29 research outputs found

    PENGARUH PARAMETER KUALITAS BATUBARA.TERHADAP CRUCIBLE SWELLING NUMBER PT. SURVEYOR CARBON CONSULTING INDONESIA, KOTA SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    Coking coal adalah batubara yang memiliki sifat kimia dan fisika yang berpotensi untuk dibuat kokas (coke) yang umumnya dipergunakan sebagai salah satu bahan penting dalam pembuatan logam besi dengan cara peleburan besi oksida (bijih besi, pellet, sinter) dalam blast furnace. Menurut sistem klasifikasi ASTM, idealnya batubara yang cocok untuk dibuat kokas adalah batubara yang memiliki CSN (Crucible Swelling Number) 4-6, yang mana akan menunjang terbentuknya kokas dengan porositas dan kekuatan yang diperlukan. Calorific Value adalah tenaga panas dalam satuan kalori, yaitu jumlah panas yang dihasilkan (dibebaskan) dalam satu unit (satuan) berat atau unit isi bahan bakar yang dibakar habis. Nilai rata-rata uji CSN = 3.25 Jadi batubara belum cukup ini ideal untuk diproses menjadi kokas karena batubara dengan CSN <4, mempunyai porositas yang rendah sehingga luas permukaannya menjadi sempit, padahal permukaan yang cukup luaslah yang diperlukan saat terjadinya reaksi dalam blast furnace. Analisis yang dilakukan adalah untuk mempelajari korelasi antara uji CSN, proksimat, dan nilai kalori serta mengetahui sifat fisik suatu batubara dari ketiga uji tersebut. Hasilnya korelasi uji CSN berbanding lurus dengan uji proksimat. Hasil yang didapat dari pengujian, semakin tinggi nilai pada CSN maka semakin tinggi pula nilai kalori maksimumnya. Sedangkan CSN akan bernilai nol jika batubara termasuk dalam karakteristik batubara lignit dan antrasit (dilihat dari nilai kalori)

    STUDI PEMUATAN BATUBARA MENGGUNAKAN FLOATING CRANE PT. MUTIARA JAWA 1 PADA MOTHER VESSEL VISION MUARA BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    Batubara sebagai komoditi yang sangat dibutuhkan, untuk mencukupi kebutuhan batubara di negara lain, oleh karena itu pengangkutan batubara melalui jalur laut berupa tongkang-tongkang yang di tarik oleh tug boat yang kemudian batubara tersebut dimuat ke Mother Vesel menggunakan bantuan Floating Crane. Floating crane adalah alat bongkar muat yang dirancang khusus di atas tongkang dan dapat dapat bergerak dengan menggunakan baling-baling sendiri ataupun ditarik, dan dikombinasikan dengan menggunakan penggaruk (grab bucket) untuk mengambil muatan dari tongkang ke kapal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kemampuan produktivitas crane pada floating crane Mutiara Jawa sebesar 3.529,41 TPH. Kemampuan produktivitas conveyor pada floating crane Mutiara Jawa conveyor BF-1 didapatkan sebesar 1523.619 Tph, pada conveyor BF-2 didapatkan produktivitas sebesar 1500 Tph, pada conveyor BC-1 didapatkan produktivitas sebesar 3011,814 Tph, pada conveyor BC-2 didapatkan produktivitas sebesar 3011,814 Tph, pada conveyor BC-3 dan 4 didapatkan produktivitas sebesar 3011,814 Tph, pada conveyor SL-1 dan 2 didapatkan produktivitas sebesar 3011,814 Tph. Penyebab tidak tercapainya pemuatan sebesar 3000 Tph adalah karena kerusakan dari automatic sample yang mengharusakan pengambilan sample di palka atau tongkang sehingga conveyor harus dalam keadaan berhenti, terjadi blocking akibat batubara yang terkontaminasi tanah basah, dan waktu menunggu tongkang tiba

