57 research outputs found

    Factors Associated with Dental Care Utilization among Pregnant Women at Klapanunggal Health Centre, Bogor, Indonesia

    Get PDF
    Background: Oral health care during pregnancy is important for the health of the mother and child.During pregnancy, many changes occur in oral cavity that can be linked to periodontal di­sea­se, including gingivitis and periodontitis. Oral health condition of pregnant women may adversely bring impacts such as preterm low birth weight (PLBW) and premature birth. Pregnant women need to regularly check oral health to a dentist. However, the number of utilization of dental service which is indicated by pregnant women’s dental visit data in Indonesia is still very low.This study aimed to determine factors associated with dental care visit among pregnant women.Subjects and Method: This was a cross-sectional study conducted at Klapanunggal health cen­ter, Bogor, Indonesia. A sample of 60 pregnant women was selected by consecutive sampling. The de­pendent variable was dental care utilization. The independent variables were oral health problem and knowledge. The data were collected by questionnaires and analyzed by a multiple logistic re­gres­sion.Results: Most of pregnant women claimed that their oral health was good (35%) or average (35%). On the contrary, most of them admitted of having had at least one oral health problem (55%), in­clu­ding bleeding gum (35%), dental cavity (33.3%), and painfull teeth (10%). However, only 23.3% of pregnant women visited dentist during the current pregnancy. Factors associated with dental visit were existence of oral health problem (OR=6.41; p=0.019) and oral health knowledge during preg­nancy (OR= 4.03; p=0.050) after controlling education, employment, income, and health in­su­rance.Conclussion: utilization of oral health care service among pregnant women was low. Pregnant wo­men who reported dental visit were more likely to be those who had oral health problem and who had good oral health knowledge during pregnancy.Keywords: oral health, pregnancy, antenatal care, dental visitCorrespondence: Itsna Widita, Masters Program in Quality of Health Services, Faculty of Public Health, Universitas Indonesia. Email: [email protected] of Health Promotion and Behavior (2019), 4(2): 145-152https://doi.org/10.26911/thejhpb.2019.04.02.0

    Analisis Data Riskesdas 2007/2008: Kontribusi Karakteristik Ibu terhadap Status Imunisasi Anak di Indonesia

    Get PDF
    Cakupan imunisasi terbukti dapat menurunkan secara signifikan kejadian kesakitan dan kematian yang diakibatkan penyakit tersebut, tetapi di Indonesia cakupan tersebut tergolong rendah.Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan status imunisasi anak di Indonesia. Disain yang digunakan dalam penelitian adalah potong lintang dengan sampel anak yang berumur antara 1-2 tahun yang tinggal di wilayah Indonesia. Sumber data sekunder yang digunakan adalah Riskesdas Depkes tahun 2007/08. Proporsi anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lengkap adalah 56,2 % (95% CI :55,1-57,3). Pendidikan ibu dan pendidikan suami ditemukan berhubungan secara bermakna dengan status imunisasi dasar pada anak. Hasil analisis multi-level menemukan bahwa kontribusi variabel level kabupaten (92,5 %) jauh lebih besar daripada level individu (7,5 %). Disarankan pemerintah bersama masyarakat berupaya untuk meningkatkan pendidikan. Departemen Kesehatan dan sektor terkait disarankan menyusun pedoman upaya memobilisasi imunisa-si dengan sasaran penyuluhan dan kampanye imunisasi secara tepat.Kata kunci: Perilaku, status imunisasi anak, analisis multilevel.AbstractThe escalation on the immunization coverage has been proved to significantly reduce the morbidity and mortality of the immunized diseases. However, in Indonesia the coverage of immunization is still low. The research purpose is to understand the role of mother’s characteristics to child immunization status in Indonesia. This is an advance analysis of Riskesdas data 2007/2008. Sample of the research is children age 12-24 months. The results showed that only56.2% children had had complete immunization. Multivariate analysis shows that characteristic factors, such as mother’s and husband’s education are sig-nificant to child immunization status. The result of Multilevel Analysis shows that the role of characteristic factors to child immunization status is 7.5% and the role of district level is 92.5%. Based on this result research, it is important for government to continuously improving education, immunization knowledge and encourage the utilization of health care especially immunization services. Ministry of Health and related sectors are supposed to arrange orientation program for immunization mobilization.Keywords: Behavior, child immunization status, multilevel analysis

