6 research outputs found
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi : Persepsi Karyawan Bagian Akuntansi
Kecurangan akuntansi merupakan kesalahan yang dilakukan secara sengaja oleh
akuntan yang dapat merugikan banyak pihak. Dalam lingkup perusahaan,
kecenderungan kecurangan akuntansi sangat merugikan kepentingan perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi para pegawai di instansi
perusahaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
kecurangan akuntansi; Asimetri informasi, Moralitas Individu, Budaya Etis
Organisasi, dan Ketaatan Aturan Akuntansi. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan bukti secara empiris tentang persepsi para pegawai akuntansi di
perusahaan manufaktur di kabupaten Gresik.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis full model
Structural Equation Modelling (SEM) dengan alat analisis smartPLS 2.0.
responden sebanyak 50 karayawan bagian akuntansi, data primer yang diolah dari
7 perusahaan yang berlokasi di kabupaten Gresik yaitu PT. Swabina Gatra, PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk., PT. Varia Usaha, PT. Indospring, dan PT
Sumber MasPlaywood, PT Petrokimia Gresik, PT Swadya Graha.
Berdasarkan hasil disusun hipotesis bahwa asimetri informasi
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, moralitas individu
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, budaya etis
organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dan
ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi
ANALISA JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) PADA PERUSAHAAN TERMINAL PETIKEMAS KOJA (TPK) TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
Corporation of TERMINAL PETIKEMAS KOJA (TPK) Tanjung Priok North Jakarta is the first private sector operator terminal in Indonesia and that is the separate excellence, so it can give an more worth and better image in public eyes and also of the competitors. This corporation give service which in the form of container loading and unloading, receiving and delivery container, behandle service, and transhipment. See from requirement of information which required shall always up to date, hence one of supplementary factor the core important is usage of network LAN. That’s why the writer in exercise of job practice doing analysis Local Area Network (LAN) at corporation of TERMINAL PETIKEMAS KOJA (TPK). Such as network peripheral analysis, application software and operating system analysis which applied at Corporation of TERMINAL PETIKEMAS KOJA ( TPK), so that can be able to know the weakness from the network configuration and can be minimalisation the problem to be repaired
Potential Utilization of Dried Rice Leftover of Household Organic Waste for Poultry Functional Feed
Indonesia produced 30 × 106 t of waste in 2021; 40 % was organic and 276 × 103 t leftover rice. Meanwhile, broiler chicken farmers have been struggling with high feed costs to continue their production. Processing leftover rice into "aking-rice" is environmentally friendly, and it also provides alternative feed for chickens. "Aking-rice" is a type of resistant starch because it has undergone a gelatinization process that works as a synthesis of short-chain fatty acids that positively improve the function of the digestive tract because it increases the villi in the small intestine. This study analyzed the potential of “aking- rice” in broiler chicken productivity. The experimental method was a completely randomized design with three treatments, five replications and 12 chickens in each unit. The treatments are T0 (100 % basal feed), T1 (80 % basal feed + 20 % “aking- rice” spread on top of the basal feed), and T2 (80 % basal feed + 20 % "aking-rice" mix). Statistical analysis used ANOVA, and continued with LSD with observed variables, i.e. Feed Intake (FI), Average Daily Gain (ADG), Feed Conversion Ratio (FCR), and Performance Index (PI). The results showed that the highest FI values were T0 (99.02), T1 (97.45), and T2 (96.58). The highest ADG was T1 (40.40) then T0 (37.07) and the lowest was T2 (36.40). T1 has the lowest FCR (2.42)
compared to T0 (2.68), T2 (2.66). The lowest FCR is T1 (2.42), then T2 (2.66) and the highest is T0 (2.68). The third variable was not significantly different, but the PI results showed a significant difference with the highest PI value T1 (433.84), while T0 (374.81) and T2 (372.67) were not different. Economic analysis also shows that the highest cost T0 (118 475) is significantly different from T1 (110 541) and T2 (109 558). The highest profit is shown by T1 (2 102) then
T2 (1 063) and T0 (507). In conclusion, the use of "aking-rice" can increase the performance index with a higher ADG value and a lower FCR so that the costs are smaller and the profit is greater
SISTEM PEMILIHAN KONTRAKTOR MENGGUNAKAN METODE AHP
