Jurnal Sumberdaya Lahan
Not a member yet
    140 research outputs found

    Peran Amelioran Tanah Mineral Terhadap Peningkatan Berbagai Unsur Kesuburan Tanah Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit

    Get PDF
    Abstrak. Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan tingkat produktivitas lahan yang mendukung keberhasilan dalam pengelolaan lahan gambut di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan lahan gambut di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat, tidak terkecuali untuk perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut dipicu oleh semakin terbatasnya lahan potensial tanah mineral dan cukup luasnya lahan gambut terlantar/terdegradasi. Pengelolaan lahan gambut yang tidak tepat sering menimbulkan permasalahan. Selain isu lingkungan, degradasi lahan gambut merupakan permasalahan yang serius, khususnya terhadap kesuburan tanah. Pengelolaan lahan dengan menggunakan amelioran merupakan salah satu upaya untuk meningkakan produktivitas lahan gambut. Penggunakan amelioran tanah mineral telah dilakukan pada lahan gambut di areal perkebunan kelapa sawit. Berbagai kajian penggunaan amelioran tanah mineral pada lahan gambut dengan cara dihamparkan di sekitar lingkar pohon kelapa sawit dengan jarak 3 m dari pohon menunjukkan bahwa pemberian amelioran dengan dosis 100 kg pohon-1 atau setara dengan 13.600 kg ha-1 dapat meningkatkan kesuburan secara nyata. Semakin dekat ke kanal pemberian bahan amelioran semakin efektif berdampak pada peningkatan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman dan produksinya

    Pengendalian Degradasi Lahan di DAS Citarum Hulu dan Tengah di Provinsi Jawa Barat

    Get PDF
    Abstrak. DAS Citarum hulu berawal dari hulu sungai pada lereng G. Wayang (Danau Cisanti), di wilayah Desa Cibeureum, Kertasari, Kabupaten Bandung sampai ujung waduk Saguling; dan DAS Citarum tengah meliputi wilayah tangkapan air waduk Saguling-Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur. Di kawasan DAS ini, area seluas 14.907 ha (2,6%) telah terdegradasi berat, 49.827 ha (8,6%) terdegradasi sedang, 307.743 ha (52,9%) terdegradasi ringan. Erosi tanah, pencemaran kimia dan residu limbah industri sebagai faktor pemicu terjadinya lahan terdegradasi di DAS Citarum yang akhirnyasebagian lahan berlereng menjadi kritis.Lahan terdegradasi dan lahan kritis bukan saja merupakan lahan yang tidak produktif, tetapi juga dapat menjadi sumber bencana, mulai dari banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Meluasnya lahan terdegradasi akan berakibat terhadap semakin parahnya kerusakan lingkungan, yang mendorong terjadinya bencana alam semakin tinggi dan lahan pertanian menjadi tidak produktif. Upaya perlindungan lahan yang mendesak untuk segera ditangani dalam usaha pemulihan lahan terdegradasi antara lain: pengendalian degradasi lahan di daerah tangkapan hujan (water catchment area); dan pengendalian konversi lahan terutama di kawasan lahan berhutan/tanaman tahunan menjadi lahan pertanian/non pertanian. Lahan pertanian juga perlu dilindungi terhadap pencemaran kimia dan limbah industri. Perlu mendorong dan membantu petani untuk pengendalian erosi tanah seperti pembuatan teras bangku, gulud, strip rumput, mulsa, dan pertanaman lorong. Selain itu perlu mengupayakan implementasi teknik panen hujan dan aliran permukaan secara optimal untuk konservasi tanah air dan meningkatkan kapasitas/daya tampung DAS, sehingga selama musim kemarau tampungan air tersebut dapat digunakan sebagai sumber irigasi ataupun berfungsi untuk mempertahankan kelembaban tanah. Pemulihan tanah yang telah terkena pencemaran bahan kimia dan limbah industri dapat dilakukan dengan aplikasi bahan organik yang bermanfaat untuk meng-imobiliasi logam berat di tanah. Seiring dengan mengemukanya isu lingkungan dan kesehatan, maka pembangunan pertanian berkelanjutan di kawasan DAS hulu dan tengah adalah pembangunan pertanian yang mengkombinasikan teknologi tradisional dengan teknologi modern, yaitu memacu kenaikan produksi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan

    Environmentally Friendly Agricultural Development

    Get PDF
    Abstract.  Environmentally friendly agriculture is an agricultural system that manages all resources and inputs of the agricultural system to achieve optimal productivity and economic benefits, but has a low risk of resource and environmental sustainability, as well as global warming/climate change. Environmentally friendly implementation strategies lead to synergy and integration between technologies, optimization of resources and production inputs which are carried out through three approaches, namely: (1) Anticipation, adaptation, and mitigation approaches in the context of global warming and climate change, (2) Mitigation approach, countermeasures, and remediation in the context of edhapik and biological environments, and (3) Land remediation approach in the context of degradation and pollution of land, air and ecosystem resources due to excessive use of agrochemicals. Support for research activities and development of adaptation, mitigation and remediation strategies for the restoration of polluted land is expected to increase the economy while producing healthy agricultural products and environment. Various regulations and policies for implementing a sustainable agricultural environment, socialization and implementation in the field must be supported by an agricultural environment information system that is easily accessed by users

    Cover JSDL No 15 Vol.2 2021

    No full text
    Cover JSDL No 15 Vol.2 202

    Implementasi Teknologi Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman Jagung di Kabupaten Muaro Jambi

    No full text
    Kabupaten Muaro Jambi memiliki potensi lahan dan air untuk peningkatan IP (Indeks Pertanaman) khususnya komoditas jagung dengan potensi lahan kering seluas 85.540 ha.  Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan indeks pertanaman pada lahan kering.  Tulisan ini bertujuan mengkaji potensi, ketersediaan teknologi, serta tantangan dan solusi dalam upaya meningkatkan IP jagung di lahan kering Kabupaten Muaro Jambi.  Potensi di Muaro Jambi untuk meningkatkan IP yaitu potensi iklim dengan curah hujan yang cukup rendah, potensi  sumberdaya lahan yang sesuai untuk tanaman jagung berdasarkan arahan peta pewilayahan komoditas dan potensi tanam berdasarkan Kalender Tanam (Katam).  Untuk mendukung potensi dan tujuan peningkatan IP Jagung di Kabupaten Muaro Jambi, telah diidentifikasi ketersediaan teknologi diantaranya Varietas Unggul Baru Jagung Hibrida, pengaturan pola dan waktu tanam berdasarkan Sistem Informasi Katam dan teknologi pengelolaan air yang membutuhkan introduksi infrastruktur panen dan hemat air.  Tingkat adopsi teknologi petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan IP di Kabupaten Muaro Jambi. Kendala tingkat adopsi oleh petani dalam penerapan teknologi untuk meningkatkan IP, dapat diatasi dengan sosialisasi inovasi teknologi pendukung peningkatan IP, pendekatan sosial budaya kepada petani, penyuluhan dengan berbagai media dan metode diseminasi yang sesuai membangun kelembagaan serta pendampingan implementasi teknologi. Implementasi peningkatan indeks pertanaman harus dilihat secara komprehensif, dengan mempelajari permasalahan yang ada, melihat potensi dan peluang serta  kemudian menyampaikan solusi dan manfaat kepada petani

    Cover JSDL Edisi Khusus 2016

    No full text
    Cover JSDL Edisi Khusus 201

    Dukungan Data Sumberdaya Lahan dalam Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Pangan (Food Estate) di Provinsi Kalimantan Tengah

    Get PDF
    Abtsrak. Pengembangan kawasan sentra pangan (food estate) di Provinsi Kaimantan Tengah memerlukan dukungan analisis geospasial kesesuaian biofisik lahan dari enam Kementerian/Lembaga terkait yang dikoordinir oleh Kemenko Perekonomian, sehingga diperoleh area of interest (AOI) kawasan pengembangan. Kementerian Pertanian (cq BBSDLP) telah memberikan data sumberdaya lahan berupa peta tanah, peta sebaran lahan gambut, peta sebaran perkebunan kelapa sawit, peta kesesuaian lahan, dan peta ketersediaan lahan Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil analisis geospasial menunjukkan bahwa AOI kawasan pengembangan food estate seluas 770.600 ha. BBSDLP melakukan analisis geospasial lanjutan antara peta AOI dengan peta lahan rawa dan peta lahan gambut, hasilnya menunjukkan bahwa dari 770.600 ha tersebut terdiri dari rawa lebak 473.501 ha dan rawa pasang surut 269.451 ha atau terdiri dari 419.682 ha tanah mineral dan 350.918 ha tanah gambut. Berdasarkan rencana induk dan Grand Design pengembangan kawasan food estate akan terdiri dari intensifikasi dan ekstensifikasi. Pada tahun 2020 telah dilakukan intensifikasi pada lahan sawah eksisting yaitu 10.000 ha di Kabupaten Pulang Pisau dan 20.000 ha di Kabupaten Kapuas, berupa percepatan pengolahan lahan dan tanam dengan alat mesin pertanian, bantuan benih, dan pupuk. Dukungan data spasial sumberdaya lahan dalam pengembangan food estate meliputi peta calon petani calon lokasi (CPCL), sebaran kedalaman pirit, dan rekomendasi pengelolaan lahan. Pemanfaatan data spasial tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penenetuan rekomendasi pemupukan dan pengelolaan lahan sehingga lahan sawah tersebut dapat berproduksi secara optimal sesuai dengan tipologi lahannya Abstract. Food estate development at Central Kalimantan Province needs supporting geospatial analysis of the biophysical land suitability from six related Ministries/Agencies which is organized by the Coordinating Ministry for Economic Affairs, in order to obtain the area of interest (AOI). The Ministry of Agriculture (cq BBSDLP) has provided land resource data for Central Kalimantan Province, i.e. soil maps, peat maps, oil palm plantation distribution maps, land suitability maps, and land availability maps. The analysis showed that the AOI for the food estate development area covers an area of 770,600 ha. BBSDLP conducted further geospatial analysis between the AOI map and the swamp land map and the peatland map. The result showed that this AOI is divided into 473,501 ha of swamp and 269,451 ha of tidal swamp, or consisting of 419,682 ha of mineral soil and 350,918 ha of peat soil. Based on the master plan and Grand Design, the development of the food estate area will be conducted by both intensification and extensification. In 2020, there has been intensification of the existing rice fields about 10,000 ha in Pulang Pisau Regency and 20,000 ha in Kapuas Regency, in the form of land processing and planting acceleration using agricultural machinery, and the assistance of seeds, and fertilizers. Supporting spatial data is consisted of maps of the farmers’ location, the distribution of pyrite depth, and the recommendations for land management. The spatial data is expected could be used as a reference in determining the appropriate fertilization recommendations and land management in accordance with the land typology. Therefore, the rice fields could produce optimally