    Sikap Remaja terhadap Keperawanan dan Perilaku Seksual dalam Berpacaran

    Get PDF
    AbstrakLaporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dan 2012 menunjukkan terjadinya penurunan jumlah remaja yang memiliki sikap positif terhadap pentingnya mempertahankan keperawanan bagi seorang perempuan. Dari laporan yang sama juga diketahui adanya peningkatan perilaku seksual remaja dalam hal berpegangan tangan, berciuman bibir, petting, dan melakukan hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara sikap remaja terhadap keperawanan dengan perilaku seksual dalam berpacaran dengan melibatkan usia, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, usia pertama kali pacaran, pengetahuan, dan pengaruh teman sebaya sebagai variabel perancu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan potong lintang menggunakan model faktor risiko dari data SDKI 2012 yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan complex samples. Populasi penelitian adalah remaja berusia 15 - 24 tahun, belum menikah, pernah atau sedang berpacaran saat survei dilakukan. Sampel berjumlah 13.013 yang terdiri dari 7.329 laki-laki dan 5.684 perempuan. Hasil menunjukkan 1,1% remaja tidak setuju terhadap pentingnya menjaga keperawanan dan 25,2% remaja memiliki perilaku seksual berisiko. Terdapat hubungan antara sikap, usia, jenis kelamin, pengetahuan, dan pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual. Tidak terdapat interaksi antara sikap dengan usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, dan pengaruh teman sebaya. Variabel pengaruh teman sebaya merupakan variabel perancu yang memengaruhi hubungan antara sikap dengan perilakuseksual.AbstractIndonesia Demographic and Health Survey (IDHS) reports in 2007 and 2012 show a declining number of teenagers who had positive attitude to the importance of maintaining virginity for a woman. The same report also shows an increase of teenage sexual behavior in terms of holding hands, kissing, petting and intercourse. This study aimed to prove any relation of teenage attitudes toward virginity with sexual behavior in dating that involved age, sex, education, domicile, age of first dating, knowledge and peers’influence as confounding variables. This study was quantitative with cross-sectional design using risk factor model based on IDHS 2012 data as analyzed in univariate, bivariate and multivariate with complex samples. Population of study was 15 – 24 year-old teenagers, unmarried, ever or being in a relationship when the survey was conducted. The amount of sample was 13,013 consisting of 7,329 men and 5,684 women. Results showed 1.1% of teenagers disagreed of the importance of maintaining virginity and 25.2% had risky sexual behavior. There was a relation of attitude, age, sex, knowledge and peers’ influence with sexual behavior. Then no interaction found between attitudes with age, sex, education, knowledge and peers’influence. Peers’ influence variable is confounding variable affecting the relation between attitudes and sexual behavior

    Peningkatan Pelaksanaan Keselamatan Pasien oleh Mahasiswa melalui Peran Pembimbing Klinik

