244 research outputs found
Pemeriksaan Kondisi Detektor Kebakaran Irm Untuk Mengetahui Penyebab Timbulnya Alarm Palsu
– Selama tahun 2013, detektor kebakaran di Instalasi Radiometalurgi (IRM) sering mengirimkan sinyal ganguan ke panel kontrol kebakaran (FCP), sehingga timbul bunyi alarm palsu. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan secara keseluruhan pada detektor kebakaran yang terpasang di IRM tersebut. Tujuan dilakukannya pemeriksan detektor asap dan panas adalah untuk memastikan bahwa sistem deteksi kebakaran IRM beroperasi seperti yang diharapkan. Metoda yang digunakan adalah memeriksa koneksi kabel di FCP, kotak hubung utama (FMDF) dan kotak hubung (JBFA). Masing-masing zona detektor pada FMDF dan JBFA, tegangan operasinya diukur. Tegangan operasi detektor pada zona 1, 13, 20, 41, 61, 77, 78 dan 101 cukup rendah, yaitu 21.80 - 22.60 V. Tegangan operasi FCP ideal bekerja pada 24 V untuk masing-masing zona detektor. Dari pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa terdapat 10 unit detektor panas, dan 9 unit detektor asap tidak berfungsi. Untuk menggantikan detektor lama yang tidak berfungsi, telah dipasang detektor baru : 9 unit detektor panas dan 4 unit detektor asap. Detektor yang belum diganti diantaranya : 1 unit detektor panas, dan 5 unit detektor asap, namun telah dipasangi resistor 10 kΩ untuk mencegah timbulnya alarm palsu. Dari hasil uji detektor, disimpulkan bahwa sistem deteksi kebakaran IRM, telah beroperasi dengan baik. Kata Kunci – Detektor, asap, panas, kebakara
Organisasi Komponen Cadangan Matra Darat
The establishment of reserve component becomes an important part in the military system of a state. However, the reserve component in Indonesia is still not clear yet to be established, although, as an organization that has biggest personnel than the others. The Army has an interest to prepare the reserve component for support the regular components of the country's defense. This paper will discuss how the Army reserves component organization established ? How do the composition and the number and distribution of the Army reserve component personnel ? This paper also will examine the possibility of cooperation between the Army and the Local Government in the process of recruitment, maintenance, and deploy of the Army reserves component.Keywords : the Army, the Ministry of Defense, the Reserves Component, the Local Government personne
POLRI DALAM PUSARAN PENILAIAN PUBLIK
Setelah Polisi lepas dari militer, banyak masalah yang menghambat responsivitas polisi didalam mewujudkan polisi yang profesional dan demokratis, yang datangnya tidak hanya dari luar, namun juga dari persiapan di dalam. Terdapat dugaan yang muncul bahwa reformasi di internal polisi akan dinilai sukses ketika tuntutan memisahkan diri dari militer terealisasi. Namun, tantangan sebenarnya yang dihadapi kepolisian di era transisi demokrasi justru lebih kompleks. Artikel ini menjelaskan apa saja masalah yang dihadapi kepolisian di era transisi demokrasi dan bagaimana konteksnya di Indonesia. Artikel ini juga memberikan pendapat dari masyarakat bagaimana mengelola integrasi dari kepolisian nasional sebagai sebuah institusi agar mendapatkan respon positif dari masyarakat, dan secara individu, para anggota polisi dapat secara aktif ikutserta dan bertanggung-jawab dalam mengelola pendapat yang baik dari masyaraka
Dekontaminasi Mikroskop Optik Hotcell 107 Instalasi Radiometalurgi Dengan Cara Kering
DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING. Telah dilakukan dekontaminasi mikroskop optik hotcell 107 Instalasi Radiometalurgi (IRM) dengan cara kering. Tujuan dekontaminasi adalah untuk menurunkan tingkat kontaminasi di permukaan mikroskop optik menjadi serendah mungkin atau mencapai batas keselamatan yang diizinkan (radioaktivitas α < 3,7 Bq/cm2 dan β < 37 Bq/cm2). Metoda dekontaminasi dilakukan dengan cara mengusap permukaan casing dan bagian dudukan sampel agar tidak merusak mikroskop optik, kemudian membandingkannya dengan batasan tersebut. Setelah mikroskop optik dikeluarkan dari hotcell 107, terukur paparan radiasi g dengan jarak ± 1 cm sebesar (13,68 ± 0,18) μSv/jam, serta tingkat kontaminasi α sebesar 3,25 ± 0,16 Bq/cm2 dan kontaminasi β sebesar 72,06 ± 6,17 Bq/cm2. Khususnya tingkat radioaktivitas β yang terukur melampaui batas yang dizinkan untuk komntaminasi rendah di permukaan alat, sehingga perlu dilakukan dekontaminasi. Hasil dekontaminasi tahap I terukur radioaktivitas β sebesar 47,21 ± 2,06 Bq/cm2 atau koefisien penghapusan kontaminasi sebesar 0,65 ± 0,03 sehingga perlu dilakukan dekontaminasi ulang. Hasil dekontaminasi tahap II, terukur radioaktivitas β sebesar (7,65 ± 0,37) Bq/cm2. Berdasarkan hasil pengukuran radioaktivitas β dapat disimpulkan bahwa dekontaminasi cara kering dalam dua tahap pada permukaan mikroskop optik, tidak mampu menurunkan tingkat kontaminasi β menjadi < 3,7 Bq/cm2 (kontaminasi rendah di permukaan peralatan), tetapi dekontaminasi kering mempunyai keuntungan tidak merusak (berkarat, merusak sIstem elektronik dan lain-lain) terhadap Mikroskop Optik. Namun demikian pekerjaan perbaikan dapat dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan perlengkapan keselamatan untuk menghindari bahaya radiasi interna
