17 research outputs found

    PERILAKU MEROKOK MAHASISWA LAKI-LAKI PADA INSTITUSI PENDIDIKAN NERS DI PROVINSI ACEH

    Get PDF
    Persentase perokok yang berusia diatas 15 tahun di Indonesia termasuk dalam kategori tinggi. Data merokok tersebut didominasi oleh laki-laki. Perilaku merokok juga ditemukan pada mahasiswa pada bidang kesehatan. Hal ini tentu sangat disayangkan, karena seharusnya mereka menjadi role model bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku merokok pada mahasiswa keperawatan laki-laki di Aceh. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan jenjang sarjana berjenis kelamin laki-laki di Provinsi Aceh. Jumlah populasi diperkirakan lebih kurang 339 orang yang terdistribusi pada 10 institusi. Besar sampel sebanyak 30% dari populasi, sehingga besar sampel 101 orang. Penentuan sampel menggunakan metode snow ball. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Semua prosedur dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan prinsip etik penelitian pada subjek manusia, diantaranya Surat lolos uji etik dan informed consent. Metode pengambilan data menggunakan fasilitas Google form sebagai bentuk upaya pencegahan penularan Covid-19. Analisis data menggunakan analisis univariat, berupa frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 47,6% responden pada penelitian ini berusia 21-25 tahun, sebanyak 68,3% responden masuk ke program sarjana keperawatan dari lulusan sekolah menengah umum/sederajat. Responden yang belum menikah 91,1% dan 54,5% tidak bekerja. Sebanyak 31,7% responden pada penelitian ini merokok, sebanyak 53,1% dari yang merokok menghabiskan 5-8 batang rokok perhari, dan sebanyak 37,5% dari yang merokok memulai merokok pada usia 5-10 tahun. Rekomendasi, kepada institusi pendidikan untuk menggalakkan promosi kesehatan dan program kawasan tanpa asap rokok, sehingga dapat meminimalkan kesempatan para mahasiswa untuk merokok

    Mise-En-Scene Sebagai Pendukung Unsur Dramatik Film Penyalin Cahaya

    Get PDF
    This research aims to reveal and explore the role of mise-en-scene contained in each of the dramatic elements of the film. Supporting dramatic elements (conflict, suspense, curiosity and surprise) contained in the film, seen from the aspects of mise-en-scene, namely setting, make up & costume, lighting and staging: movement & performance.This research employs a qualitative research method with a descriptive approach. The research object chosen is the Photocopier (2021) directed by Wregas Bhanuteja. The data in this study were obtained from observations, interviews and documentation of the film. The theory used in analyzing mise-en-scene is the mise-en-scene theory by David Bordwell, Kristin Thompson & Jeff Smith based on the theory of dramatic elements by Elizabeth Lutters.The results of this study indicate that there are 25 scenes containing dramatic elements based on the level of significance of the presence of mise-en-scene in supporting dramatic elements. In this film, mise-en-scene plays a role in supporting dramatic element (conflict, suspense, curiosity, and surprise) so that the audience can feel it through settings, costumes, lighting and staging arrangements : movement & performance. While the make-up applied to the film does not have a major influence on each of the film's dramatic elements

