11 research outputs found

    Tracing the Earliest Settlements on Seram Island, as a Theoretical Framework for the Chronology of Human Occupation in the Maluku Archipelago

    Get PDF
    Pulau Seram merupakan pulau terbesar dalam kawasan Kepulauan Maluku bagian Selatan. Studi geologi juga secara umum menyimpulkan bahwa Seram merupakan salah satu pulau yang paling tua ditinjau dari usia geologi di Kepulauan Maluku. Tradisi lisan masyarakat asli Maluku mengenal Pulau Seram dengan sebutan ‘Nusa Ina’ atau ‘Pulau Ibu,’ serta diyakini sebagai lokasi legenda ‘Nunusaku’ atau asal-usul orang Maluku saat ini. Sejumlah riwayat penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli merekam berbagai data arkeologi yang tersebar di Pulau Seram sebagai bukti bekas hunian dan permukiman. Data arkeologi yang ditemukan di Pulau Seram cukup beragam yang berasal dari masa paleolitik, neolitik, hingga masa sejarah, menjadikan Pulau Seram sebagai lokasi yang memiliki data riwayat periodisasi hunian paling lengkap dan panjang. Informasi tradisi lisan juga laporan masyarakat relatif menjadi rujukan dalam penelusuran data arkeologi di lokasi yang  terindikasi sebagai hunian dan permukiman kuno. Penelitian ini mendeskripsikan jejak-jejak hunian dan permukiman paling awal di Pulau Seram serta Kepulauan Maluku bagian Selatan secara umum. Penelusuran data arkeologis dilakukan melalui observasi lapangan. Analisis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif terhadap seluruh data arkeologis dan informasi tradisi lisan yang dikumpulkan dengan merujuk pada kajian referensi yang relevan. Penelitian ini membahas sejumlah riwayat penelusuran hunian dan permukiman pada masa prakolonial yang pernah diinisiasi selama ini, serta upaya penelusuran data arkeologis terbaru berdasarkan informasi tradisi lisan dan laporan masyarakat. Penelitian ini juga bertujuan untuk merangkum dan menelaah kembali sejumlah referensi termutakhir mengenai teori penghunian paling awal Kepulauan Maluku yang sejauh ini masih menjadi diskusi yang menarik, mengingat minimnya referensi data arkeologi serta uji kronologi absolut di wilayah ini. Penelitian ini menghasilkan rekonstruksi teori penghunian dan permukiman paling awal di Pulau Seram pada khususnya dan Kepulauan Maluku secara umum. Seram Island is the largest island in the Southern part of the Maluku Archipelago. Geological studies also generally conclude that Seram is one of the oldest islands in Maluku. The oral tradition of the indigenous people of Maluku knows Seram Island as 'Nusa Ina' or 'Mother Island.' Seram Island is the location of the legend of 'Nunusaku' or the origins of the Maluku People. Several historical studies by experts record various archaeological data scattered on Seram Island as evidence of early human dwellings and settlements. Archaeological data on Seram Island is quite varied from the Paleolithic Neolithic to historical periods. The data shows Seram Island as the most comprehensive location of periodization of human occupation. Information on oral traditions and community reports are relatively being a reference in tracing archaeological data in some areas indicated as ancient dwellings and settlements. This study describes the traces of the earliest dwellings and settlements on Seram Island and the Southern Maluku Islands in general. The archaeological data was collected through field observations. The analysis of this study used a qualitative descriptive method on all archaeological data and information on oral traditions collected by referring to relevant reference studies. This research discusses several references of early dwellings and settlements in the pre-colonial period that have been initiated so far and the latest archaeological data based on information on oral traditions and community reports. This study also aims to summarize and review a number of the most recent references to the theory of the earliest settlement of the Maluku Archipelago, which so far is still an interesting discussion, considering the lack of archaeological data references and absolute chronology tests in this region. This research delivers a reconstruction of the theory of the earliest dwellings and settlements on Seram Island and the Maluku Archipelago in general