    Get PDF
    Pembimbing klinik sangat berperan dalam proses pembelajaran mahasiswa yang melaksanakan tindakan langsung kepada pasien di rumah sakit, namun peran pembimbing masih belum optimal dalam memberikan pembimbingan yang menjamin keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan peran pembimbing klinik dengan pelaksanaan keselamatan pasien oleh mahasiswa di rumah sakit. Responden penelitian sebanyak 196 mahasiswa tingkat akhir Sekolah Tinggi Keperawatan yang terdiri dari program Ners, D3 Keperawatan, dan D3 Kebidanan. Desain penelitian menggunakan pendekatan potong lintang. Analisis regresi logistik menyampaikan ada hubungan bermakna antara peran pembimbing klinik dengan pelaksanaan keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh mahasiswa setelah dikontrol dengan jenis pendidikan (p= 0,02; CI= 1,19–3,71). Rekomendasi antara lain peran pembimbing klinik perlu ditingkatkan dalam  pelaksanaan keselamatan pasien oleh mahasiswa.   Abstract   The Improvement of Student’s Behavior in Patient Safety towards Clinical Instructor’s Role. Clinical instructor has an important role in student’s learning process in implementing direct intervention toward patient within the hospital. The purpose of this study is to determine thecorrelation between the role of clinical instructor and patient safety implementation by the student in hospital. This is descriptive correlational method which is recruited 196 students in their final year in Stikes as respondents. These respondents were studying in bachelor nursing, diploma nursing and diploma in midwifery program. The study used cross sectional design. The result by regression logistic shows significant correlation between the role of clinical instructor and patient safety implementation by the student where education as a confounding factor were controlled (p= 0,02; CI= 1,19–3,71). It is recommended that increase for clinical instructor in patient safety and implementation of patient safety by students.   Keywords: clinical instructor role,  patient safety, studen

    PENGARUH EDUKASI KELOMPOK SEBAYA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA GIZI BESI PADA WANITA USIA SUBUR DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Kelompok sebaya wanita usia subur (WUS) yang ada dan berkembang di masyarakat sudah banyakterbentuk salah satunya adalah kelompok sebaya dalam wadah PKK RT. Salah satu permasalahan yangterjadi pada kelompok WUS adalah anemia gizi besi (AGB). Kelompok sebaya PKK RT diharapkandapat membantu WUS dalam melakukan pencegahan AGB. Tujuan penelitian untuk mengetahuipengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan perilaku dalam pencegahan AGB, jenispenelitian eksperimen semu, desain non-equivalent pretest-postest with control group, dengan intervensiedukasi kelompok sebaya PKK RT. Proses penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2008 diKota Semarang dengan metode multistage random sampling, jumlah sampel 110 (55 respondenkelompok perlakuan, dan 55 responden kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umurWUS 35.5 tahun dengan pendidikan WUS terbesar SMA. Ada hubungan yang signifikan antara usiadengan pengetahuan (p<0.05). Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan dansikap (p<0.05). Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilanantara sebelum dan setelah pada kedua kelompok, namun masih lebih tinggi pada kelompok perlakuanyang mendapat intervensi edukasi kelompok sebaya. Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-ratanilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Intervensi edukasikelompok sebaya mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dapat dilihat dari nilaip<0.05, berarti bahwa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tidak dipengaruhi oleh umur dan tingkatpendidikan tetapi dipengaruhi oleh intervensi edukasi kelompok sebaya. Berdasar hasil tersebut perluoptimalisasi kelompok sebaya wanita yang sudah ada di masyarakat, mengintegrasikan upaya promotifdan preventif AGB kedalam programnya.Kata kunci: Perilaku pencegahan, anemia gizi besi, wanita usia subur, edukasi kelompok sebaya

    PENGARUH EDUKASI KELOMPOK SEBAYA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA GIZI BESI PADA WANITA USIA SUBUR DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Kelompok sebaya wanita usia subur (WUS) yang ada dan berkembang di masyarakat sudah banyak terbentuk salah satunya adalah kelompok sebaya dalam wadah PKK RT. Salah satu permasalahan yang terjadi pada kelompok WUS adalah anemia gizi besi (AGB). Kelompok sebaya PKK RT diharapkan dapat membantu WUS dalam melakukan pencegahan AGB. Tujuan penelitian untuk  mengetahui pengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan  perilaku dalam pencegahan AGB,  jenis penelitian eksperimen semu, desain non-equivalent pretest-postest with control group, dengan intervensi edukasi kelompok sebaya PKK RT. Proses penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2008 di Kota Semarang dengan metode multistage random sampling, jumlah sampel 110 (55 responden kelompok perlakuan, dan 55 responden  kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur WUS 35.5 tahun dengan  pendidikan WUS terbesar SMA. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pengetahuan (p<0.05). Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan dan sikap (p<0.05). Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara sebelum dan setelah pada kedua kelompok, namun masih lebih tinggi pada kelompok perlakuan yang mendapat intervensi edukasi kelompok sebaya. Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Intervensi edukasi kelompok sebaya mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dapat dilihat dari nilai p<0.05, berarti bahwa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tidak dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan tetapi dipengaruhi oleh intervensi edukasi kelompok sebaya. Berdasar hasil tersebut perlu optimalisasi kelompok sebaya wanita yang sudah ada di masyarakat, mengintegrasikan upaya promotif dan preventif AGB kedalam programnya.Kata kunci: Perilaku pencegahan, anemia gizi besi, wanita usia subur, edukasi kelompok sebaya

