23 research outputs found

    Dampak Perubahan Iklim terhadap Sumberdaya Air: Identifikasi, Simulasi, dan Rencana Aksi

    Get PDF
    Abstrak. Perubahan iklim saat ini telah terjadi secara global. Bukti-bukti tentang hal itu telah dilaporkan secara sistematis oleh Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) dan The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Perubahan iklim telah dan akan menyebabkan bahaya langsung berupa perubahan pola curah hujan, kenaikan suhu, kenaikan muka air, dan kejadian iklim ekstrim. Berbagai proses yang memicu perubahan iklim global dan perubahan iklim telah diterima banyak pihak sebagai keniscayaan yang dicirikan oleh pemanasan global, dengan dampak langsung terhadap daur hidrologi, sehingga perubahan iklim diyakini memberi dampak secara nyata terhadap sumberdaya air di banyak wilayah di dunia dengan konsekuensi luas pada kehidupan masyarakat dan lingkungan. Makalah ini membahas dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya air di Indonesia melalui identifikasi dengan data dan fakta empirik terjadinya tren perubahan curah hujan dan debit aliran sungai‐sungai di Indonesia dan berbagai upaya antisipasi melalui adaptasi, serta Undang Undang dan Rencana Aksi yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya air dalam menyikapi perubahan iklim global. Upaya-upaya tersebut diharapkan menjadi strategi untuk mengurangi kerentanan dan risiko perubahan iklim sektor sumberdaya air.Abstract. Climate change has been occurring globally. Evidence of it has been reported systematically by Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) and the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Climate change has and will cause immediate impact on changes in precipitation patterns, rising temperatures, sea level rise, and extreme climate events. The processes that lead to global climate change and climate change has been accepted by many as a necessity which is characterized by global warming, with a direct impact on the hydrological cycle, so that climate change is believed to significantly impact on water resources in many regions of the world with broad consequences on people's lives and the environment. This paper discusses the impact of climate change on water resources in Indonesia through identification with the scientific evidence of the empirical facts and data change trend in rainfall and river flow rivers in Indonesia, shows the various efforts to anticipate through adaptation, and Law and Action Plan related to water resources management in facing of global climate change. These efforts are expected to be a strategy to reduce vulnerability and risks of climate change on the water resources sector

    Capturing the Benefit of Groundwater for Water Resources Sustainability

    Get PDF
    Groundwater is the water contained in soil or rock layer below the surface. Ground water is one of the limited water resources and the damage can give a broad impact, whereas its recovery is difficult. In addition to river water and rain water, ground water also has a very important role, especially in maintaining the balance and availability of raw water for domestic or industrial purposes. In some areas, dependency on fresh water and ground water supplies has reached ± 70%. Lack of understanding on groundwater condition that occurred in the community, arises problems that become the lost and threaten to life sustainability of the community itself. It is necessary for planning the utilization of groundwater that environmentally oriented based on the stage that includes an inventory of potential groundwater, utilization planning, licensing, monitoring and controlling, and conservation of groundwater. Inventoring of potential groundwater utilization planning, licensing, monitoring and controlling should be based on existing procedures so that utilization can be optimized without causing negative impacts

    Alokasi Optimum Kebutuhan Air Untuk Pertanian Dengan Inovasi Teknologi Irigasi Berselang (Intermittent Irrigation): Studi Kasus DAS Citarum, Jawa Barat