    JEJAK KEDATANGAN UTUSAN MAJAPAHIT DI PULAU AMBON

    Get PDF
    Kakawin Nāgarakŗtāgama describes Majapahit's territory during its victorious day almost covering the current area of the Nusantara, including the Ambon Island in the region of the Maluku Islands. However, there are only small trace of physical evidence and literary data that can prove the existence of Majapahit influence in Ambon Island, or in other words, there is no absolute proof that can be accepted by academician. The people of Ambon Island who are illiterate have an oral tradition of telling the history. Ema village in Ambon Island has an oral tradition that tells the arrival of Majapahit. This study used oral tradition analysis method also by field observation to find related artefactual data and  supported by relevant literature review. Based on the results of oral tradition studies, it is known that the arrival of the delegates of Majapahit Kingdom in Ema Village is a real historical event occurred and supported by evidence of artefactual data found in the field. The results of this study became the first primary reference of historical events that occurred in the Ambon island after so long that the published literature earlier did not contain clear evidence of the interaction or the coming of the Majapahit Kingdom in Ambon Island. The result of this study is also sufficient to prove that Ambon Island is not the territory of Majapahit Kingdom

    A Latest Discovery of Austronesian Rock Art in the North Peninsula of Buano Island, Maluku

    Get PDF
    Gambar cadas merupakan salah satu tradisi yang tertua dan paling banyak tersebar di penjuru dunia. Gambar cadas menjadi bagian dari data penting dalam mempelajari masa lalu, karena gambar cadas kemungkinan mengandung makna pada pemikiran simbolik manusia yang membuatnya. Gambar cadas di Indonesia merupakan budaya yang berlangsung berkesinambungan sejak periode awal gelombang migrasi manusia di Kepulauan Indonesia sekitar puluhan ribu tahun hingga kedatangan penutur budaya Austronesia yang membuka periode Neolitik sekitar ribuan tahun lalu. Gambar cadas di Kawasan Kepulauan Maluku Bagian Tengah pada khususnya secara umum dikenali berciri Tradisi Gambar Austronesia atau lebih dikenal dengan sebutan APT (Austronesian Painting Tradition). Penelitian ini melaporkan temuan baru gambar cadas di di Situs Tanjung Bintang, Pulau Pua, Pesisir Utara Pulau Buano. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dan analitis dalam mendeskripsikan objek motif gambar cadas berdasarkan kajian literatur terkait referensi-referensi yang merujuk pada kajian gambar cadas di Maluku. Penelitian ini mengenali bahwa gambar cadas di Situs Tanjung Bintang berciri Tradisi Gambar Austronesia. Kajian ini merupakan  yang pertama kali melaporkan keberadaan Situs Tanjung Bintang, gambar cadas di Pesisir Utara Pulau Buano, Kepulauan Maluku. Rock art is one of the oldest and most widespread traditions around the world. Rock art is part of essential data in studying the past because rock art has the potential to tell us something of the symbolic concerns of the people that created it. Rock art in Indonesia is a culture that has been ongoing since the early period of the wave of human migration in the Indonesian Archipelago for about tens of thousands of years until the arrival of the Austronesian speaker’s culture who opened the Neolithic period around thousands of years ago. Rock art in the Central Maluku Islands Region in particular, is generally recognized as characterized by the Austronesian Painting Tradition. This research reports new rock art findings at Tanjung Bintang Site, Pua Island, North Coast of Buano Island. This research applies qualitative and analytical methods in describing the object of rock art motifs based on a literature review related to references that refer to the study of rock art in Maluku. This research recognizes that the Tanjung Bintang Site is characterized by the Austronesian Painting Tradition. This study is the first record of the Tanjung Bintang Site rock art in the North Coast of Buano Island, Maluku

