8 research outputs found
The Phenomenology Approach and Its Relevance to Historical Learning at the High School Level in the Revolutionary Era 4.0
In essence, humans do not only rely on natural activities. Historically, humans have used their minds to think according to the dynamics of the times. Therefore, in facing the world of education in the 21st century, the development of technology and communication is a necessity as a result of the phenomenon of the industrial revolution 4.0 which brings several consequences from the field of education, especially in history learning in high school. This article aims to determine the tangent to the phenomenological approach and its relevance to history learning in high school, especially in the era of the industrial revolution 4.0. This study uses a qualitative research method with a literature study approach. Then in data collection, the authors collect and review a number of journals or literature that are still related to discussion topics such as phenomenology, history learning, and revolution 4.0. The result shows that there is relevance to the use of phenomenology as an approach in history learning as a method in spurring students' ability to think critically, creatively, and effectively towards developing phenomena by integrating technology into history learning as an effort to face revolution 4.0.
Keywords: Phenomenology Apporach, Historical Learning, Revoluionary Era 4.
Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Koperasi Serba Usaha Manda Group Berdasarkan PSAK No.16
Peneliti dalam penelitiannya memiliki tujuan untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset tetap pada Koperasi Serba Usaha Manda Group dengan PSAK No.16.penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Jenis data yang digunakan yaitu data internal dan sumber data sekunder.Objek penelitian ini dilakukan di Koperasi Serba Usaha Manda Group yang bergerak dibidang pembiyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih terdapat
ketidaksesuaian perlakuan akuntansi aset tetap pada Koperasi Serba Usaha Manda Group dengan PSAK No.16, seperti pencatatan tanah dan bangunan dalam daftar aset tetap,
penggolongan aset tetap yang tidak dipisahkan antara aset tetap yang hanya dibebankan dengan aset tetap yang dapat disusutkan, perhitungan kebijakan penyusutan yang dilakukan
secara tidak konsisten dari tahun ke tahun dan perhitungan salah saji yang mempengaruhi tingkat laba.
Kata Kunci: Akuntansi, Aset Tetap, PSAK No.1
SISTEM REKRUTMEN GURU PRODUKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PADA ERA SENTRALISASI (STUDI KASUS DI SURAKARTA)
Tujuan Penelitian ini adalah : (1) Mengetahui rekrutmen guru produktif
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada era sentralisasi di Surakarta, (2)
Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sistem rekrutmen guru produktif
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada era sentralisasi di Surakarta, (3)
Mengetahui rekrutmen guru Produktif dalam pengembangan pembelajaran di
Program Studi PTB.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Untuk
memperoleh data yang dibutuhkan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan responden yang mengetahui secara persis rekrutmen guru produktif
pada era sentralisasi. Kedua, peneliti melakukan wawancara kepada responden
secara tidak terstruktur dan melakukan pengamatan yang sesuai dengan fokus
penelitian juga secara tidak terstruktur. Ketiga, melakukan validasi data dengan
triangulasi serta melakukan analisis data. Hasilnya berupa deskripsi tentang proses
rekrutmen guru produktif SMK di era sentralisasi, kelebihan dan kekurangan dari
rekrutmen guru produktif di era sentralisasi.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa rekrutmen guru produktif Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) pada era sentralisasi dilakukan melalui Program
Pengangkatan CPNS, yaitu Program Seleksi CPNS, Program D III Guru Kejuruan
Teknologi (GKT) pada Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi (PPPGT)
dan Program Tunjangan Ikatan Dinas (TID) yang masing-masing penyelenggara
dan mekanisme rekrutmennya berbeda-beda. Untuk Program D III GKT dan
Program TID merupakan model rekrutmen dengan pola Ikatan Dinas, karena
calon guru produktif diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan dengan
biaya Pemerintah. Kelebihan rekrutmen guru produktif di era sentralisasi adalah
distribusi guru yang merata, produk guru yang dihasilkan lebih terampil, tingkat
transparansi KKN lebih rendah dan lain-lain. Kekurangannya adalah secara
administrasi pengurusan berkas terlalu jauh, terdapat sistem titipan, pengawasan
Pemerintah Pusat terhadap daerah masih kurang.