    BIOCHAR-KOMPOS BERBASIS LIMBAH KELAPA SAWIT: Bahan Amandemen untuk Memperbaiki Kesuburan dan Produktivitas Tanah Di Lahan Rawa

    Get PDF
    Umumnya untuk mengurangi toksisitad baik Al3+dan Fe2+ di lahan rawa dengan pengapuran, namun ini bukan solusi yang tepat karena tidak untuk jangka Panjang, karena pengapuran hanya menyembuhkan gejalanya saja.  Penambahan bahan amandemen tanah seperti bahan organic dan kompos merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan di lahan rawa.  Pesatnya perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, mengakibatkan semakin besar juga limbah biomassa yang di hasilkan.  Tandan buah kosong kelapa sawit merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari perkebunan sawit dibandingkan dengan limbah kelapa sawit lainnya seperti cangkang sawit.  Pengelolaan biomassa tandan buah kosong kelapa sawit dalam jumlah besar dengan metode konvensional seperti penimbunan lahan dan pembakaran di pabrik akan menimbulkan masalah dampak lingkungan yang serius.  Pengomposan dan mengubah menjadi biochar menjadi salah satu alternatif untuk pengelolaan limbah yang menghasilkan amandemen tanah untuk memperbaiki kesuburan tanah rawa dan produktivitas serta memulihkan daerah yang terkontaminasi dengan logam yang berpotensi beracun.  Paper ini menggunakan metode sistematik review yang merangkum hasil-hasil penelitian primer.  Tujuan penulisan paper ini adalah: mensintesis seluruh hasil penelitian secara kualitatif untuk menggali potensi biochar dan kompos sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah di lahan rawa. Kata Kunci: biomassa kelapa sawit, unsur toksik, dekomposisi, pirolisis, sifat kimi