    Islamicization Strategies in Kao Ancient Village, North Halmahera

    Get PDF
    Situs permukiman Kampung kuno Kao terletak di pedalaman Halmahera Utara, berdiri di atas tanah yang relatif basah diapit oleh sungai Aer Kalak, Ake Ngoali, dan Ake Jodo dan dikelilingi oleh hutan sagu dan rawa. Kondisi permukiman di situs ini membuatnya memiliki keterbatasan ruang hunian, namun orang-orang yang menghuni Kampung kuno Kao bermukim di wilayah ini dalam jangka waktu yang relatif panjang, yaitu antara 100-200 tahun, dan bahkan tercatat dalam rekam sejarah bahwa wilayah Kao dahulu menjadi penyuplai makanan pokok Ternate. Penelitian ini bersifat deduktif, yaitu menyusun sebuah hipotesa yang kemudian diuji di lapangan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dan ekskavasi arkeologi. Ragam data arkeologi baik artefak maupun tradisi lisan yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisa dengan merujuk pada sumber referensi yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Kao merupakan permukiman yang cukup maju  dan memiliki peran cukup penting sebagai wilayah pusat Islamisasi di Halmahera. Orang-orang di Kampung kuno Kao tinggal dalam waktu lama di satu lokasi didukung oleh sumber air dan potensi tanah-tanah pertanian menjadikan wilayah Kao sebagai bagian dari jaringan perdagangan yang ramai. Kao menjadi bagian dari strategi dalam penyebaran Islam ke wilayah-wilayah pedalaman lainnya, juga daerah-daerah pesisir di Halmahera Utara.The Kao Ancient Village settlement site is located in the hinterland of North Halmahera, standing on relatively wet ground flanked by the river Aer Kalak, Ake Ngoali, and Ake Jodo and surrounded by sago and swamp forests. The settlement conditions on the site make it limited for residential space, but a community of Kao people settled in this area for a relatively long period of time between 100-200 years and even recorded in history that Kao region is the main food supplier for Ternate in the past. This research conducted surface surveys and limited excavations, then mapped the areas of artifactual findings, and identified patterns of spatial use by analyzing surface features and artifact scatters. Variety of archeological data both artifacts and oral traditions are then analyzed guided by relevant reference sources. The results show that Kao Site is an advanced settlement and has a significant role as the center of Islamicization in Halmahera. The Kao people settled for a long time in one location supported by water sources and the potential of farming lands making the Kao area a part of bustling trade networks. Kao became part of a strategy in spreading Islam to other inland areas, as well as coastal areas in North Halmahera

    SITUS KAMPUNG TUA KAO: Identitas Asal Usul dan Jejak Peradaban Islam di Wilayah Pedalaman Halmahera Utara

