah tidur. Bawang putih adalah salah satu tanaman umbi yang paling penting yang dihasilkan oleh petani kecil dan komersial untuk penggunaan lokal dan ekspor. Perkembangan industri herbal obat tradisional (medicine) di Indonesia dewasa ini sangat meningkat dengan pesat. Pemanfaatan sumberdaya hayati khususnya dari jenis fitofarmaka akan terus berkesinambungan sehubungan dengan kuatnya keterkaitan negara Indonesia terhadap tradisi pemakaian obat tradisional dan adanya trend gaya hidup kembali ke alam (back to nature). Namun masalah bawang putih lokal belum diketahui pola pertumbuhan, rendahnya tingkat kesuburan tanah dan rendah aspek budidaya menjadi kendala dalam peningkatkan hasil umbi tanaman bawang putih lokal sehingga ketersediaannya dipasaran terbatas dan kurang berkesinambungan serta pengupayaan hanya sebatas dataran rendah. Salah satu upaya pengembangan untuk mengetahui adaptasi dan produktivitas bawang putih lokal di dataran tinggi 1200 dan 1600 mdpl dapat dilakukan melalui rekayasa budidaya dengan menggunakan kultivar (unggul) yang dapat beradaptasi dengan ketinggian tersebut. Tujuan penelitian untuk mendapatkan pola pertumbuhan dan bobot hasil dan kualitas tanaman serta mengetahui peran pupuk sulphur yang sesuai untuk pertumbuhan, hasil umbi dan kandungan senyawa allisin pada ketinggian 1200 dan 1600 mdpl. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, dilaksanakan secara bertahap dan berurutan. Penelitian ini diadakan di 2 lokasi yang beda ketinggian dan dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2018 sampai dengan bulan Desember 2018 - Maret 2019, dan ketinggian tempat berbeda yang dimaksud tersebut diatas yakni; a. Dataran dengan ketinggian 1200 mdpl, di kebun petani bawang putih Borah, desa Wiyurejo, kecamatan Pujon kotatif Batu dengan suhu harian 15 - 20oC dan curah hujan rata-rata 21.4mm/tahun. b. Dataran tinggi 1600 mdpl, di kebun percontohan UB Cangar, kelurahan Tulungrejo, kecamatan Bumiaji kota wisata Batu dengan ketinggian tempat 1600 mdpl suhu harian 10oC-17.5oC dan curah hujan rata-rata 27.3 mm/tahun. Penelitian tahap I, Uji adaptasi kultivar pada ketinggian 1200 mdpl dan 1600 mdpl. Penelitian ini dilakukan langsung pada 4 kultivar bawang putih lokal dan melaksanakan uji penanaman untuk melihat kultivar dan ketahanan produksi masing-masing kultivar lokal dan rancangan yang digunakan yakni; Rancangan Acak kelompok faktorial dengan 4 perlakuan, yang masing-masing perlakuan 4 ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian tempat (T) yakni; T1= 1200 m dpl dan T2= 1600 m dpl dan faktor kedua adalah kultivar (V) dengan 4 taraf yaitu; V1=Saigon dan V2= Layur, V3= Atsabe dan genotipe V4 = Sembalun. Kombinasi masing – masing ketinggian tempat dengan genotipe ada 8 kombinasi unit percobaan dan hasil penelitian terseleksi digunakan untuk tahap ke-2. Penelitian tahap II, Pemberian dosis pupuk sulfur terhadap pertumbuhan hasil produksi serta kandungan senyawa Allisin bawang putih lokal. Penelitian menggunakan rancangan Splitplot gabungan dengan dengan 4 ulangan dan faktor pertama :Kultivar (G) dengan 2 level yakni;G1 = Saigon dan G2 = Atsabe, faktor kedua : pupuk Sulfur (S) dengan dengan 5 taraf; SO = kontrol, S1 = 80 kg ha-1S, S2 = 160 kg ha-1 S, S3 = 240 kg ha-1S, dan S4 = 320 kg ha-1S dan faktor ketiga; Lokasi (L) dengan 2 taraf yakni; L1 (1200) mdpl dan L2 (1600) mdpl dengan demikian akan terdapat 10 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 4 blok sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Hasil penelitian tahap 1) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil eksplorasi 4 kultivar, diperoleh kultivar Saigon (V1) dan Atsabe (V3) pada ketinggian T1 maupun T2 yang berinteraksi terhadap lingkungan tumbuh, baik dari aspek karateristik agronomisnya yakni; pertumbuhan vegetatif (jumlah akar, tinggi tanaman, ,jumlah daun, ILD, LPT, LAB) dan hasil (diameter umbi, jumlah siung, bobot kering tanaman) yang memiliki daya adaptasi, potensi dan indikator allisin yang baik pada Ketinggian T1 maupun T2. Hasil tahap 2) Analisis gabungan dari dua (2) jenis kultivar yang terseleksi, teknologi pemupukan S dan lokasi didapatkan bahwa hasil kering angin (t ha-1) menunjukkan interaksi antar kultivar, dosis pupuk dan lokasi, dimana Kultivar Saigon dan Atsabe pada kedua lokasi dengan dosis pupuk sulfur 240 kg ha-1 dan indiator senyawa allisin bawang putih pada kultivar Saigon yang ditanam di lokasi Pujon dan Cangar dengan dosis pupuk sulfur 160 kg ha-1S dan Titik optimum pupuk sulfur pada perlakuan kultivar Saigon dengan dosis pupuk sulfur 191 kg ha-1 di Pujon (1200) mdpl sedangkan pada lokasi Cangar (1600) mdpl pada dosis 236 kg ha-1. Pada perlakuan Kultivar Atsabe di lokasi Pujon didapatkan titik optimum pada dosis 260 kg ha-1S dan Cangar 236 kg ha-1S, yang memberikan pola respon linear kuadratik

