73 research outputs found

    Respons Positif Teologi Kristen Protestan terhadap Sekularisasi Di Dunia Barat Modern

    Get PDF
    This article discusses how Protestant Christian theology responds to the strengthening of the secularization phenomenon. The positive response with various styles of theological reflection illustrates that the Protestant Christian theology figures above, starting from Karl Barth, Rudolf Bultmann, Dietrich Bonhoeffer and Paul Tillich, are the efforts of theologians to try to bridge the gap or gap in cultural rationality between the cultures of the classical era in where the texts of the scriptures were written with modern Western culture today. These theologians include those who give a positive response in dealing with the phenomenon of secularization in the West. However, their response actually has a style that is more or less different in their way of thinking. Although Karl Barth proposed an advanced mode of reflection, he was still bound by his orthodoxy, so that he was nicknamed "neo-orthodox". Rudolf Bultmann was more liberal with his "Demythologized" ideas. Dietrich Bonhoeffer had already begun to advocate a secular Christian interpretation, and Paul Tillich had further advocated a correlational theological approach to religion and culture. Next, Harvey Cox further tries to construct a more comprehensive reflection of Secularization theology, that the secular world is a world in which Christians are mature people. As a sign, Jesus' death on the cross is a symbol, that he has left his absoluteness, his supernatural being, to become a secular "God"

    Problematika Pemberdayaan Ekonomi Penduduk Miskin: Kasus Pundi Di Daerah Istimewa Yogyakarta

    Get PDF
    Abstract This article presents findings of the research on the evaluation of the program for economic empowerment of the poor, carried out through the mechanism of extending Pundi credit. Research findings indicate that the extension of Pundi credit is yet to achieve the intended objectives. There are some problems encountered in the execution of Pundi credit extension. First and foremost although the Pundi credit had intended to help the poor who own some kind of small business, it couldn\u27t have reached the properly. Secondly, the red tape employed by the executing regional development bank in Pundi credit is considered time distributing consuming by potential credit beneficiaries. To receive such credit, the future beneficiaries have to have some kind of mortgages as pre-conditions, which by all intense and purposes are hard to fulfill. Thirdly, the guidance has focused more on channeling mechanism than on the much needed of business empowerment. Because of that, the deliverance of Pundi credit as an effort to revitalize the economic function of the poor one should find another appropriate outlet, so the empowerment may be realized

    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

    Get PDF
    Peraturan ini berisi peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menenga

    Responsibilitas pemerintah daerah dalam pendapatan penduduk rentan (Studi kasus di kota Malang)

    Get PDF

    Pengembangan Instrumentasi dan Analisis Sinyal EMG pada Otot Leher

    Get PDF
    Orang yang telah kehilangan laring (laryngectomee) atau mengalami kerusakan laring akan kehilangan fungsi bicara dan menyebabkan sulitnya berkomunikasi. Electrolarynx (EL) adalah perangkat genggam berdayakan baterai yang merupakan salah satu alternatif untuk membangkitkan suara dengan memberi getaran pada otot leher. EL adalah alternatif yang mudah digunakan dan sederhana, akan tetapi suara yang dihasilkan EL tidak natural (seperti robot), monoton, dan memiliki kualitas yang rendah sehingga dibutuhkan pengembangan lanjut untuk meningkatkan kualitas suara dan kenyamanan penggunaan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otot leher dengan pembentukan suara. Oleh karenanya, sinyal elektromiografi (EMG) pada otot leher dianalisis terhadap intensinya untuk memulai/berhenti bicara dan hubungannya dengan nada suara yang dihasilkan. Pada penelitian ini, instrumentasi EMG minimum dirancang untuk memperoleh sinyal EMG pada otot leher. Instrumentasi EMG terdiri dari penguat instrumentasi, rangkaian filter, dan rangkaian adder. Sinyal EMG kemudian direkam dan dilakukan proses filtering, rectification, dan kalkulasi envelope sinyal sederhana dengan low pass filter Pole-Zero. Korelasi amplitudo envelope EMG dengan sinyal suara ketika berbicara dianalisis. Thresholding sinyal EMG dengan batas ambang ganda (onset/offset) diusulkan dalam mendeteksi sinyal wicara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perekaman sinyal EMG pada otot leher membutuhkan instrumentasi dengan penguatan yang jauh lebih besar. Nilai threshold untuk onset mampu mendeteksi sinyal wicara sebelum wicara terjadi dengan selang waktu sekitar 0.2 ms. Akan tetapi, offset threshold tidak mampu memberikan waktu akhir dari sinyal wicara dengan tepat, di mana deteksi wicara diakhir lebih cepat sekitar 0.12 ms dari seharusnya

    Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Web untuk Diagnosa Penyakit

    Get PDF
    Pada beberapa kasus, diagnosa penyakit tidak dapat dilakukan dengan mudah karena beberapa tanda dan gejala mungkin saling beririsan dengan penyakit lain. Sistem pendukung keputusan merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu dokter dalam pengambilan keputusan diagnosa. Pada penelitian ini dirancang suatu sistem pendukung keputusan yang dapat digunakan untuk mendiganosa suatu penyakit sesuai dengan kebutuhan. Sistem pendukung dirancang agar dapat terintegrasi dengan data pasien sehingga secara praktis dapat digunakan di rumah sakit. Sistem diimplementasikan ke dalam sistem berbasis web dengan bahasa pemrograman PHP dan Relational Database Management System MySQL. Jenis sistem pendukung keputusan yang dirancang pada penelitian merupakan nonknowledge-based sytem dengan algoritma machine learning yang digunakan yaitu Naive Bayes. Berdasarkan pengujian performansi, pada saat kondisi normal performansi sistem baik dan tidak terpengaruh jumlah user yang melakukan akses. Selain itu tidak terdapat perbedaan performa yang signifikan saat kondisi normal dan pada saat kondisi terdapat lonjakan trafik

    Klasifikasi Epileptiform dan Wicket Spikes Menggunakan Metode Key-Point Based Local Binary Pattern

    Get PDF
    Epilepsi adalah gangguan kronis otak disebabkan oleh adanya lepasan muatan listrik abnormal yang berlebihan di neuron-neuron otak secara berlebihan di neuron-neuron otak secara paroksismal dan disebabkan oleh berbagai etiologi, bukan disebabkan oleh penyakit otak akut. Sampai saat ini jumlah penderita Epilepsi mencapai 50 juta di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan kesalahan diagnosis epilepsi mencapai 20-30%. Salah satu metode yang lazim digunakan untuk pemeriksaan epilepsi adalah dengan melakukan perekaman Electroencephalogram (EEG) kemudian dilanjutkan dengan melakukan diagnosis berdasarkan hasil rekaman sinyal EEG yang dihasilkan. Proses pemeriksaan secara manual oleh dokter ini merupakan proses yang panjang dan melelahkan sehingga tidak jarang menyebabkan terjadinya kesalahan dan over-diagnosis. Salah satu jenis sinyal EEG yang cukup sering salah dianggap sebagai sinyal tanda epilepsi adalah Wicket spikes. Wicket spikes merupakan sinyal wicket yang muncul saat pasien mengalami tidur ringan pada saat pemeriksaan EEG, bentuknya yang mirip sering disalah-artikan sebagai epileptiform sharp wave. Pada penelitian ini, diajukan metode Key-Point Local Binary Pattern dan Support Vector Machine untuk melakukan klasifikasi antara Epileptiform dan Wicket spikes. Metode yang diajukan termasuk pendeteksian Key-Point pada sinyal yang sebelumnya telah melalui proses konvolusi dengan filter gaussian. Local Binary Pattern kemudian akan dihasilkan berdasarkan lokasi Key-Point. Kemudian hasil histogram tersebut akan dimasukkan ke dalam Support Vector Machine untuk diklasifikasikan. Hasil proses klasifikasi berupa hyperplane yang mengklasifikasikan tiga kelas yaitu normal, epileptiform dan wicket spikes. Didapatkan metode yang diajukan memiliki tingkat keberhasilan sebesar 96% persen untuk klasifikasi pada Epileptiform dan Wicket spikes dan lebih besar dari yang ada pada saat ini