    Get PDF
    Tanah Kao as part of Ternate’s Islamic rule is not mentioned in many historical literatures which is dominated by sources about Tobelo in relation to the history of Hibualamo and the Moro Kingdom. However, based on the people’s folklore, it is said that the identity of the origin of North Halmahera community  derives from Telaga Lina in Tanah Kao. Based on the folklore, this research was conducted in the Kampung Tua Kao (Old Settlement Site in Kao). This research reveals the identity of the people who inhabit the Kampung Tua Kao and the traces of Islamic civilization on Kampung Tua Kao by using literature study, field survey, and archaeological excavation. Based on the results of literature studies and previous research there are theories that explain the identity of the origin of the Kao people but entirely derived from Telaga Lina in the Tanah Kao. Based on archaeological survey and excavation in the Kampung Tua Kao, it was found a number of archaeological remains in the form of artifacts and features. The remaining artifacts were found in various fragments of earthenware and foreign ceramics, while the remaining features encountered including a number of ancient tombs, grave tombs, lutur, and mosque poles. Based on these data, this study proves the existence of the Muslim community who has lived and inhabited the Kampung Tua Kao in the past and there are various cultural interactions within the community. Abstrak: Hubungan Tanah Kao dengan kekuasaan Islam Ternate di Halmahera Utara tidak banyak disebutkan dalam berbagai literatur. Sebagian besar literatur menyebut tentang Tobelo dalam kaitannya dengan sejarah Hibualamo dan Kerajaan Moro. Namun, berdasarkan tradisi tutur masyarakat menyebutkan bahwa identitas asal-usul komunitas orang Halmahera Utara berasal dari Telaga Lina di Tanah Kao. Atas dasar tradisi tutur itulah yang menjadi dasar penelitian di Situs Kampung Tua Kao. Penelitian ini mengungkap penelusuran identitas komunitas yang mendiami situs Kampung Tua Kao pada masa lalu dan jejakjejak peradaban Islam di situs Kampung Tua Kao dengan menggunakan metode penelusuran kepustakaan, survei lapangan, dan ekskavasi arkeologi. Hasil penelitian ini mengungkapkan berdasarkan hasil penelusuran pustaka dan penelitian terdahulu terdapat sejumlah teori yang menjelaskan identitas asal-usul komunitas Kao. Namun, apabila dirunut ke belakang semuanya berasal dari Telaga Lina di Tanah Kao. Berdasarkan survei dan ekskavasi arkeologi di situs Kampung Tua Kao ditemukan sejumlah tinggalan arkeologis berupa artefak dan fitur. Tinggalan artefak yang ditemukan antara lain beragam fragmen gerabah dan keramik asing, sedangkan tinggalan fitur yang dijumpai antara lain sejumlah makam kuno, nisan makam, lutur, dan umpak-umpak masjid. Berdasarkan data-data tersebut, penelitian ini membuktikan keberadaan komunitas muslim pernah hidup dan mendiami situs Kampung Tua Kao di masa lalu dan terjadi berbagai interaksi budaya di dalam komunitas tersebut. Â

    Lingkungan dan Lansekap Situs Kampung Kuno Kao: Faktor Determinasi Permukiman dan Pusat Islamisasi di Halmahera Utara

    Get PDF
    Abstract. Kao Old Village Site, is a fairly developed settlement site during the early Islamization in the hinterland of North Halmahera. Environmental and landscape characteristics Watersheds, wetlands and agricultural lands are the reasons for the selection of past settlement sites, especially early in the development of Islam in the North Halmahera region. This study focuses on archaeological surveys to look at archeological data relationships both artefactual and features as well as the environment, which explains that the carrying capacity of the environment in the Old Kao Kampug Site is a factor determining the rapid progress of a region to live. The results showed that based on the distribution and density of archaeological remains, the Kao Old Village Site is a fairly dense settlement site, in addition to the environmental carrying capacity to be the source of production and economic resources, a factor that determines the development of the region as a residential area. Environmental data indicate the existence of a very advanced source of production and economic population, even part of the process of exchange and commerce with other outside areas in the chain of trade and network Islamization in the region of North Halmahera. In addition to landscape or landscape conditions, it is an environmental characteristic in the spatial distribution process, which shows the prevailing patterns and cultural systems of society, and this shows that the cultural traits of the community at that time were prosperous.Abstrak. Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup berkembang pada masa awal Islamisasi di wilayah pedalaman Halmahera Utara. Karakteristik lingkungan dan lansekap Daerah Aliran Sungai, lahan basah, dan lahan pertanian merupakan alasan pemilihan lokasi permukiman penduduk pada masa lampau, terutama masa awal perkembangan Islam di wilayah Halmahera Utara. Kajian ini menitikberatkan pada survei arkeologi untuk melihat hubungan data arkeologi baik artefaktual maupun fitur serta lingkungan, yang menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan di wilayah Situs Kampug Tua Kao merupakan faktor yang menentukan maju pesatnya suatu wilayah untuk bermukim. Hasil penelitian berdasarkan sebaran dan kepadatan temuan arkeologi menunjukkan Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup padat. Selain itu, daya dukung lingkungan yang menjadi sumber produksi dan sumber ekonomi menjadi faktor yang sangat menentukan berkembangnya wilayah ini sebagai wilayah permukiman penduduk. Data lingkungan menunjukkan adanya sumber produksi dan ekonomi penduduk yang sangat maju, bahkan menjadi bagian dari proses pertukaran dan perniagaan dengan wilayah-wilayah lainnya dalam mata rantai perdagangan dan jaringan Islamisasi di wilayah Halmahera Utara. Kondisi bentang lahan atau lansekap yang merupakan karakteristik lingkungan dalam proses distribusi ruang menunjukkan pola dan sistem budaya masyarakat yang berlaku, dan hal ini menunjukkan ciri budaya masyarakat pada masa itu sudah sangat berkembang