    ANALISIS PENGARUH GEOLOGICAL LOSSES TERHADAP PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA BERDASARKAN MODEL GEOLOGI PADA PIT 13 ALT 3 PT INDOMINCO MANDIRI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Geological Losses Effect Analysis Of Coal Reserve Calculation Based On Geologic Model In Pit 13 Alt 3 Pt Indominco Mandiri Kutai Timur Regency Of East Kalimantan Province)

    Get PDF
    Penambangan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengambil endapan bahan galian dibawah permukaan bumi, salah satunya adalah batubara. Dalam pelaksanaan desain tambang maupun implementasi di lapangan sering timbul anomali atau ketidaksesuaian antara rencana atau model geologi dengan kondisi aktual di lapangan. Penelitian dilakukan pada PT Indominco Mandiri, Kutai Timur, Kalimantan Timur dimana dalam penelitian ini dilakukan suatu analisis pengaruh dari geological losses terhadap model geologi yang kemudian akan membandingkan perhitungan cadangan tertambang dengan jumlah cadangan batubara yang dapat diambil. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan geological losses yaitu dengan cara pengukuran ketebalan batubara, test in pit quality, pengukuran dip batubara. Cara tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi faktor geological losses seperti adanya variasi ketebalan seam batubara, variasi kualitas seam batubara, seam splitting batubara, washout, dan crop shifting. Dari faktor tersebut akan didapatkan total persentase nilai geological losses yang mana akan mempengaruhi nilai dari cadangan tertambang dan nilai dari stripping ratio. Hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh Pengaruh geological losses terhadap endapan geologi dari model geologi yaitu pengaruh crop shifting sebesar 6037,81 ton atau 11,65 % dan pengaruh washout sebesar 4457,53 ton atau 8,6 %, sehingga total geological losses sebesar 10495,35 ton atau 20,26 % dari total reserve in model yang terpengaruh. Hasil cadangan tertambang berdasarkan pengaruh geological losses aktual di lapangan atau disebut dengan mineable insitu reserve yaitu sebesar 62326,35 Ton. Dan nilai stripping ratio setelah dimasukkan pengaruh geological losses pada Pit 13 Alt 3 menjadi 1 : 29,62.

    Studi Kelayakan Investasi Pada Perusahaan PT. Lamindo Inter Multikon Site Bunyu Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara

    Get PDF
    Salah satu hal yang dapat membantu manajemen adalah nilai sensitivitas kelayakan investasi. Dimana yang dimaksud disini adalah bagaimana nilai sensitivitas ini dapat memberikan informasi tentang nilai sensitif dari parameter kealayakan investasi yakni NPV, IRR, BCR dan BEP. Dari sini dapat dilihat nilai jual batubara pada harga tertentu yang masih bisa dikatakan layak dan tidak layak tambang. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa total biaya yang di butuhkan selama umur sisa tambang adalah US800.164.896,68,−dantotaltargetproduksisebanyak42.340.000metriktondenganasumsiawalhargajualbatubarasebesar20US 800.164.896,68,- dan total target produksi sebanyak 42.340.000 metrik ton dengan asumsi awal harga jual batubara sebesar 20 US/ton. Dimana PT. Lamindo Inter Multikon memiliki nilai NPV > 0 (US$ 12.108.338,19,-), IRR 106,57% (NPV=0), BCR > 1 (1,06) dan BEP (ton batubara terjual) sebanyak 2.942.198,16 metrik ton. Sehingga investasi dapat dilakukan jika harga batubara mengalami penurunan hingga 4% dengan biaya produksi juga mengalami penurunan hingga 2%

    METODE AGLOMERASI AIR KAPUR DAN MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) UNTUK MENINGKATKAN NILAI KALORI BATUBARA SUB-BITUMINOUS

