14 research outputs found
Variasi Intraspesifik Dalam Kecepatan Tumbuh Di Antara Tiga Populasi Gastropoda Intertidal, Nerita Japonica (Dunker)
Untuk mengetahui kecepatan tumbuh Nerita japonica, maka diadakan penelitian pada populasi-
populasi yang hidup pada tiga macam habitat yang berbeda di Pulau Shimoshima Amakusa,
Kyushu bagian barat, Jepang. Parameter yang diamati adalah kecepatan tumbuh rata-rata,
pola kecepatan tumbuh rata-rata musiman, dan hubungan antara kecepatan tumbuh dan
ukuran tubuh diantara tiga populasi. Pengamatan dilakukan dalam waktu dua bulan selama
satu tahun sehingga dapat diketahui variasi menurut musim. Ketiga populasi memperlihatkan
kecepatan tumbuh yang berbeda. Populasi pantai rocky tumbuh paling pesat dan populasi
pantai stony bagian atas paling lambat. Pola kecepatan tumbuh ketiga populasi, bervariasi
menurut musim. Populasi pantai rocky memiliki kecepatan tumbuh maksimal pada periode
pertumbuhan Meiï€Juli, sedangkan dua populasi pantai stony pada Juliï€September. Pada bulan
Novemberâˆ\u27Maret tahun berikutnya ketiga populasi tumbuh sangat lambat. Kecepatan tumbuh
ketiga populasi berkurang secara signifikan seiring bertambahnya ukuran tubuh, kecuali pada
Novemberâˆ\u27Maret tahun berikutnya, satu dari tiga populasi tidak memperlihatkan hubungan
antara kecepatan tumbuh dan ukuran tubuh. Dapat disimpulkan terdapat variasi intraspesifik
pada N. japonica dalam hal kecepatan tumbuh menurut musim dan habitat walaupun dengan
jarak geografi yang pendek
Nematosit Dan Tiga Macam Warna Karang Galaxea Fascicularis (Linnaeus) Ditemukan Di Terumbu Karang Pantai Malalayang Kota Manado
Nematosit dan tiga macam warna karang G. fascicularis (Gs, B dan Wt) ditemukan berlimpah di terumbu karang sekitar Nusantara Diving Center (NDC) lama di pantai Malalayang Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara, diteliti di Laboratorium Biologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi. Tiga dari 25 nematosit yang dikenal dalam filum Cnidaria, diamati dalam tiga macam warna karang G. fascicularis, yaitu MpM, MbM dan HI. Tipe MpM ditemukan paling dominan terdapat dalam bagian ujung tentakel normal dari tiga macam warna karang spesies ini. MpM dari warna karang Wt memiliki bentuk kapsul nematosit yang lebih kecil dan tangkai-tangkai lebih pendek dibandingkan dengan yang ada pada warna karang Gs atau B, sedangkan yang dari Gs dan B adalah mirip. Penelitian sekarang ini memperlihatkan bahwa tipe nematosit dan karakteristik tubuh dari tiga macam warna karang G. fascicularis adalah berbeda antara Gs atau B dengan Wt, sedangkan yang dari Gs dan B adalah mirip. Penelitian sekarang ini mengusulkan bahwa ketiga macam warna karang G. fascicuaris (Gs atau B dengan Wt) adalah spesies yang berbeda berdasarkan morfologi nematosit dan karakteristik tubuhnya. Penelitian selanjutnya tentang dimensi dan komposisi nematosit, DNA dan pengaruh faktor lingkungan habitat terhadap bermacam warna karang G. fascicularis adalah penting untuk memastikan apakah mereka spesies yang sama atau berbeda
Morfologi Nematosit Dari Dua Spesies Karang Scleractinia (Seriatopora Hystrix Dan Seriatopora Caliendrum)
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan dimensi nematosit, yaitu panjang dan lebar kapsul serta panjang tangkai) antara kedua karang Scleractinia, S. hystrix dan S. caliendrum yang dikumpulkan dari terumbu karang pantai Malalayang Kota Manado. Pengamatan nematosit dilakukan dengan menggunakan Mikroskop tipe Olympus CX41, sedangkang pengukuran dimensi nematosit digunakan jangka sorong stainless steel (manual) dalam satuan mm, kemudian dikonversi kedalam μm. S. hystrix dan S. caliendrum, masing-masing memiliki tipe nematosit yang sama, yaitu microbasic p-mastigophore (MpM) dan holotrichous isorhiza (HI). Panjang dan lebar kapsul, serta panjang tangkai nematosit dari kedua spesies melalui analisis statistik (uji-t) memperlihatkan hasil tidak berbeda nyata (P > 0.05). Penelitian ini menyatakan bahwa tipe dan morfologi nematosit dari kedua spesies uji adalah sama dan menyarankan bahwa S. hystrix dan S. caliendrum adalah spesies yang sama. Bagaimanapun perlu dilakukan uji lanjut tentang habitat dan lingkungannya dimana fauna-fauna ini berada dan uji DNA apakah perbedaan atau persamaan dari kedua spesies merupakan faktor lingkungan atau genetika atau gabungan dari kedua faktor tersebut