    SEBARAN BANGUNAN PILLBOX SEBAGAI STRATEGI PERTAHANAN JEPANG DI TELUK AMBON

    Get PDF
    One characteristic of the Japanese defense system is the existence of pillboxes. During the Japanese occupation of Ambon Island, the construction of the pillboxes was carried out in massive numbers as a defense strategy to anticipate attacks by the Allies who wanted to retake Ambon Island territory. The purpose of this study was to determine the distribution pattern of Pillboxes and analyze the distribution of Pillboxes as part of the Japanese defense strategy in defending Ambon Bay. The data collection method uses the field observation method along the coast of the Ambon Bay which is the entrance of the sea traffic and airlines. This location is the center of settlements and government so that almost all strategic infrastructure is in this region — spatial data obtained from each pillbox object coupled with the Architectural Documentation Center (PDA) inventory data in 2007, then associated with related literature data, processed using Geographic Information System applications to produce the descriptive analysis. The results of this study indicate that the distribution of pillboxes location is generally divider into coastal and hilly locations and there are concentrations in strategic areas. The general conclusion of this study is the pillboxes placement strategy is an effective strategy both in attack and defense. Salah satu ciri khas dari sistem pertahanan Jepang yaitu keberadaan pillbox. Pada masa pendudukan Jepang di Pulau Ambon, pembangunan pillbox dilakukan dalam jumlah masif sebagai strategi pertahanan untuk mengantisipasi serangan Sekutu yang ingin merebut kembali wilayah Pulau Ambon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran Pillbox dan menganalisis sebaran Pillbox sebagai bagian dari bentuk strategi pertahanan Jepang dalam mempertahankan Teluk Ambon. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi lapangan di sepanjang pesisir Teluk Ambon yang merupakan pintu masuk jalur laut dan udara. Lokasi ini merupakan pusat permukiman dan pemerintahan, sehingga hampir seluruh infrastruktur strategis berada di wilayah ini. Data spasial yang diperoleh dari setiap objek pillbox ditambah dengan data inventaris Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) tahun 2007, lalu dikaitkan dengan data literatur terkait, diolah dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk menghasilkan analisa deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran lokasi pillbox secara umum terbagi atas lokasi pantai dan perbukitan serta terdapat konsentrasi pillbox di lokasi strategis. Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah strategi penempatan pillbox merupakan strategi yang efektif baik dalam menyerang maupun bertahan

    Lingkungan dan Lansekap Situs Kampung Kuno Kao: Faktor Determinasi Permukiman dan Pusat Islamisasi di Halmahera Utara