    Get PDF
    Total keseluruhan cadangan batubara Indonesia mencapai 37,6 milyar ton. Dengan perincian batubara kualitas kalori rendah 14,4 milyar ton, kualitas kalori sedang 20,3 milyar ton, kualitas kalori tinggi 2,3 milyar ton dan kualitas kalori sangat tinggi 0,42 milyar ton. Upaya untuk pengoptimalan batubara peringkat rendah yakni dengan penerapan teknologi batubara bersih untuk meningkatkan kualitas batubara. Teknologi aglomerasi batubara – minyak akan digunakan untuk menghasilkan produk batubara dengan kadar abu dan sulfur yang rendah. Metode aglomerasi adalah suatu metode pencucian batubara secara kimia dengan penambahan media pemisah berupa cairan. Bahan baku aglomerasi yaitu batubara raw coal dengan ukuran -40 mesh masing – masing 100 gr  untuk CPO 20 ml, 30 ml, 40 ml, dan 50 ml, serta CPO 0,4% untuk raw coal 5 kg, dan air kapur dengan kadar 3 %. Hasil pengujian proksimat pada aglomerat diperoleh inherent moisture paling tinggi 0,81% dan paling rendah 0,10%,dan inherent moisture 15,91%  pada CPO 0,4%. Dari kandungan ash content menunjukkan terjadi kenaikan kadar sebesar 15,17% (5,87%, 4,62%, 5,17% dan 10,46%), dan nilai volatile matter mengalami penurunan sebesar 17,18% (37,52%, 33,11%, 28,18% dan 33,09%). Adapun untuk fixed carbon, mengalami kenaikan 49,27% (55,85%, 61,46%, 66,49% dan 56,35%). Nilai calorific value juga mengalami kenaikan pada range 7757,56 Cal/g (dmmf) – 88210,58 Cal/g (dmmf), serta nilai total sulphur mengalami penurunan dari 2,12% menjadi 1,25%

    ANALISIS TINGKAT GETARAN TANAH (GROUND VIBRATION) AKIBAT PELEDAKAN DI PIT KINONG, PT FIRMAN KATAUN PERKASA, KECAMATAN MELAK, KABUPATEN KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    Dalam dunia pertambangan, kegitan peledakan memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Salah satu dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan adalah getaran tanah. Lokasi-lokasi peledakan yang akan dilakukan biasanya berdekatan dengan bangunan-bangunan serta berdekatan dengan wilayah pemukiman penduduk. Oleh karena itu, diperlukan suatu kondisi peledakan yang baik dengan memperhatikan jumlah bahan peledak yang akan digunakan serta perlu adanya pengukuran tingkat getaran tanah. Besarnya tingkat getaran tanah yang akan ditimbulkan, akan mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya. Pemukiman penduduk sangat berdekatan dengan lokasi peledakan, untuk itu dilakukan perencanaan peledakan yang baik sehingga efek getaran tanah yang dihasilkan tidak merusak bangunan penduduk. Penelitian ini dilakukan untuk membatasi penggunaan jumlah bahan peledak dengan melakukan analisis dengan metode regresi power. Analisis dilakukan dengan memperhatikan nilai PPV dan SD yang didapatkan secara aktual. Analisis regresi power menghasilkan sebuah persamaan untuk memprediksi nilai PPV yaitu PPV=36,87 (RW0,5)−0,73. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan hasil regresi power yang hasilnya antara prediksi dengan aktual tidak jauh berbeda. Setelah itu, dilakukan rekomendasi untuk membatasi penggunaan jumlah bahan peledak dari hasil regresi power

    ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA UNIT PENGOLAHAN BATUBARA TERHADAP AKTIVITAS INLOADING DAN UTLOADING DI AREA STOCKPILE MUARA BENGALUN PT. BARADINAMIKA MUDASUKSES MALINAU KALIMANTAN UTARA

