15 research outputs found
THE SPIRITUAL AND CULTURAL SYMBOLS IN A MAHAYANA BUDDHIST TEMPLE ‘VIHARA LOTUS’ SURAKARTA
The symbols contained in a vihara is intentionally used to remind the people to something that is believed, both cultural and spiritual values. This article aims to analyze the meaning and value of spiritual and cultural symbols in Vihara Lotus Surakarta. This is a qualitative research. This article shows that (1) The meaning and value of spiritual symbols in Vihara Lotus can be found on the category of altar and statue which consist of ancestor altar, Amitabha Buddha Altar, Avalokitesvara Altar, Three Buddhas Alta, Si Mien Fo Altar, Maitreya Buddha, Si Da Tian Wang Statues, And Earth Gods. Then in category of Prayer tools consist of Ching/Gong, Muk Ie, He Che, and Tan Che. Those spiritual symbols have meaning and value in term of the Buddha teaching such as the Sigalovada sutta, sukhavati realm, reflection of Buddhas nature, concept of Tri Kaya, affection state, four nobles qualities, dharma wheel turning, awareness, equanimity concept, introspection, and catumaharajika realm. (2) Meaning and Value of Cultural Symbols in Vihara Lotus can be found on the category of altar and statue consists of Thian Kong Altar, Chinese Generals, Earth gods, and Horse statues. Then in plant and food category consist of soy bean, Candy and Cookie, cigarette, wine, Chinese evergreen, and pineapple. Those cultural symbols have meaning and value in term of Chinese tradition and habit, such as Tradition of Sky Praising, merits appreciation, Chinese mythology, traditional food, hope of better life, special service to idol, and hope of sustenance
A Semiotics Study on Siwa-Buddha Faith In Blitar East Java The Temples and Their Ornaments: English
Brahmaraja Triloka Pura Community as the preserver of the Siwa-Buddha faith has a valuable and important concept depicted through various symbols in its temples. This study aims to reveal the meaning of the temples and their ornaments in the area of Brahmaraja Triloka Pura Community. This study shows that there are main temples in the area, namely Siwa/Daha, Brahma/Jenggala, and Wisnu/Kediri. Then the ornaments found consisted of dragons, makaras, woman statues. Those temples and ornaments symbolize some main concepts of the teachings including Triloka Pura as the last Majapahit, worshiping and respecting ancestors in the sangkan paraning dumadi system, and the combined elements of father and mother in the Siwa-Buddha concept. 
A Semotics Study on Kajatan of Javanese Buddhist Ritual
Abstracts: Kajatan is found in slametan ritual performed by Javanese people, including Javanese
Buddhists. The form is slightly different but still has the same spirit to maintain a relationship with the ancestors. Many symbolic meanings appear behind the strings of kajat words. This study is descriptive qualitative research using Roland Barthes' semiotic theory to describe the available data. The data in this study was taken from the utterances spoken by pengajat as the main source. The method used observation, interviews, recording, and documentation study. This study produces (1) an overview of the Buddhist kajat structure, (2) denotative, connotative, and myth meanings that describe Javanese philosophy and the concept of Buddhism, especially those related to filial piety, gratitude, the concept of protection, and compassion
THE RELEVANCE OF ‘THE MONKEY KING 3’ FILM TO THE BUDDHIST CHARACTERS (A Semiotics Study)
Sebuah film dapat menjadi sebuah media untuk mengekspresikan perasaan dan mewakili kehidupan atau cerita nyata. Salah satu film yang mengandung banyak pelajaran dan nilai kehidupan adalah ‘Monkey King 3’. Penelitian in bertujuan untuk (1) mengetahui makna dari tanda dan (2) mendeskripsikan kaitan film ‘Monkey King 3’ terhadap karakter umat Buddha. Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotika dari Ferdinand de Saussure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tanda ditemukan dalam bentuk verbal dan non-verbal. Masing-masing tanda menyampaikan makna dan nilai yang penting seperti konsep dukkha, metta, nibbana, kejujuran, pelayanan dan juga menggambarkan kemampuan manusia mengatasi akar kejahatan. (2) Kaitan dengan karakter umat Buddha ditunjukkan melalui lima kualitas yang harus dimiliki untuk menjadi umat Buddha dan manusi
HASIL TINDAK TUTUR
Speech acts or utterances are all components of language and non-language which include complete language actions, which involve the participants in the conversation, the form of delivery of the message, the topic, and the context of the mandate
Symbolic modes in Puja Bhakti ritual performed by Theravada Buddhists of Viriya Jaya Loka Vihara
Tidak ada Abstrak : sesuai dengan Aslinya di CD
The Symbolic Meaning of Wedding Offerings in Wakatobi Tomia
The surrender was part of a marriage procession that
was maintained by the Wakatobi community, especially Tomia and
became a tradition passed down from generation to generation. The
value and meaning of the surrender began to shift and the meaning
contained in it eroded so that not a few generations now know the
meaning contained in the surrender. This study aims to describe the
symbolic meaning of the male side to women in the wedding
procession at Wakatobi Tomia. This research is a qualitative
descriptive research with Field Research method, which is based on
the results obtained through field research. Regarding the object
discussed in accordance with the reality that occurs in the
community, especially in the community in Tomia District Wakatobi.