    Biochar-Materials for Remediation on Swamplands: Mechanisms and Effectiveness

    Get PDF
    Abstract. The purpose of this paper is to synthesize all research results qualitatively to explore the potential of biochar as a remediation agent in swamps, including its mechanism, and effectiveness. The soil in swampland is characterized by the presence of pyrite (FeS2) which results in high acidity (soil pH <3.5). The reduction process in swamps produces high amounts of ferrous iron (Fe2+) which is then released into the environment. The mechanism of iron (Fe) poisoning is indicated by the inhibition of nutrient uptake because the roots are covered with iron. This disturbes the root function as a nutrient absorber. Recent research shows that biochar could be used as an approach to reduce soil pollution in swamps through metal immobilization processes. This review paper uses a qualitative method with meta-aggregation approach based on the Francis-Baldesari method (2006). Principally, the soil remediation mechanism using biochar does not remove metals but accumulate them into hydroxide or carbonate deposits with the help of existing microorganisms. Provision of rice husk Biochar can increase the pH value reaching ≥5.0 and grain yield by 20% in intensively cultivated tidal swamps. Increasing the pH value of the soil will supports the formation of Fe hydroxide deposits which are accumulated on rice roots. Abstrak. Tujuan penulisan paper ini adalah mensintesis seluruh hasil penelitian secara kualitatif untuk menggali potensi biochar sebagai bahan remediasi pada lahan rawa meliputi mekanisme, dan efektivitasnya. Tanah di lahan ini dicirikan oleh keberadaan pirit (FeS2) yang menghasilkan keasaman tinggi (pH tanah <3,5). Proses reduksi di lahan rawa menghasilkan besi ferro (Fe2+) dalam jumlah tinggi dan dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme keracunan besi (Fe) ditunjukkan dengan terhambatnya serapan hara karena perakaran diselimuti oleh besi sehingga fungsi akar sebagai penyerap unsur hara terganggu. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemanfaatan biochar sebagai salah satu pendekatan untuk mengurangi pencemaran tanah di lahan rawa melalui proses immobilisasi logam. Paper review ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan metode Francis-Baldesari (2006) dengan pendekatan metaagregasi (meta-aggregation). Mekanisme remediasi tanah menggunakan biochar prinsipnya tidak menghilangkan logam tetapi mengakumulasinya menjadi endapan hidroksida maupun karbonat dengan bantuan mikroorganisme yang ada. Pemberian Biochar sekam padi dapat meningkatkan nilai pH mencapai ≥5,0 dan hasil gabah sebesar 20% di lahan rawa pasang surut yang intensif dibudidayakan. Peningkatan nilai pH tanah mendukung pembentukan endapan hidroksida Fe yang diendapkan pada akar padi

    Land Suitability and Direction of Strategic Agricultural Commodities in East Kalimantan to Support the Development of the New Nation’s Capital of Republic of Indonesia

    Get PDF
    Abstract. The development of the new nation's capital in East Kalimantan must be supported with sufficient food supply. An Agricultural buffer zone must be provided as production area of food crops, horticulture, plantation, and livestock to suffice the food needs. The planning of landuse arrangement in the area required land suitability assessment for various agricultural commodities. The purpose of this paper is to provide information of land suitability in East Kalimantan Province that support the development plan of the new capital of the Republic of Indonesia. Literature studies of the previous research in East Kalimantan Province are carried out by the Indonesian Center for Agricultural Land Resources Research and Development (ICALRRD), as well as other research institutions. Based on the researches by ICALRRD conducted between year 2016-2019, the land suitable for agriculture is quite extensive (7.7 million ha), mostly for dry land farming. It is classified as suitable (S) mainly for plantation, forage, dry land food, horticulture, and upland rice, especially rainfed paddy. Only a small part is suitable for swamp lowland paddy field or tidal paddy field. The efforts to develop the regions include: (1) the expansion of new areas called as extensification (E), and a little through intensification (I). Extensification is conducted by cultivating superior commodities on new opening land that were previously in the form of shrubs or swampy shrubs, and open area or pasture. The available area for extensification program in East Kalimantan is 2.728 million ha. (2) The intensification program is carried out through the development of commodities in the existing land by strengthening the application of land technology, water management, crops varieties selection and cultivation techniques covering 73.2 thousand ha.Abstrak. Rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, perlu didukung oleh kawasan penyangga pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan) untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Perencanaan penyusunan kawasan tersebut memerlukan data kesesuaian lahan berbagai komoditas pertanian. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan informasi data tentang kesesuaian lahan di Provinsi Kalimantan Timur dalam mendukung rencana pembangunan ibukota baru Republik Indonesia. Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi literatur dari hasil penelitian di Provinsi Kalimantan Timur, baik yang dilaksanakan oleh Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), maupun lembaga penelitian lain. Berdasarkan data hasil penelitian BBSDLP antara tahun 2016-2019, lahan yang sesuai untuk pertanian cukup luas (7,7 juta ha), terutama untuk pertanian lahan kering. Lahan yang tergolong kelas sesuai (S) sebagian besar untuk tanaman perkebunan, pakan ternak, pertanian tanaman pangan lahan kering, hortikultura, dan padi sawah tadah hujan. Hanya sedikit yang sesuai untuk pertanian padi rawa lebak atau padi pasang surut. Upaya yang dapat ditempuh untuk membangun kawasan ini adalah: (1) melalui perluasan areal baru atau ekstensifikasi (E) tanaman perkebunan, pakan ternak, pertanian tanaman pangan lahan kering, hortikultura, dan padi sawah tadah hujan, pada lahan bukaan baru yang sebelumnya berupa semak belukar atau semak belukar rawa, lahan terbuka atau padang rumput seluas 2,728 juta ha. (2) melalui program intensifikasi (I) dilakukan melalui pengembangan komoditas di lahan sawah eksisting melalui penguatan aplikasi teknologi pengelolaan lahan, pengelolaan air, penggunaan varietas unggul, dan teknik budidaya, seluas 73,2 ribu ha

    111

    full texts

    140

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Jurnal Sumberdaya Lahan
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