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, kebutuhan akan komputerisasi disegala bidang pun turut meningkat. Tak terkecuali dalam hal pengambilan keputusan salah satu contohnya adalah dalam memilih kontraktor dalam proses lelang tender. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang yang dapat memperhitungkan segala kriteria yang mendukung dalam pengambilan keputusan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP adalah salah satu metode yang didasarkan pada multi kriteria. Dalam proyek akhir ini dibuat suatu perangkat lunak yang dapat membantu suatu instansi/perusahaan untuk mendapatkan kontraktor yang terbaik berdasarkan kualitas dan kuantitasnya. Kata Kunci : Analytic Hierarchy Processing, Tender, Kriteria
Peran Modal Sosial Petani Terhadap Produktivitas Kopi Organik Di Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang
Perkebunan kopi memiliki prospek yang baik dalam meningkatkan
perekonomian. Pembangunan perkebunan kopi menjadi hal yang perlu
dipertahankan dan ditingkatkan, salah satunya dengan penerapan pertanian
organik. Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu menjadi salah satu daerah yang
menerapkan budidaya kopi organik, namun dalam penerapannya masih terdapat
masalah yang dihadapi yaitu ketersediaan pupuk yang tidak mencukupi dan akses
pasar yang belum terbentuk. Permasalahan tersebut menyebabkan produktivitas
kopi organik menjadi rendah yaitu 0,9 ton/ha. Upaya yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan produktivitas kopi organik untuk mencapai keberhasilan program
pertanian organik adalah dengan meningkatkan modal sosial. Modal sosial
merupakan bentuk hubungan sosial dari masing-masing individu untuk mencapai
tujuan yang sama dilandasi dengan kepercayaan, jaringan dan norma sosial
sehingga dalam menjalankan program pertanian organik perlu adanya hubungan
yang baik dan peran dari stakeholders. Penelitian ini bertujuan untuk 1)
mengidentifikasi karakteristik petani kopi organik di Desa Kelurahan, 2)
menganalisis modal sosial petani kopi organik di Desa Kelurahan, 3) menganalisis
peran modal sosial petani dalam peningkatan produktivitas kopi organik di Desa
Kelurahan, 4) mendeskripsikan pengaruh peran modal sosial terhadap
produktivitas kopi organik di Desa Kelurahan.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang dilakukan di
Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang pada bulan Juni hingga
Agustus 2021. Responden yang digunakan adalah anggota kelompok tani yang
menjalankan budidaya kopi organik berjumlah 25 orang. Teknik pengambilan
data dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan bantuan kuisioner dan
observasi lapang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk
mendeskripsikan kondisi modal sosial dan analisis regresi linier berganda untuk
mengetahui pengaruh modal sosial terhadap produktivitas kopi organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial tidak dapat dilihat dari
karakteristik petani namun keberanian petani dalam melakukan interaksi.
Karakteristik petani dengan usia produktif maupun non produktif dan tingkat
pendidikan SD hingga Sarjana memiliki kesempatan yang sama dalam
meningkatkan modal sosialnya sehingga dapat mencapai tujuan untuk
meningkatkan produktivitas kopi organik. Kemudian peran modal sosial yang
meliputi jaringan, kepercayaan dan norma sosial petani kopi organik memiliki
kondisi yang baik. Petani kopi organik membutuhkan adanya kelompok tani guna
mempermudah dalam melakukan budidaya kopi organik dan dapat saling bertukar
ide dengan petani lain. Petani kopi organik patuh terhadap aturan yang sudah
ditetapkan dalam kelompok tani karena ini merupakan tanggung jawab petani
dalam mencapai keberhasilan bersama. Kemudian jaringan, kepercayaan dan
norma sosial memiliki nilai koefisien yang positif atau searah. Jaringan naik
sebesar 1% akan meningkatkan produktivitas kopi organik sebesar 0,297
kwintal/ha. Kepercayaan naik sebesar 1% maka produktivitas kopi organik akan
ii
meningkat sebesar 0,195 kwintal/ha. Norma sosial naik sebesar 1% maka
produktivitas kopi organik akan naik sebesar 0,332 kwintal/ha. Kemudian secara
keseluruhan modal sosial memberikan pengaruh secara signifikan produktivitas
kopi organik. Secara parsial hanya norma sosial berpengaruh secara signifikan
terhadap produktivitas kopi organik dikarenakan petani sudah mematuhi aturan
yang ada di kelompok tani. Jaringan dan kepercayaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap produktivitas kopi organik karena memiliki nilai signifikansi
lebih dari 0,05.
Adapun saran yang disampaikan dalam penelitian ini antara lain diharapkan
petani kopi organik di Desa Kelurahan dapat memperluas jaringan dengan
mengikuti organisasi diluar kelompok tani. Dengan adanya jaringan petani akan
mendapatkan informasi, pengetahuan dan pengalaman baru yang berguna dalam
melakukan budidaya kopi organik. Petani akan merasa lebih mudah dalam
mencari solusi apabila ada permasalahan. Kemudian diharapkan petani kopi
organik di Desa Kelurahan dapat mencoba untuk memasarkan produk kopi
organik melalui media online seperti media sosial (Instagram, facebook) dan
marketplace (shopee, tokopedia, lazada). Kemudian diharapkan pemerintah dapat
membantu petani kopi organik dalam mengatasi permasalahan terkait pupuk
organik. Kurangnya pupuk organik menjadi salah satu penyebab produktivitas
kopi organik menjadi rendah. Bantuan pemerintah dapat berupa hewan ternak
ataupun pupuk organik akan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas
kopi organi