Hasil Ubi Kayu (Mannihot Esculenta Crantz.) Terhadap Perbedaan Jenis Pupuk
Penelitian hasil ubi kayu (Mannihot esculenta Crantz.) terhadap perbedaan jenis pupuk bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan jenis pupuk terhadap hasil ubi kayu.Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan yang diulang sebanyak empat kali. Perlakuan tersebut adalah: A = tanpa pemupukan, B = 250 kg NPK/ha +150 kg urea/ha, dan C = 20 ton/ha bokashi kotoran sapi. Variabel pengamatanadalah: 1) Jumlah umbi/tanaman, 2) Bobot umbi/tanaman, dan 3)Produksi umbi/petak.Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA dan Uji BNT 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis pupuk berpengaruh terhadap hasil ubi kayu (bobot umbi/tanaman dan produksi umbi/petak). Bobot umbi/tanaman dan produksi umbi/petak tertinggi diperoleh pada pupuk bokashi kotoran sapi dengan dosis 20 ton/ha dan 250 kg NPK/ha + 150 kg urea/ha. Perlu penambahan pupuk pada lahan penelitian yang ditanami ubi kayu
Nematosit Karang Scleractinia, Pocillopora Eydouxi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe, komposisi, dan dimensi nematosit dari Karang Scleractinia, Pocillopora eydouxi. Pocillopora eydouxi yang digunakan dalam studi ini berasal dari Pantai Malalayang, Manado. Dua tipe nematosit utama ditemukan pada Pocillopora eydouxi, yaitu holotrichous isorhizas (HI) dan microbasic p-mastigophore (MpM). Komposisi nematosit memperlihatkan bahwa HI lebih berlimpah dari MpM. Tipe HI memiliki panjang kapsul 63,38 ± 11,36 µm (mean ± SD) dan lebar kapsul 19,25 ± 4,60 µm (mean ± SD), sedangkan MpM memiliki panjang kapsul 27,05 ± 3,68 µm (mean ± SD), lebar kapsul 7,05 ± 1,88 µm (mean ± SD) dan panjang tangkai 19,59 ± 4,67 µm (mean ± SD). Hasil studi menyimpulkan bahwa Pocillopora eydouxi memiliki dua tipe nematosit utama, yaitu HI dan MpM, dan mengusulkan untuk diteliti lebih lanjut peranan dari ke dua tipe nematosit tersebut
Struktur Komunitas Karang Dan Biota Asosiasi Pada Kawasan Terumbu Karang Di Perairan Desa Minanga Kecamatan Malalayang II Dan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri
Tujuan studi yaitu untuk mengetahui struktur komunitas biota karang dan biota asosiasi di kawasan terumbu karang. Data tutupan karang diperoleh dengan menggunakan metode LIT (Line Intercept Transect) sedangkan untuk biota asosiasi diperoleh dengan menggunakan kuadran. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu di Desa Minanga Kecamatan Malalayang II dan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri Provinsi Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh pada dua lokasi menunjukkan persentase tutupan karang yang sangat rendah. Biota pada Desa Minanga dan Desa Mokupa memiliki keanekaragaman sedang. Untuk kesamaan komunitas Ascidian dan Alga ditemukan sama, sedangkan Spons, Ekinodermata, Moluska serta Ikan berbeda pada kedua lokasi. Nilai Frekuensi biota pada Desa Minanga memiliki nilai tertinggi yaitu Ascidian yang terendah yaitu Krustasea dan Alga sedangkan nilai frekuensi pada Desa Mokupa memiliki nilai tertinggi yaitu Ascidian dan yang terendah yaitu Polikaeta dan Alga. Kepadatan Ascidian, Spons dan Moluska memiliki nilai tertinggi, sedangkan nilai terendah yaitu Ekinodermata, Krustasea dan Alga di Desa Minanga, sedangkan kepadatan Moluska memiliki nilai tertinggi sedangkan Ascidian, Spons, Alga dan Polikaeta memiliki nilai terendah di Desa Mokupa
Efek Toksisitas Polutan Tributiltin Terhadap Sel Alga Laut, Kappaphycus Alvarezii
Pengaruh subletal TBT pada morfologi sel ganggang terjadi pada konsentrasi 2 ppm -10 ppm, dimulai dengan Perubahan warna yang pudar diikuti dengan pemutihan di tallus. Secara histopatologi, konsentrasi 2-4 ppm struktur sel alga masih utuh sama seperti kontrol, dimana korteks dan medula terdiri dari serangkaian sel berbentuk bulat. Pada konsentrasi TBT 6 ppm, terlihat batas antara sel korteks dan medula hampir tidak ada dan sel menjadi sangat tipis, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi (8 dan 10 ppm) sel korteks dan medula sudah rusak total