The results showed that the results of the study showed that there
were nine kinds of male delegations to women in the wedding
procession at Wakatobi Tomia. (a) a set of prayer tools; (b) jewelry
accessories; (c) a women's clothing set; (d) makeup equipment; (e)
young coconut; (f) sugar cane; (g) shoes or sandals; (h) mattresses
and pillows (i) bananas; and (j) Buton Gloves
PERAN ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN) DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI ADAT KOMUNITAS PEMARU (Studi Kasus di Dusun Baru Murmas, Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara)
Terancamnya eksistensi adat komunitas pemaru menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian tentang peran Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan peran Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam mempertahankan eksistensi adat Komunitas Pemaru di Dusun Baru Murmas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Ferbuari sampai Juli. Tempat penelitian dilakukan di Dusun Baru Murmas Desa Bentek Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Data dalam penelitian kualitatif ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan trianggulasi. Teknik analisis data mengacu pada konsep Milles & Huberman. Hasil penelitian ini menunjukan deskripsi peran AMAN dalam mempertahankan eksistensi adat komunitas Pemaru yaitu sebagai berikut: (1) Peran AMAN dalam kemartabatan dalam budaya seperti: terawatnya situs-situs adat, terjaga tata krama adat, kepercayaan diri melalui alat musik tradisional, termasuk nilai-nilai dan norma adat. (2) Peran AMAN dalam kemandirian ekonomi yaitu masyarakat adat komunitas Pemaru dapat berproduksi untuk memenuhi kebutuhan pribadi tidak bergantung pada orang lain dalam menjalankan persoalan ekonomi melalui koprasi dan organisasi gemuh daya dalam mengelola dan mempertahankan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di adat komunitas Pemaru. (3) Peran AMAN dalam kedaulatanberpolitik yaitu pemerintah tidak mengklaim bahwa hutan adat yang ada di adat komunitas Pemaru bukan atas milik negera melainkan hak paten adat komunitas Pemaru
ANALISIS MINAT UMAT BUDDHA DALAM MELAKSANAKAN AṬṬHASĪLA PADA SEBULAN PENGHAYATAN DHAMMA DI VIHARA VIRYA JAYALOKA, DESA GEMBONGAN, KECAMATAN PONGGOK, KABUPATEN BLITAR
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan minat umat Buddha dan menganalisis faktor-faktor yang mendorong dan menghambat umat Buddha dalam melaksanakan Aá¹á¹hasÄ«la pada Sebulan Penghayatan Dhamma. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskritif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan teknik untuk menguji keabsahan data, yaitu mengunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa minat umat Buddha dalam melaksanakan Aá¹á¹hasÄ«la pada sebulan penghayatan dhamma belum maksimal. Fakta yang terjadi banyak umat yang masih enggan datang ke vihara dan melaksanakan Aá¹á¹hasÄ«la. Ada beberapa faktor yang mendorong dan menghambat umat Buddha dalam melaksanakn Aá¹á¹hasÄ«la. Faktor pendorong dalam melaksanakan Aá¹á¹hasÄ«la yaitu niat (cetana), semangat (vÄ«rÄ«ya), kesadaran (sati), keyakinan (sadha), rasa malu (hÄ«ri), lingkungan, keluarga, dan adanya doorprize. Dengan adanya niat yang kuat mampu mendorong seseorang dalam melaksanakan Aá¹á¹hasÄ«la. Sedangkan faktor yang menghambat seseorang dalam menjalankan Aá¹á¹hasÄ«la adalah kemalasan, kondisi fisik, teman sebaya, dan acara televis