    STUDI SEBARAN POSISI SEPEDA MOTOR PADA LAJUR JALAN TERBAGI DI KOTA PADANG

    Get PDF
    Dari sekian banyak jenis moda transportasi di Indonesia, sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk memakai sepeda motor. Hal ini didukung oleh data penjualan dari AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) pada tahun 2016 tingkat penjualan sepeda motor di Indonesia adalah 5.931.285. Keberadaan sepeda motor yang jumlahnya cukup tinggi bercampur dengan berbagai jenis kendaraan lain di ruas jalan mengakibatkan kondisi lalu lintas menjadi lebih rumit dan cenderung berbahaya Untuk itu diperlukanlah analisis sebaran posisi sepeda motor yang ditinjau melalui beberapa ruas jalan di Kota Padang. Observasi pada penelitian ini dilakukan pada Jalan Dr. Sutomo dan Jalan Moh. Hatta Kota Padang yang merupakan jalan dengan tipe 4/2D. Observasi dilakukan pada satu hari kerja untuk masing-masing ruas jalan selama 6 jam disetiap jam puncak, yaitu pada pagi hari (06.00-08.00), siang hari (11.00-13.00) dan sore hari (16.00-18.00). Observasi dilakukan menggunakan handycam dan ditunjang dengan tripod. Untuk menghitung dan mengolah data observasi digunakan aplikasi avidemux, thing counter, dan microsoft excel. Data yang diolah ditinjau dengan interval waktu setiap 15 menit dan dikategorikan sesuai dengan jenis kendaraan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase sebaran posisi sepeda motor paling tinggi untuk kedua jalan yang ditinjau adalah berada di sektor tengah. Korelasi antara sebaran posisi sepeda motor dengan derajat kejenuhan, volume total kendaraan, dan kecepatan rata-rata kendaraan rata-rata mempunyai koefisien korelasi bernilai cukup tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa sebaran posisi sepeda motor pada Jalan Moh. Hatta dan Jalan Dr. Sutomo memang dipengaruhi oleh aspek tersebut

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI ACEH

    Get PDF
    This study was meant to found out the affect of the harvest area, food price, and the availability of food from last year. The study conducted in Aceh Province, including dry grain commodity of North Aceh regency, corn commodity of South-East Aceh, soy commodity of Bireun, and cassava of Aceh Besar. This study is done by using secondary data. The analysis that used in this study was Ordinary Least Square (OLS) method and processed by SPSS v.22. The result of this study showed the determination coefficient value (R2), which the dry grains of North Aceh was 0.988, which means the variation that could define the availability of the dry grain before was 98.8%. Corns in South-East Aceh regency alone, had the determination coefficient value (R2) by 0.977, which means the availability of dry corns was 97.7%. The determination coefficient value (R2) ofsoy in Bireun regency was 0.917, which means the variation that could define the availability of the soy before was 91.7%. Meanwhile for the cassava, it had the determination coefficient value (R2) by 0.928, which means the variation that could define the availability of the cassava before was 92.8%. All of them simultaneously showed the harvest area, prices, were affected the availability of food in each study regency, and the availability of the year before did not affected the food availability

    HUBUNGAN ANTARA USIA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PERTAMA KALI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOMBOS KOTA MANADO

    Get PDF
    Kelompok usia dibawah 5 tahun (Balita) merupakan kelompok yang rawan gizi karena mempunyai kebutuhan untuk tumbuh kembang yang relatif tinggi dibandingkan orang dewasa. Sedangkan umur 7 bulan merupakan titik awal timbulnya masalah gizi kurang karena diperkirakan pada usia 6 bulan kandungan zat gizi ASI sudah mulai berkurang, sedangkan pemberian makanan pendamping ASI mulai mencukupi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia pemberian makanan pendamping asi (MP-ASI) pertama kali dengan status gizi anak usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas kombos kota manado. Metode penelitian ini bersifat observasional analitik dengan mengunakan rancangancros-sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulai Mei 2017- Juni 2017 di Wilayah Keja Puskesmas Kombos Kota Manado. Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 216 bayi yang berusia 6-12 bulan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 68 bayi yang memenuhikriteria inklusi dan eklusi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analais data yang digunakan adalah analisis univariat dana analisi bivariat dengan mengunakan uji chi-square. Hasil penelitian menujukan bayi yang diberikan MP-ASI tidak tepat (54,4%) dan diberiakan MP-ASI tepat (45,6%). Penelitian ini terdapat (82,4%) bayi yang memiliki status gizi baik, (12,7%) bayi yang memiliki status gizi kurang dan (2,9%) bayi yang memiliki status gizi lebih. Kesimpulan tidak terdapat hubungan antara usia pemberian makanan pemdamping ASI (MP-ASI) pertama kali dengan status gizi anakKata Kunci: Pemberian Makanan Pendamping Asi, Status Gizi AnakABSTRACTChildren under 5 years old (Balita) is a susceptible group to nutrition because their need for growth is relatively high compared to adults. The age of 7 months is the starting point of the emergence of malnutrition problems because it is estimated that at the age of 6 months the nutritional content of breast milk has begun to decrease, while the complementary feeding of breast milk (weaning food/MP-ASI) begins to suffice. This study was aim to analyze the relationship of the age of first providing weaning food (MP-ASI) to nutritional statues of children age 6-12 months in Kombos Manado city primary health center coverage area. This study used analytical observational method using a cross-sectional design. The study was conducted in May 2017 to June 2017 at Kombos Manado city primary health center coverage area. The population in this study was 216 infants aged from 6 to 12 months. The number of samples in this study was 68 infants who fulfilled inclusion and exclusion criteria. The instrument used was a questionnaire. Data analysis were carried out in univariate and bivariate analysis by chi-square test. The study showed that infants who are given MP-ASI at age of ≤ 6 months (54.4%) and infants who are given MP-ASI at age > 6 months (45.6%). This study also revealed that infants with good nutritional status (82.4%), infants with poor nutritional status (12.7%) and infants with excessive nutritional status (2.9%). From this study it can be concluded that there was no relationship of age first providing MP-ASI to the nutritional status of infants aged from 6 to 12 months.Keywords : Complementary Feeding, Nutrional Status Of The Chil