Simpulan penelitian ini adalah rekrutmen guru produktif dilakukan
melalui 3 program, yaitu : Program Seleksi CPNS, Program D III GKT dan
Program Tunjangan Ikatan Dinas. Belum adanya kegiatan orientasi yang
dilakukan oleh pihak sekolah. Melalui kelebihan rekrutmen guru produktif di era
sentralisasi, Prodi PTB dapat mengembangakan materi perkuliahan pada mata
kuliah profesi kependidikan sehingga mahasiswa mengetahui pola rekrutmen dan
dapat meyiapkan diri untuk menghadapi rekrutmen guru PNS.Selain itu, Prodi
PTB dapat mengadopsi kelebihan proses perkuliahan di PPPGT pada Program D
III GKT,
Kata Kunci : Rekrutmen Guru Produktif, Era Sentralisasi, kelebihan dan
kekurangan, Program Pengangkatan CPNS, Prodi PT
Implementasi Project Based Learning di SMK PIKA Semarang
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran berbasis proyek
di SMK PIKA Semarang, antara lain:
Penelitian ini dilakukan di SMK PIKA Semarang dengan menggunakan
pendekatan kualitatif jenis studi kasus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Kata Kunci: Project Based Learning, SMK PIKA Semaran
A DISEMINASI PENGEMBANGAN SAFETY INDUCTION VIDEO BERBASIS FLIP LEARNING DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Surakarta terletak di wilayah Kotamadya Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. SMKN 2 Surakarta adalah sal salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki peran dalam menghasilkan calon tenaga kerja terdidik dan terlatih dalam bidang keahlian teknik bangunan. Pengembangan skill siswa sebagai calon tenaga kerja membutuhkan interaksi dengan mesin-mesin perkakas dalam pelaksanaan praktik kerja di bengkel konstruksi kayu. Pengenalan keselamatan kerja dalam praktik kerja di bengkel penting untuk dilakukan kepada siswa agar dapat menghindari resiko terjadinya kecelakaan kerja. Selama ini pengenalan keselamatan kerja masih dilakukan dengan metode ceramah dan belum memberikan visualiasi yang nyata tentang penerapan keselamatan kerja di workshop. Sebaliknya, induksi keselamatan kerja membutuhkan peran media pembelajaran berbasis video yang dapat membantu siswa untuk memahami materi keselamatan kerja dengan ilustrasi yang nyata, mudah dipahami dan diulang kembali serta interaktif. Melalui media berbasis digital siswa dapat mempelajari penerapan keselamatan kerja secara mandiri, tidak terikat ruang dan waktu sebelum memulai pelaksanaan praktik. Oleh karena itu, tim PKM dari Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan (PTB) bermaksud untuk melakukan diseminasi hasil penelitian pengembangan berupa media pembelajaran safety induction video untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang keselamatan kerja di bengkel (workshop) bagi siswa SMK bidang keahlian teknik bangunan.  
PELATIHAN PEMBUATAN VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS FLIP LEARNING BAGI GURU SMK
Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada guru-guru SMK Bidang Keahlian Teknik Konstruksi dan Properti (TKP) dalam mengembangkan media video pembelajaran berbasis flip learning yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran daring asinkronous. Metode pengabdian dilakukan dengan memberikan pelatihan klasikan secara tatap muka dengan mempertimbangkan standar protokol kesehatan. Guru diberikan materi tentang cara pembuatan media video pembelajaran berbasis flip learning dengan menggunakan softwere adobe flash cs6. Kemudian diberikan pendampingan untuk melakukan percobaan pembuatan media pembelajaran. Manfaat yang diharapkan dari pengabdian ini adalah: (1) Bagi guru dapat mengembangkan bahan ajar atau media pembelajaran berbasis flip learning yang menarik, interaktif, efektif dan efisien untuk mendukung pembelajaran daring di Program Keahlian Teknik Konstruksi dan Properti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); (2) Bagi siswa SMK dapat memanfaatkan bahan ajar atau media pembelajaran berbasis flip learning yang dapat diakses darimana saja dan kapan saja sehingga memudahkan fleksibilitas belajar siswa di era pandemi; (3) Bagi SMK meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa di era merdeka belajar
USAHA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENDESAIN MEDIA AUGMENTED REALITY BERBASIS BIM
The world of education continues to be faced with the challenges of the industrial revolution 4.0 and society 5.0. Advances in technological development, require teachers to be able to develop innovative and creative learning. Digitization of learning is a must in learning activities. Especially the characteristics of the current generation which tends to be digital native. Changes in the educational paradigm are increasingly leading to efforts to integrate Information and Communication Technology (ICT) in learning activities. The Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) approach is relevant to be applied to learning in the digital era. Therefore, the best way to face these challenges is to increase the TPACK ability of teachers through digital learning media training. One of the digital learning media that is suitable for use in vocational learning is augmented reality.
This service is carried out to increase the capacity of Mitra SMK teachers in designing augmented reality-based learning media. The service partners are teachers of SMKN Construction and Property Engineering Expertise (TKP) throughout Greater Solo, including: SMKN 5 and 2 Surakarta, SMKN 2 and 4 Sukoharjo and SMKN 2 Wonogiri. The training method uses face-to-face classical training with demonstration techniques and project-based tutorials. The results of the training show that teachers have a positive perception of training activities. This can be seen from the aspect of teacher satisfaction with the implementation of training, the suitability of the material with the learning needs of SMK, the available facilities and infrastructure and the clarity of the tutor in delivering the material.