Pemantauan Keradioaktifan Udara Ruangan Kerja Instalasi Radiometalurgi Saat Supply Fan Dimatikan
PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI (IRM) PADA SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN. Pemantauan keradioaktifan udara di ruangan kerja IRM pada saat supply fan dimatikan (off) telah dilakukan untuk mengetahui terpenuhinya ketentuan keselamatan radiologi bagi pekerja radiasi. Pemantauan dilakukaan dengan cara pencuplikan udara melalui suatu kertas filter yang dipasang pada alat pencuplik udara (air sampler). Partikulat-partikulat radioaktif yang tercuplik pada kertas filter dicacah dengan alat ukur SAC-4 dan PSR-8 secara pencacahan total (gross) berturut-turut terhadap radiasi a dan b. Hasil pemantauan dibandingkan terhadap persyaratan keselamatan radiologi pada LAK IRM. Dari hasil pemantauan diperoleh bahwa tingkat keradioaktifan udara tertinggi untuk radiasi a dan b berturut-turut sebesar (0,072 + 0,015) Bq/m3 di R-143 dan (6,911 + 0,335) Bq/m3 di R-135. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat keradioaktifan a, sedangkan tingkat keradioaktifan b meningkat. Namun demikian tingkat keradioaktifan udara pada kondisi supply fan dimatikan masih di bawah batasan konsentrasi keradioaktifan udara yang diizinkan
Evaluasi Kegiatan Proteksi Radiasi Dalam Proses Pemindahan Bahan Pasca Iradiasi
EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI. Suatu evaluasi kegiatan proteksi radiasi selama proses pemindahan bahan pasca iradiasi berupa foil target dari reaktor (RSG-GAS) ke Instalasi Radiometalurgi (IRM) telah dilakukan. Kegiatan bertujuan untuk melindungi pekerja radiasi dari bahaya radiasi selama penanganan pemindahan foil target dari wadah (cask) ke hotcell ZG-101 IRM. Evaluasi dilakukan dengan cara pengukuran radioaktivitas di lokasi penanganan pemindahan foil target untuk menentukan posisi berbahaya terhadap radiasi. Hasil evaluasi menemukan bahwa bahaya radiasi terjadi di posisi depan sekitar interface antara cask dan hotcell pada saat dilintasi foil target. Pada posisi tersebut paparan radiasi meningkat hingga mencapai 7800 µSv/jam, sedangkan posisi belakang tidak terjadi peningkatan paparan radiasi yang signifikan karena terdapat perisai radiasi dari cask. Hasil evaluasi proteksi radiasi terhadap pekerja radiasi yang menangani pemindahan menunjukkan bahwa tidak seorang pun terdeteksi menerima dosis radiasi yang diukur secara langsung menggunakan dosimeter pena, sedangkan pengukuran menggunakan TLD ditemukan dosis tertinggi sebesar 0,02 mSv/triwulan. Juga tidak ditemukan pekerja radiasi yang terkontaminasi dalam penanganan pemindahan foil target
From Tolerance To Violent Extremism: Exploring The Citizens Characteristics Of West Jawa
Artikel ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik pandangan masyarakat Jawa Barat terhadap toleransi yang dapat melahirkan sikap-sikap intoleran dan berdampak terhadap ekstremisme kekerasan. Dinamika permasalahan keamanan seperti mengubah suatu konsep keamanan nasional mulai dari state center security mengarah kepada people center security. Konsekuensi dari pergeseran tersebut adalah keamanan menjadi suatu hal yang komprehensif serta manajemen keamanan akan membutuhkan kerja sama antar aktor serta lembaga keamanan. Artikel ini menggunakan tinjauan konseptual tentang ekstremisme kekerasan dan keamanan nasional. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ancaman radikalisasi di Provinsi Jawa Barat masih berpotensi untuk kemudian muncul dan dapat membahayakan keamanan manusia. Beberapa data yang telah dipaparkan dalam tiga aspek seperti demokrasi dan agama, aspek sosial masyarakat terhadap pemeluk agama lain, dan pemahaman serta praktik keagamaan yang menghasilkan data yang cukup signifikan sehingga hal ini tentu tidak dapat diabaikan. Dalam hal ini kesadaran terhadap keamanan manusia harus mulai dipertimbangkan baik dari level daerah untuk mampu mengakomodir keamanan manusia dan keamanan nasional secara spesifik
- …