    Get PDF
    Tulisan ini menggambarkan pendekatan dalamupayamencapai pembagian air secara optimal (optimal water sharing) berdasarkan prioritas untuk mencapai swasembada beras dan alokasi optimum kebutuhan air pertanian di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Jawa Barat.DAS tersebut sampai saat ini memiliki masalah kelangkaan air karena adanya perubahan penggunaan lahan yang sangat cepat dan penurunan ketersediaan air akibat berkurangnya curah hujan tahunan dari waktu ke waktu. Analisis optimal water sharing bertujuan untuk menentukan alokasi optimum guna memenuhi kebutuhan air untuk domestik, industri, dan pertanian.Optimal water sharing diprediksi dengan pendekatan optimasi kebutuhan air dan ketersediaan air dengan mengembangkan modelOptiWaSh. Analisis optimal water sharing dapat memberikan kepastian dan jaminanuntuk semua pengguna air bahwaair akan tersedia dalam jangka waktu lama. Hasil analisis menunjukkan bahwa apabila dilakukan sekali tanam padi maka sumber daya air di wilayah tersebut masih tersedia sampai dengan 2030 tapi setelahnya mulai terjadi persaingan ketat antarpara pengguna air, sehingga diperlukan tindakan preventif dalam waktu yang tepat. Salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan menerapkan efisiensi penggunaan air sehingga dengan sumber daya air yang terbatas memberikan hasil panen yang lebih banyak. Upaya efisiensi sumber daya air di lahan sawah dilakukan dengan menerapkan irigasi berselang (intermittent irrigation). Solusi dalam mengamankan pasokan airuntuk jangka waktu lebih lama perlu dilakukan dengan,menerapkan dua metode irigasi yang berbeda (penggenangan terus-menerus dan irigasi berselang) dalam proporsi yang optimal. Melalui penerapan metode irigasi ini, pasokan air dapat memenuhi permintaan hingga tahun 2030, dimana sawah dengan penggenangan terus menerus menggunakan air 38,49%, sedangkan sawah dengan irigasi berselang hanya menggunakan 11,55%

    Pengembangan Pertanian Lahan Kering Iklim Kering Melalui Implementasi Panca Kelola Lahan

    Get PDF
    Abstrak. Wilayah lahan kering beriklim kering pada umumnya memiliki curah hujan rendah kurang dari 2000 mm/tahun. Keterbatasan air dan kesuburan tanah yang rendah menjadi kendala dalam pengembangan lahan jenis ini. Selain itu kondisi lahan pada umumnya berbukit dan bergunung dengan solum tanah dangkal dan berbatu. Salah satu upaya peningkatan produktivitas lahan ini adalah melalui aplikasi panca kelola lahan kering iklim kering guna mendukung swasembada pangan, meliputi: pengelolaan air; pemupukan berimbang; pengelolaan bahan organik, ameliorasi dan konservasi tanah; integrasi tanaman ternak; dan penguatan kelembagaan tani. Produktivitas lahan dan indeks pertanaman yang rendah di lahan kering iklim kering memungkinkan untuk ditingkatkan melalui pemberian irigasi suplemen. Sumber irigasi suplemen dapat berasal dari bangunan panen air berupa embung, dam parit, long storage, pemanfaatan air sungai, air tanah dangkal dan dalam. Aplikasi irigasi hemat air bagi tanaman sangat diperlukan pada kondisi air terbatas. Pemupukan berimbang dengan teknologi nano; pengelolaan hara terpadu yang mengkombinasikan pupuk anorganik dengan pupuk organik dan pupuk hayati; pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak dan sebaliknya kotoran ternak untuk bahan organik bagi tanaman; serta pendampingan dan pembinaan kelembagaan secara intensif perlu dilakukan untuk keberlanjutan pertanian lahan kering iklim kering. Abstract. Dryland with dry climate areas generally characterized by low rainfall of less than 2000 mm/year. Water limitations and low soil fertility become obstacles in the development of this type of land. In addition, land conditions are generally have a hilly and mountainous area, shallow solum and rocky soil. One of the efforts to increase land productivity is through the application of five land management of dry land with dry climate area to support food self-sufficiency, such as: water management; balanced fertilization; organic matter management, amelioration and soil conservation; livestock crop integration; and strengthening farmer institutions. Low land productivity and cropping index in dry land with dry climate area makes it possible to increase through the aplication of supplementary irrigation. Sources of supplement irrigation were come from water harvesting infrastructures such as water reservoir, channel reservoir, long storage, river water utilization, shallow and deep ground water. Water saving irrigation are very necessary in limited water conditions. Balanced fertilization with nano technology; integrated nutrient management that combines inorganic fertilizers with organic fertilizers and biological fertilizers; utilization of crop waste for animal feed and vice versa livestock manure for organic material for plants; and intensive institutional assistance and guidance, needs to be carried out for the sustainability of dry land with dry climate agriculture