    Get PDF
    Perdagangan batubara pada pasar internasional yang mengalami peningkatan cukup signifikan seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia dan tingginya harga minyak bumi. proses pengolahan batubara yang memiliki peran sangat penting dalam proses selanjutnya baik dari segi produktivitas dan biaya yang dikeluarkan merupakan suatu alasan untuk dipertimbangkan pemakaiannya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan biaya pengoperasian pemuatan batubara ketongkang menggunakan dua unit peremuk batubara yang berbeda kapasitas produksinya dengan mempertimbangkan jumlah biaya terkecil yang dikeluarkan oleh coal crushing plant terhadap aktivitas outloading dan outloading. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan biaya coal crushing plant dengan membuat rencana atau planning yang terbagi dalam planning a,b,dan c. Data yang digunakan adalah waktu kerja alat, nilai depresiasi atau plant hire rate alat, bahan bakar alat serta data draft survey tongkang selama proses outloading dan outloading. Biaya yang dikeluarkan planning a outloading maupun outloading = US0,59/TonatausebesarRp.8.352,04,biayayangdikeluarkanplanningboutloadingmaupunoutloading=US 0,59 / Ton atau sebesar Rp.8.352,04, biaya yang dikeluarkan planning b outloading maupun outloading = US 0,49 / Ton atau sebesar Rp.6.936,44, sedangkan biaya yang dikeluarkan planning c outloading = US0,74/TonatausebesarRp.10.475,44.DengandemikianjikadilihatperbandingannyaantaraplanningadanbadalahsebesarUS 0,74 / Ton atau sebesar Rp.10.475,44. Dengan demikian jika dilihat perbandingannya antara planning a dan b adalah sebesar US 0,1/Ton , planning b dan c sebesar US0,25/Ton.JikadikalkulasikandalamsatubulanmakabiayayangdikeluarkanuntukplanningasebesarRp.1.378.086.600(US 0,25 / Ton. Jika dikalkulasikan dalam satu bulan maka biaya yang dikeluarkan untuk planning a sebesar Rp. 1.378.086.600 (US 97.350), planning b sebesar Rp.1.144.512.600 (US80.850),planningcsebesarRp.1.722.342.600(US 80.850), planning c sebesar Rp.1.722.342.600 (US 122.100). dengan demikian planning yang mengeluarkan biaya paling kecil adalah planning b yaitu US$ 0,49 dan akan menjadi opsi bagi perusahaan untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan. Kemampuan produktivitas alat support melebihi target perusahaan untuk wheel loader sebesar 768,96 Ton / Jam, bulldozer 867,85 Ton/ jam, belt conveyor 04 1.533,785 Ton/jam, conveyor 05 1.502,483 Ton/jam, conveyor 06 1.548,013 Ton/jam

    STUDI PENCAIRAN BATUBARA (COAL LIQUEFACTION) METODE PIROLISIS PADA BATUBARA PERINGKAT, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    Pirolisis batubara merupakan salah satu proses penting pada teknologi konversi batubara. Pirolisis batubara pada dasarnya adalah proses pemanasan batubara dengan suhu meningkat dengan tanpa adanya atau sedikit udara atau reagen lainnya yang tidak memungkinkan terjadinya reaksi gasifikasi.Batubara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis batubara peringkat rendah atau lignite yang didapatkan di daerah Kecamatan Loa Janan dan Kecamatan Samboja. Pirolisis batubara memiliki beberapa tahapan yaitu tahap persiapan sampel seperti crushing penimbangan dan feeding batubara kemudian batubara dipanaskan dengan variasi suhu antara lain 200 ˚C, 400 ˚C, 600 ˚C. Dalam penelitian ini di hasilkan produk char atau padatan batubara, tar, asap ringan dan minyak batubara dengan lama waktu pemanasan 6 jam dan setiap 2 jam dilakukan pengujian sampel produk pirolisis. Hasil dari proses pirolisis batubara peringkat rendah daerah Loa Janan dan Samboja yaitu terdiri dari char, tar, asap ringan, dan minyak. Dimana minyak batubara hanya dihasilkan pada pirolisis sampel batubara dari Loa Janan sebesar 14,7 ml, sedangkan pada batubara daerah samboja hanya terdapat sedikit minyak yaitu sebesar 0,1 ml. kemudian hasil analisis senyawa dengan GCMS terhadap minyak batubara daerah loa janan yaitu  senyawa hidrokarbon yang terdiri octadecane, pentadecane, naphtadecane serta benzene dan lainnya