    EDUKASI PADA ORANGTUA DI RUANG NICU DAN KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANDA ACEH

    Get PDF
    Edukasi di ruang NICU dan Kebidanan sangat penting diberikan agar keluarga mendapatkan informasi untuk meningkatkan kepercayaan diri serta kemampuan dalam merawat bayinya setelah pulang dari rumah sakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan edukasi pada orangtua di ruang NICU (Neonatal Intensive care Unit) dan ruang kebidanan di Rumah Sakit Umum Kota Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah perawat dan bidan di ruang NICU dan ruang kebidanan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel 55 responden. Alat pengumpulan data adalah kuesioner sebagai panduan wawancara terpimpin. Hasil analisis univariat variabel edukasi diperoleh sebanyak 56,4% berada dalam kategori baik. Untuk subvariabel keamanan sebanyak 50,9% berada dalam kategori baik, hygiene sebanyak 50,9% berada dalam kategori baik, tanda dan gejala penyakit sebanyak 52,7% berada dalam kategori baik, latihan dan stimulasi perkembangan sebanyak 67,3% berada dalam kategori kurang baik, pengasuhan diri orangtua sebanyak 49,1% berada dalam kategori kurang baik. Direkomendasikan tenaga kesehatan untuk tetap mempertahankan edukasi yang sudah baik yaitu keamanan, hygiene, serta tanda dan gejala penyakit dan dapat meningkatkan edukasi pada kategori kurang baik yaitu latihan dan stimulasi perkembangan dan pengasuhan diri orangtua. Kata Kunci: Edukasi orangtua, merawat bayi, rumah saki

    KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN SERANGGA AKUATIK DI KAWASAN WISATA SUNGAI SARAH LEUPUNG, ACEH BESAR

    No full text
    Penelitian tentang serangga akuatik di Kawasan Wisata Sungai Sarah Leupung, Aceh Besar telah dilakukan dari bulan Mei sampai Desember 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan serangga akuatik serta kualitas perairan yang terdapat di Sungai Sarah. Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung. Pengkoleksian sampel dilakukan dengan menggunakan jaring surber pada empat stasiun yang ditentukan berdasarkan kriteria substrat dan kecepatan arus. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi. Hasil analisis menunjukkan bahwa serangga akuatik yang tertangkap sebanyak 12 genus dan tergolong kedalam lima ordo, yaitu Ephemeroptera, Plecoptera, Odonata, Hemiptera dan Coleoptera. Jumlah individu serangga akuatik yang didapatkan didominasi oleh ordo Ephemeroptera sedangkan yang paling sedikit dari ordo Coleoptera. Jumlah individu seranggaakuatik yang didapatkan terbanyak dari genus Baetis (103 individu), sedangkanyang paling sedikit adalah Psephenus (23 individu). Berdasarkan serangga akuatik yang didapatkan sebagai bioindikator kualitas air maka dapat diklasifikasikan bahwa kualitas air di Sungai Sarah tergolong bersih.Kata kunci: Serangga akuatik, Komposisi, Kualitas air
    corecore