    Identifikasi Kekritisan Air untuk Perencanaan Penggunaan Air Agar Tercapai Ketahanan Air di DAS Bengawan Solo

    Get PDF
    Fakta menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan produksi air sungai dibeberapa DAS utama di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh perubahan karakteristik DAS. Perubahan terbesar terjadi akibat alih fungsi lahan. Dengan perubahan karakteristik DAS dan peningkatan kebutuhan berbagai sektor (rumah tangga, pertanian, industri dan lingkungan) akan meningkatkan persaingan pemanfaatan sumberdaya air. Disisi lain perubahan iklim di wilayah Indonesia ditunjukkan dengan telah terjadi dampak terhadap ketersediaan air dengan terjadinya penurunan curah hujan tahunan pulau Jawa bagian selatan periode 1931‐1960 dan 1968‐1998 yang mencapai 1000 mm. Penurunan ketersediaan air dan peningkatan peningkatan kebutuhan air akan memicu peningkatan kekritisan air. Indeks kekritisan air (IKA) untuk pertanian dihitung melalui pendekatan aspek klimatologis menurut karakteristik lama masa tanam (LGP, length of growing period). Kriteria kekritisan ditetapkan menurut jenis tanaman padi dan palawija berdasarkan analisis neraca air lahan sawah yang dihitung pada kondisi masa tanam eksisting (1, 2 dan 3 kali tanam). IKA merupakan rasio antara total kebutuhan dengan ketersediaan air. Nilai IKA kurang dari 0,50 menunjukkan kondisi yang belum kritis, nilai IKA antara 0,50-0,75 mendekati kritis, nilai IKA antara 0,75-1,00 kritis, dan lebih dari 1,00 sangat kritis. Ketersediaan air ditentukan oleh kondisi neraca air yang direpresentasikan dalam komponen curah hujan, evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi, dan simpanan air tanah. Sedangkan kebutuhan air ditentukan oleh kebutuhan air penduduk, kebutuhan air industri, dan kebutuhan air untuk pertanian. Hasil analisis IKA untuk saat ini di wilayah DAS Bengawan Solo menunjukkan bahwa telah terjadi indikasi mendekati kritis air untuk sekali tanam, dua kali tanam, dan tiga kali tanam dengan nilai rata-rata berturut-turut 49,3%-69,8%. Untuk proyeksi tahun 2030 nilai IKA untuk sekali tanam dan dua kali tanam mendekati kritis yaitu sebesar 62,8% dan 74,6, sedangkan untuk tiga kali tanam telah terjadi indikasi kritis dengan nilai IKA 90,1%. Terjadinya indikasi kritis air menuntut pengelolaan sumberdaya air yang lebih cermat, lebih hemat, dan lebih bijak. Selain itu perlu pengelolaan DAS secara terpadu, optimalisasi penggunaan air (menghidupkan budaya hemat air, efisiensi penggunaan air di jaringan irigasi dll)

    Institutional Development of Irrigation Management Based on The Local Wisdom in Indonesia

    Get PDF
    During 1980-1997, the management of water resources was done with a supply-driven approach.  This approach results in the expensive maintenance of water resources and the disregarded resources utilization of environmental sustainability.  Since 1998, The Government of Indonesia began to reform institutional irrigation with the financing supported by the World Bank. However, the institutional reforms of the irrigation have not yet reflected the exact changes as expected. Therefore, it is necessary to study the process of strengthening the institutional management of irrigation based on the local wisdom through the inventory of history series of irrigation management policy and empowerment of capacity building and institutional program of irrigation management. This paper presents an effort to develop the institutional irrigation management by exploring the local wisdom in the community. It can be used as a guide for future sustainable management of irrigation. JEL Classification: B30, Q15, Q2