    SHORT TERM PLAN PIT 1 PT. RPP CONTRACTORS INDONESIA JOB SITE PT. ADIMITRA BARATAMA NUSANTARA, KECAMATAN SANGA-SANGA, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    Selaku kontraktor dari PT. Adimitra Baratama Nusantara, PT. RPP Contractors Indonesia membutuhkan perancangan tahapan penambangan, short term plan selama 4 minggu pada bulan September 2019 untuk memudahkan perencanan untuk pencapaian produksi batubara dan target pengupasan overburden. Diharapkan untuk perancangan tahapan penambangan mingguan (weekly plan) mengacu pada desain tahunan dan bulanan. Berdasarkan permasalahn tersebut terdapat 3 target yaitu; (a) Menentukan estimasi cadangan overburden dan batubara mingguan menggunakan metode block model; (b) Menentukan fleet penambangan berdasarkan produktivitas unit; (c) Membuat rencana tahapan penambangan mingguan. Oleh sebab itu dilakukan perancangan tahapan penambangan berdasarkan permasalahan yang ada sehingga diharapkan adanya tahapan penambangan yang lebih detail. Dalam penelitian ini di gunakan metode blok model untuk menentukan estimasi cadangan menggunakan software minescape, dari blok model tersebut di buat polygon (dengan desain pit sebagai batas bawah dan topografi sebagai batas atas), sehingga dari polygon tersebut kita dapat membuat rencana penambangan menggunakan software XPAC, dari hasil rencana penambangan tersebut dapat ditentukan skenario penambangan yang akan dilakukan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada bulan September 2019 Total estimasi cadangan pada bulan September 2019 adalah 1.090.813 BCM untuk Overburden dan cadangan batubara sebesar 68.121 MT dengan nilai SR 16.0. Sistem operasional menggunakan 5 fleet, unit alat gali muat yang digunakan 5 unit PC1250, 1 PC400, dan 1 unit PC 300. Unit alat angkut yang digunakan 17 unit HD785. Skenario penambangan stripping expose mulai dari seam 5 sampai seam 17 dan pembentukan jalan di beberapa titik

    PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DENGAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP PENURUNAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA SETTLING POND DI PT. MULTI HARAPAN UTAMA JOB SITE LOA GAGAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    Aktivitas penambangan batubara yang dilakukan dengan metode tambang terbuka maupun tambang bawah tanah telah menyebabkan beberapa dampak negatif. Salah satunya adalah Total Suspended Solid (TSS). Kadar TSS tinggi akan memberi dampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu untuk menurunkan kadar TSS dilakukan treatment pada settling pond, dengan menggunakan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Aluminium Sulfat sebagai koagulan yang bertujuan untuk menurunkan kadar TSS sesuai baku mutu Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 yakni 300 mg/L. Proses penurunan kadar TSS dapat dilakukan dengan menggunakan metode Gravimetri (SNI 06-69893-2004) dengan menambahkan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Aluminium Sulfat ke dalam sampel air. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan penggunaan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Aluminium Sulfat. Dari hasil pengujian diperoleh dosis untuk PAC 25 mg untuk uji lapangan-lab dan 30 mg uji setelah hujan serta aluminium Sulfat 55 mg untuk uji lapangan-lab, dan setelah hujan per liter serta uji di inlet . Di kompartemen 3 untuk PAC 25 mg (lapangan), 35 mg (lab) dan 45 mg uji setelah hujan per liter serta Aluminium Sulfat 60 mg (lapangan), 65 mg (lab), dan 55 mg uji setelah hujan per liter. Persentase keefektifitasan PAC terhadap Aluminium Sulfat didapatkan pada pengujian di inlet, uji langsung lapangan didapat keefektifitasan PAC sebesar 36,4 %, uji laboratorium 36,8 %, dan pengujian setelah hujan sebesar 43,0 %. Pada pengujian di kompartemen 3, uji langsung lapangan didapat keefektifitasan PAC sebesar 33,5 % uji laboratorium 38,9 %, dan pengujian setelah hujan sebesar 45,2 %
    corecore