    Perancangan Database Informasi Medis untuk Sistem Prediksi Hipertensi

    Get PDF
    Hipertensi merupakan penyakit penyebab kematian nomor 5 di Indonesia dengan prevalensi 25,8%. Hipertensi mendapat julukan sebagai silent killer karena tidak memiliki gejala. Faktor resiko hipertensi dapat memberikan indikasi adanya hipertensi pada seseorang. Sinyal tubuh manusia menyimpan informasi penting mengenai kondisi tubuh khususnya kondisi pengaruh tekanan darah. Selain itu, ketersediaan data pembelajaran dalam bentuk database yang berkaitan dengan hipertensi masih sangat sulit untuk didapatkan.Sinyal Electrocardiograph (ECG) dan Photoplentysmograph (PPG) pada beberapa penelitian, memiliki perbedaan parameter antara subyek normotensi dan hipertensi. Ekstraksi data ECG dan PPG dapat menghasilkan estimasi tekanan darah dan parameter penting sebagai tambahan faktor resiko untuk menunjang peningkatan akurasi prediksi hipertensi. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer yang diambil dari 30 subjek. Hasil ekstraksi data pada subjek dimasukan ke databasesebagai media penyimpanan dan sumber data yang diakses secara langsung saat sistem berjalan.Database yang dibuat berisi 30 data dengan rincian 21 subjek pria dan 9 subjek wanita. Berdasarkan hasil esktraksi data diperoleh beberapa parameter seperti Body Mass Index (25.19±5.09) kg/m2. Selain itu, hasil ekstraksi data sinyal tubuh subjek juga menghasilkan data yang dapat digunakan untuk keperluan sistem prediksi. Heartrate (88.93±10.68) beat per minute(bpm) disimpan juga bersama dengan Interval QT (0.34±0.07) detik dan persentase dicrotic notch (62.68±11.53) %. Dalam penelitian ini, faktor-faktor risiko dan hasil ekstraksi data disimpan dalam database sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan penelitian selanjutnya

    The Dynamic of Challenges of Managing Functional Civil Servant in Malang Regency Indonesia

    Get PDF
    : Simplifying the bureaucracy is a vocal policy priority initiated by President Joko Widodo. Basically, the simplification of the bureaucracy tries to rebuild the bureaucracy based on functions and expertise which ultimately results in better output and performance. So far, the consequence is the transfer of structural positions to functional positions. These changes also have an effect on changes in the management of the state civil apparatus (ASN). Even though the management of functional positions in regional government is still a formidable challenge. Therefore, this research aims to describe the various problems of managing functional positions in local government, which are increasingly complex with the presence of the obligation to simplify the bureaucracy. Researchers conducted interviews with multiple parties, both with managers of functional positions and with individuals who have functional positions in the Malang Regency Government. The results of this study show the dynamics of the problem from three aspects, namely, first from a comparative point of view in the era of bureaucratic simplification, which shows the lack of clarity in policies seen from policy clarity, policy direction, and policy effectiveness. The second point of view of the actor is that of a functional official who experiences various human resource management problems as a functional official. The third point of view is the management of functional positions that face cultural and structural challenges such as habits and human resources management at the local level

    Comparison of EEG Pattern Recognition of Motor Imagery for Finger Movement Classification

    Get PDF
    The detection of a hand movement beforehand can be a beneficent tool to control a prosthetic hand for upper extremity rehabilitation. To be able to achieve smooth control, the intention detection is acquired from the human body, especially from brain signal or electroencephalogram (EEG) signal. However, many constraints hamper the development of this brain-computer interface (BCI, especially for finger movement detection). Most of the researchers have focused on the detection of the left and right-hand movement. This article presents the comparison of various pattern recognition method for recognizing five individual finger movements, i.e., the thumb, index, middle, ring, and pinky finger movements. The EEG pattern recognition utilized common spatial pattern (CSP) for feature extraction. As for the classifier, four classifiers, i.e., random forest (RF), support vector machine (SVM), k-nearest neighborhood (kNN), and linear discriminant analysis (LDA) were tested and compared to each other. The experimental results indicated that the EEG pattern recognition with RF achieved the best accuracy of about 54%. Other published publication reported that the classification of the individual finger movement is still challenging and need more efforts to make the best performance
    corecore