    Get PDF
    Abstract. Kao Old Village Site, is a fairly developed settlement site during the early Islamization in the hinterland of North Halmahera. Environmental and landscape characteristics Watersheds, wetlands and agricultural lands are the reasons for the selection of past settlement sites, especially early in the development of Islam in the North Halmahera region. This study focuses on archaeological surveys to look at archeological data relationships both artefactual and features as well as the environment, which explains that the carrying capacity of the environment in the Old Kao Kampug Site is a factor determining the rapid progress of a region to live. The results showed that based on the distribution and density of archaeological remains, the Kao Old Village Site is a fairly dense settlement site, in addition to the environmental carrying capacity to be the source of production and economic resources, a factor that determines the development of the region as a residential area. Environmental data indicate the existence of a very advanced source of production and economic population, even part of the process of exchange and commerce with other outside areas in the chain of trade and network Islamization in the region of North Halmahera. In addition to landscape or landscape conditions, it is an environmental characteristic in the spatial distribution process, which shows the prevailing patterns and cultural systems of society, and this shows that the cultural traits of the community at that time were prosperous.Abstrak. Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup berkembang pada masa awal Islamisasi di wilayah pedalaman Halmahera Utara. Karakteristik lingkungan dan lansekap Daerah Aliran Sungai, lahan basah, dan lahan pertanian merupakan alasan pemilihan lokasi permukiman penduduk pada masa lampau, terutama masa awal perkembangan Islam di wilayah Halmahera Utara. Kajian ini menitikberatkan pada survei arkeologi untuk melihat hubungan data arkeologi baik artefaktual maupun fitur serta lingkungan, yang menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan di wilayah Situs Kampug Tua Kao merupakan faktor yang menentukan maju pesatnya suatu wilayah untuk bermukim. Hasil penelitian berdasarkan sebaran dan kepadatan temuan arkeologi menunjukkan Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup padat. Selain itu, daya dukung lingkungan yang menjadi sumber produksi dan sumber ekonomi menjadi faktor yang sangat menentukan berkembangnya wilayah ini sebagai wilayah permukiman penduduk. Data lingkungan menunjukkan adanya sumber produksi dan ekonomi penduduk yang sangat maju, bahkan menjadi bagian dari proses pertukaran dan perniagaan dengan wilayah-wilayah lainnya dalam mata rantai perdagangan dan jaringan Islamisasi di wilayah Halmahera Utara. Kondisi bentang lahan atau lansekap yang merupakan karakteristik lingkungan dalam proses distribusi ruang menunjukkan pola dan sistem budaya masyarakat yang berlaku, dan hal ini menunjukkan ciri budaya masyarakat pada masa itu sudah sangat berkembang

    Perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Penelitian dan Penyajian Informasi Arkeologi

    No full text
    Archaeology is closely associated with spatial or spatial aspects. Because the material archeological data such as artifacts, features, buildings, and sites containing the inherent spatial information in order to keep the data context. The themes of the archaeological research nowadays often reconstructing the spatial aspects of history and culture. Device Geographic Information System (GIS) is clearly greatly assist the process of archaeological research both in the field and during the process of analysis and presentation of information related to the results of the research. GIS has become the main choice for researchers to update the development of archeology that have been all-digital, practical, and effective. Although the use of GIS in archaeological research is very popular in many countries, in fact the use of GIS in archaeological research in Indonesia is still not that popular. This paper presents the use of GIS tools that allowed to be applied by archaeologists that can be adopted in the analysis and presentation of information and research results, conditions of application of GIS in the current archaeological research, as well as the constraints faced. This paper shows that recently the archaeologists in Indonesia is very enthusiactic in using the GIS for the effective spatial analysis tools. The government is also concerned about the importance of GIS in mapping the spatial data of heritage as well archaeological research locations in order to support the acceleration of One Map Policy.Ilmu arkeologi sangat erat kaitannya dengan aspek keruangan atau spasial. Karena materi data arkeologi seperti artefak, fitur, bangunan, dan situs mengandung informasi spasial yang melekat agar tidak kehilangan data konteksnya. Tema-tema penelitian arkeologi dewasa ini tidak sedikit yang bertemakan aspek spasial dalam merekonstruksi sejarah dan budaya. Perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) jelas sangat membantu proses penelitian arkeologi baik di lapangan maupun saat proses analisis dan penyajian informasi terkait hasil penelitian semacam itu. SIG menjadi pilihan bagi peneliti arkeologi dalam mengikuti perkembangan dunia riset yang serba digital, praktis, dan efektif. Walaupun penggunaan perangkat SIG dalam penelitian arkeologi sangat populer di banyak negara, namun kenyataannya penggunaan perangkat SIG dalam penelitian arkeologi di Indonesia belum cukup polpuler. Penelitian ini menyajikan penggunaan perangkat SIG yang memungkinkan diterapkan oleh peneliti arkeologi yang dapat membantu dalam proses analisis dan penyajian informasi hasil penelitian, kondisi penerapan perangkat SIG di dalam penelitian arkeologi saat ini, serta kendala-kendala yang dihadapi. Penelitian ini menunjukkan bahwa dewasa ini perhatian peneliti arkeologi di Indonesia terhadap peran SIG cukup terbuka mengingat kebutuhan perangkat analisis spasial yang efektif. Pemerintah juga menaruh perhatian akan pentingnya SIG dalam memetakan data spasial Cagar Budaya dan Lokasi penelitian arkeologi dalam rangka mendukung percepatan kebijakan One Map Policy atau kebijakan Satu Peta