    “Kajian Jumlah Pemberian Air yang Berbeda pada Beberapa Varietas Padi Ketan (Oryza sativa L. Var. glutinosa) Nusa Tenggara Barat

    No full text
    Padi merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan merupakan sumber pangan utama bagi sebagian besar penduduk dunia. Setiap jenis padi memiliki karakter yang berbeda-beda, baik morfologi-fisiologis maupun hasil. Nusa Tenggara Barat memiliki beberapa varietas lokal padi ketan yang masih ditanam petani sampai saat ini. Varietas lokal padi ketan ini umumnya ditanam di ladang dengan pengairan sangat tergantung dari curah hujan. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat bahwa dalam lima tahun terakhir sejak tahun 2014-2018 terjadi penurunan hasil panen padi ladang, baik dari segi luas panen, hasil per hektar maupun total produksi di satu tahun. Penurunan hasil produksi tersebut, selain disebabkan oleh penurunan luas areal penanaman juga disebabkan oleh penurunan curah hujan dalam beberapa tahun terakhir yang mencapai 30,6%. Perubahan intensitas curah hujan merupakan dampak nyata akibat perubahan iklim sehingga menimbulkan kekeringan yang pada gilirannya berdampak pada terjadinya penurunan hasil produksi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana respon pertumbuhan, hasil dan kualitas beberapa varietas lokal padi ketan lokal NTB akibat jumlah pemberian air yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2020 dalam rumah plastik di desa Labuapi, Kecamatan Labuapi, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Alat yang digunakan adalah timbangan, timbangan analitik, oven, gelas ukur, penghitung benih, pinset, air moisture tester, termometer, leaf area meter, soil moisture tester, spektrofotometer dan luxmeter. Bahan yang digunakan adalah padi ketan Me’e, Kala dan Samada yang merupakan varietas lokal padi ketan Nusa Tenggara Barat dan padi Paketih (varietas Nasional), Urea, SP36 dan KCl. Penelitian ini merupakan penelitian Faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu faktor pertama varietas padi ketan dan faktor kedua adalah jumlah pemberian air yang berbeda. Faktor pertama terdiri dari 3 (tiga) varietas lokal padi ketan Nusa Tenggara Barat yaitu padi ketan Me’e, padi ketan Kala, padi ketan Samada, dan 1 (satu) padi varietas Nasional yaitu padi Paketih. Perlakuan kedua terdiri dari 4 taraf jumlah pemberian air yang berbeda yaitu: 2.250 ml (50% kapasitas lapang), 3.375 ml (75% kapasitas lapang), 4.500 ml (100% kapasitas lapang), dan 5.625 ml (125% kapasitas lapang). Variabel yang diamati: komponen pertumbuhan tanaman yaitu: panjang tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, luas daun, panjang akar, jumlah akar, bobot segar akar, bobot segar tajuk, ratio tajuk akar. Pengamatan fisiologi terdiri dari: kerapatan stomata, kandungan klorofil dan kadar prolin. Komponen hasil terdiri dari: umur berbunga, jumlah malai per rumpun, panjang malai, jumlah biji per malai, bobot biji per rumpun, bobot biji bernas, bobot 100 biji. Serta kandungan Pati dan amilosa, dan pengamatan iklim mikro yaitu: suhu udara minimum dan maksimum, suhu tanah minimum dan maksimum, kelembaban tanah minimum dan maksimum, dan intensitas penyinaran matahari. Data dianalisis menggunakan analisis varians (uji F) dengan taraf 5%, yang menunjukkan beda nyata (F Hit > F Tabel 5%), di uji lanjut menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa varietas lokal padi ketan NTB menunjukkan respon yang berbeda terhadap jumlah pemberian air yang berbeda pada karakter jumlah anakan, jumlah akar, bobot kering total, ratio tajuk akar, jumlah malai per rumpun, bobot biji per malai, bobot biji bernas, kadar prolin dan kandungan pati. Sedangkan untuk parameter seperti: panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, umur