    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja

    Get PDF
    Usia remaja merupakan usia yang sangat aktif termasuk dalam dorongan dan perilaku seksualnya. Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya.. Tujuan Peneltian : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja di SMA N 1 Pemali, Bangka Tahun 2016.&nbsp; Jenis penelitian kuntitatif dengan jenis non ekperimental&nbsp; rancangan cross sectional. Populasi penelitian seluruh siswa/siswi kelas X dengan estimasi jumlah populasi&nbsp; 292 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 279 dan 16 sampel dikeluarkan karena ketidakhadiran&nbsp; responden saat pelaksanaan penelitian. Alat pengumpulan data menggunakan angket dalam bentuk kuesioner.Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2016.Analisis data peneltian menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat.Hasil :Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan(p-value = 0.026),jenis kelamin (p-value = 0.005),pola asuh orang tua (p-value = 0.005),pendidikan orang tua (pendidikan ayah (p-value = 0.008),pendidikan ibu (p-value = 0.037),ketaatan beribadah (p-value = 0.001),paparan media pornografi (p-value = 0.005),pacaran (p-value = 0.005) dan pengaruh teman sebaya (p-value = 0.005) dengan perilaku seksual pranikah remaja di SMA N 1 Pemali Bangka tahun 2016.&nbsp; Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap (p-value = 0.095),tempat tinggal (p-value = 0.296), dan pendapatan orang tua (p-value = 0.303)&nbsp; dengan dengan perilaku seksual pranikah remaja di SMA N 1 Pemali Bangka tahun 2016.Faktor yang paling dominan dalam penelitian ini adalah variabel pacaran dengan OR=20.595.Kesimpulan : Perilaku seksual pranikah berhubungan dengan pengetahuan,jenis kelamin,pola asuh orang tua,pendidikan orang tua,ketaatan beribadah,paparan media pornografi,pacaran dan teman sebaya di SMA N 1 Pemali,Bangka Tahun 2016

    Physical Activity on Oxygen Saturation and Pulse Frequency in Journalists Games 4th Participants in 2022

    Get PDF
    One of the Clean and Healthy Behaviors (PHBS) is doing activities every day. Physical activity can affect changes in one's oxygen saturation and pulse frequency. This study aims to see the effect of physical activity on oxygen saturation and pulse frequency in the 4th game journalist participants. This research was a pre-experimental type with a one group pretest-posttest research design. The selection of the research sample used a purposive sampling technique of 92 people with inclusion criteria ≥ 17 years. Oxygen saturation and pulse frequency data were collected using pulses oximetry, where measurements are taken after carrying out physical activities such as 3 on 3 basketball, badminton or futsal matches. The mean value of oxygen saturation before physical activity was 98.10, and decreased after physical activity, namely 97.79. The pulse frequency value before physical activity was 98.84 and it increased after physical activity, namely 108.37. The results of the calculation of the Wilcoxon Signed Rank Test for oxygen saturation obtained a value of p = 0.023 which means &lt;0.05, while for pulse frequency the value obtained was p = 0.000 &lt;0.05. The conclusion of this study is that there is a significant difference between physical activity on oxygen saturation values ​​and pulse frequency in the 4th game journalist participants
    • …
    corecore