    Kompleks Situs Ki Buyut Trusmi Cirebon: Tinjauan Bangunan Kuna

    No full text
    Ki Buyut Trusmi Complex Site is one of one hundred and twelve Kabuyutan Sites in Cirebon. The number of Kabuyutan Site in Cirebon is a phenomenon which makes the Kabuyutan Site become a feature of the development of Islam in this region. This Site is one of the largest and most important Kabuyutan in Cirebon because the large size of the complex sites, the history of its construction, along with pilgrims and an important tradition that is still preserved until now. This site has a number of relics of material objects in the form of objects and buildings that stand on the site of complex spatial patterns. This paper reviews all forms of attributes that provide evidence of the antiquity of the buildings standing on it. The research in this paper uses observation, description, and interpretation methods which is supported by bibliographical studies. The results of this paper reveals that almost all the buildings change with the addition in the structural parts of the buildings as a result of renovation, in addition to this, there are new buildings constructed to complement the facilities which support the pilgrims. This paper presents the results of antiquity identification of all existing buildings in the complex Site spatial scope which becomes a trusted reference of the characteristics of Islamic archaeological remains in Cirebon area.Kompleks Situs Ki Buyut Trusmi adalah salah satu dari 112 Situs Kabuyutan yang ada di Kabupaten Cirebon. Banyaknya Situs Kabuyutan di wilayah Cirebon merupakan sebuah fenomena yang membuat Situs Kabuyutan menjadi ciri dari perkembangan Islam di wilayah ini. Situs ini merupakan salah satu Situs Kabuyutan yang terbesar dan terpenting di Kabupaten Cirebon mengingat besarnya fisik kompleks situs, sejarah pembangunannya, serta para peziarah dan tradisi penting yang masih dipertahankan hingga saat ini. Situs ini memiliki sejumlah peninggalan objek material berupa benda dan bangunan yang berdiri di dalam pola keruangan kompleks situs. Tulisan ini meninjau segala bentuk atribut yang memberikan bukti-bukti kekunaan dari bangunan-bangunan yang berdiri di dalamnya. Penelitian dalam tulisan ini menggunakan metode observasi lapangan, deskripsi, dan penafsiran yang didukung oleh data referensi pustaka. Hasil dari tulisan ini mengungkapkan hampir seluruh bangunan berubah dengan penambahan pada bagian-bagian struktur bangunan sebagai akibat dari renovasi, selain itu terdapat pula bangunan-bangunan baru yang dibangun untuk melengkapi fasilitas-fasilitas yang mendukung peziarah yang datang. Tulisan ini menyajikan hasil identifikasi kekunaan dari seluruh bangunan yang ada di dalam lingkup keruangan kompleks Situs yang secara umum menjadi referensi dari ciri tinggalan arkeologi Islam di wilayah Cirebon
    corecore