berbunga, bobot biji per rumpun, bobot 100 biji, kerapatan stomata, kandungan klorofil, dan kandungan amilosa tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, namun menunjukkan pengaruh beda nyata pada masing-masing faktor. Varietas lokal padi ketan memiliki luas daun, bobot segar akar, bobot segar tajuk, bobot biji per malai, bobot biji bernas dan kadar pati yang lebih tinggi pada semua jumlah pemberian air jika dibandingkan dengan varietas Paketih. Varietas Paketih memiliki jumlah anakan dan jumlah daun yang lebih banyak pada semua jumlah pemberian air yang berbeda, namun belum mampu menghasilkan bobot biji yang lebih tinggi. Sebaliknya tiga varietas lokal padi ketan (Me’e, Kala dan Samada) menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan varietas Paketih meskipun pada jumlah air 2.250 ml. Jumlah pemberian air 2.250 ml pada semua varietas padi ketan memiliki kandungan prolin yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pemberian air yang lain. Varietas Samada memiliki bobot biji per rumpun, bobot biji bernas dan bobot 100 biji paling tinggi dibandingkan dengan padi ketan lainnya

    Studi Jenis Vegetasi Pada Ruang Terbuka Hijau (Rth) Terhadap Tingkat Kenyamanan Di Alun-Alun Kota Madiun

    No full text
    Kota Madiun dapat disebut sebagai kota “GADIS” atau kepanjangan dari kota perdagangan, pendidikan dan industri serta dalam kalangan masyarakat juga dikenal sebagai kota Pecel. Permasalahan yang terjadi pada taman kota Madiun karena minimnya ketersediaan vegetasi dan struktur jenis vegetasi sehingga berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pengunjung taman kota Alun – alun kota Madiun diantarnya tingkat kebisingan akibat dari lalu lintas kendaraan bermotor yang berdampat pada tingginya tingkat kebisingan pada area taman kota Alun – alun kota Madiun dan suhu udara yang tinggi di sekitar taman. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara ketersediaan dan struktur jenis vegetasi Ruang Terbuka Hijau terhadap tingkat kenyamanan di Alun – alun kota Madiun. Hipotesis penelitian adalah Ketersediaan vegetasi dengan struktur pohon dan semak menjadi faktor penentu tingkat kenyamanan (Kecepatan angin, tingkat kebisingan, suhu dan kelembaban), sehingga dapat membantu dalam menentukan tingkat kenyaman RTH. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2020 di Kota Madiun. Alat yang digunakan adalah thermohygrometer HTC – 2, lux meter AS803, sound level meter AS804, kuesioner, kamera digital dan alat tulis. Sehingga metodelogi penelitian menggunakan metode survei pengumpulan data mengenai informasi yang diperlukan dalam Studi RTH kota Madiun dengan beberapa sampel penelitian yang sudah ditetapkan diantaranya Alun – alun kota Madiun. Metode penelitian menggunakan metode observasi dengan penetapan sampel non – probability beberapa tahapan diantaranya: 1) Teknik pengumpulan data (Inventarisasi), 2) Pelasanaan penelitian, 3) Pengumpulan data dan 4) Pengolahan data dan analisis. Hasil penelitian pada taman kota Alun – alun kota Madiun yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengamatan RTH pada taman kota Alun – alun kota Madiun yang dibagi menjadi 4 zona yang berbeda untuk menentukan tingkat kenyamanan berdasarkan 4 faktor penentu, untuk tingkat kenyamanan diantaranya (THI, tingkat kebisingan, kecepatan angin dan persepsi masyarakat) didapatkan hasil dari keempat faktor pada taman kota Alun – alun kota Madiun masuk dalam kategori nyaman pada faktor kecepatan angin dan persepsi masyarakat. Nilai THI, tingkat kebisingan dan persepsi masyarakat pada faktor kebisingan menunjukan kategori tidak nyaman untuk taman kota Alun – alun kota Madiun. Berdasarkan hasil penelitian untuk ketersediaan jumlah vegetasi dan struktur vegetasi memiliki hubungan terhadap tingkat kenyamanan. b) Ketersediaan jumlah vegetasi dan struktur vegetasi memiliki hubungan terhadap tingkat kenyamanan, budaya dan ekonomi. Ketersediaan dan struktur vegetasi pohon dan semak yang tinggi akan meningkatkan tingkat kenyamanan pada faktor penentu diantaranya pada (Thermal Humidity Index, kecepatan angin, tingkat kebisingan dan persepsi masyarakat) sehingga dapat meningkatkan interaksi masyarakat disekitar taman dan meningkatkan pedagang RTH dari segi ekonomi
    corecore