    Model Optimasi Surplus Beras Untuk Menentukan Tingkat Ketahanan Pangan Nasional

    Get PDF
    Makalah ini menyajikan pendekatan penghitungan surplus beras melalui optimasi dan proyeksi menggunakan model matematika. Surplus beras dihitung menggunakan ukuran rasio antara jumlah surplus beras selama setahun dengan jumlah konsumsi beras seluruh penduduk pada tahun yang sama. Proyeksi kebutuhan beras nasional dihitung dengan memperhatikan pertambahan penduduk Indonesia yang dihitung menggunakan model Verhults dengan merujuk pada data hasil sensus Badan Pusat Statistik. Model Verhults dapat menampilkan akurasi dengan baik dan menghasilkan koefisien korelasi mendekati 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk mencapai target 10 juta ton beras dengan asumsi tidak ada beras impor dan konsumsi beras penduduk sebesar 139 kg/kapita/tahun dicapai pada tahun 2025 dengan persentase surplus 28,63%, jika konsumsi beras 130 kg/kapita/tahun, target surplus dicapai pada tahun 2012 dengan persentase 33,32%, untuk konsumsi beras sebesar 120 kg/kapita/tahun, target surplus dicapai pada tahun 2005 dengan persentase 38,71%, jika konsumsi beras 102 kg/kapita/tahun,target surplus dicapai lebih cepat lagi yaitu pada tahun 1997 dengan persentase 51,26%. Hasil optimasidan proyeksi surplus beras menunjukkan bahwa dengan konsumsi beras 139 kg/kapita/tahun, mulai tahun 2000-2024 Indonesia masih kurang dalam mencapai target surplus yaitu berkisar antara 0,18 - 9,95 juta ton beras. Target surplus 10 juta ton beras diproyeksikan tercapai pada tahun 2025.Pada kurun waktu 2025 sampai dengan 2030 diproyeksikan Indonesia telah melebihi target surplus yaitu mencapai 10,14 juta – 10,41 juta ton. Indonesia akan tercapai ketahanan pangannya apabila konsumsi beras penduduk dipertahankan antara 100-120 kg/kapita/tahun. Untuk itu perlu penurunan konsumsi beras melalui kebijakan pemerintah dengan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal melalui dukungan kebiasaan masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras

    KONTRIBUSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PANEN AIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

    Get PDF
    Pembangunan infrastruktur panen air (embung dan bangunan air lainnya) merupakan upaya mengatasi permasalahan penyediaan air irigasi di lahan pertanian di Indonesia. Sesuai Direktif Presiden RI pada acara Rakernas Pembangunan Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta tanggal 5 Januari 2017 dan Pekan Nasional Petani Nelayan ke-15, di Aceh tanggal 6 Mei 2017, Presiden mengamanatkan untuk membangun embung dan penampung air lainnya  sebanyak 30.000 unit. Direktif tersebut ditindaklanjuti dengan rencana diterbitkannya Inpres tentang percepatan pembangunan embung kecil dan bangunan penampung air lainnya tahun 2017. Pembangunan ditujunan untuk tanaman padi sangat bermanfaat dan menguntungkan karena tidak membutuhkan investasi besar.   Pembangunan infrastruktur panen air  dengan layanan seluas 4 juta ha akan diperoleh keuntungan kotor Rp 81,7 T, sehingga pendapatan bersih mencapai Rp. 59,1 T. Sedangkan untuk tanaman jagung diperoleh keuntungan kotor Rp 72,96 T dan pendapatan bersih mencapai Rp. 50,37 T. Demikian pula manfaatnya untuk bawang merah akan menghasilkan penerimaan kotor sebesar Rp. 324,25 T sehingga pendapatan bersih mencapai Rp. 301,67 T
    corecore