34 research outputs found
Model Fuzzy Activity Relationship Chart (F-ARC) Dengan Mempertimbangkan Closeness Rating Weight Untuk Persoalan Tata Letak Fasilitas
Seiring dengan cepatnya perkembangan zaman, maka makin cepat pula perkembangan dunia industri. Industri pada saat ini menggunakan hampir semua pendekatan untuk mengurangi biaya yang ditimbulkan baik pada saat produksi maupun dalam penggunaan modal awal dalam membangun suatu pabrik atau tempat usaha, oleh karena itu munculah berbagai pendekatan-pendekatan dalam perancangan suatu tata letak khususnya dalam membangun suatu pabrik ataupun kantor. Kompleksitas persoalan tata letak pabrik mendorong cara-cara kualitatif dilakukan dengan harapan akan memudahkan pennyelesaian rancangan. Teknik kualitatif tidak menggunakan formulasi matematis yang rumit, sehingga dapat mudah dalam prakteknya. Activity Relationship Chart merupakan suatu metoda perancangan tata letak yang sangat berguna, karena dengan menggunakanya perancang dapat mengetahui hubungan kedekatan dari setiap kelompok aktivitas atau departemen yang biasanya terdapat pada setiap perusahaan. pada Activity relationship chart jarak yang merupakan variabel penentu digantikan dengan huruf atau sandi yang bersifat kualitatif, berupa derajat keterkaitan disimbolkan dengan huruf A, E, I, O, U, dan X. Derajat kedekatan ini didapatkan dari penilaian secara subjektif oleh perancang tata letak yang bersangkutan, namun untuk menentukanya diambil beberapa pertimbangan yang disusun dalam suatu tabel alasan keterkaitan. Disanalah sering terjadinya ketidak konsistennan dan juga ketidak jelasan dalam menentukan derajat kedekatan. Pentingnya meminimalisasi hal-hal yang dapat menimbulkan ke-tidak konsistenan dari suatu keputusan yang diambil, selain itu adanya batasanbatasan yang sangat tipis antara masing-masing derajat kedekatan menjadi hal yang ingin diminimalisasi. Penanggulangan dalam masalah ini terdapat sebuah logika (Logic) yang mampu untuk mengkonversi masukan berupa kata-kata namun memiliki hasil yang presisi (nilai bilangan) seperti halnya menggunakan masukan berupa bilangan, disinilah peranan dari Fuzzy logic. Dari sana kemudian perancang mencoba untuk memodifikasi Activity Relationship Chart yang ada dengan menggabungkanya dengan Logika Fuzzy, terbentuklah Fuzzy Activity Relationship Chart (FARC). Fuzzy Activity Relationship Chart mampu untuk memcahkan persolan tata letak fasilitas dengan input linguistik namun memiliki output berupa bilangan yang lebih terukur yaitu derajat kedekatan yang memiliki nilai berupa bilangan. Pada akhirnya penelitian ini mampu membuat sebuah model yang memiliki keunggulan berupa keterukuran output yang dihasilkan dari logika Fuzzy dan juga kemudahan dalam menyelesaikan persoalan tata letak dari metoda Activity relationship chart.
Kata Kunci : Fuzzy, Activity Relationship Chart, Fuzzy Activity Relationship Char
PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCES (SCOR) DI PT. BRODO GANESHA INDONESIA
Selama periode 2000-an, keunggulan optimasi dan integrasi supply chain
menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar di dunia. Persaingan
bisnis yang semakin ketat, di era globalisasi ini menuntut setiap perusahaan
untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya untuk tetap dapat bersaing
dengan para kompetitornya (Yohanes, 2010). Tujuannya adalah untuk
memuaskan konsumen akhir, sehingga mereka harus bekerjasama untuk membuat
produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu dan dengan kualitas yang baik
(Pujawan, 2005).
PT. Brodo Ganesha Indonesia meruapakan perusahaan manufaktur.
Perusahaan yang berlokasi di Bandung ini memiliki bisnis utama menjual sepatu
kulit. Dalam kegiatan supply chain, perusahaan memiliki banyak stakeholder dan
cukup sulit untuk mengatur rantai pasokannya. Dengan sulitnya mengatur rantai
pasokan akan mempengaruhi kepada efektifitas dan efesiensi supply chain
perusahaan, dapat dilihat dari persentase produk cacat dan perencanaan forecast
yang tidak tepat, maka dilakukan penelitian untuk mengukur kinerja supply chain.
Pengukuran kinerja supply chain yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Supply Chain Operation References (SCOR) Model
Version 10.0. Untuk mengukur tingkat kinerja supply chain perusahaan, dalam
SCOR model version 10.0 terdapat 5 performance attributes untuk mengukur
kinerja supply chain, yaitu Supply Chain Reliability, Supply Chain
Responsiveness, Supply Chain Agility, Supply Chain Cost dan Supply Chain
Assets yang digambarkan kedalam model hierarki SCOR pengukuran kinerja
supply chain yang memiliki metriks. Kemudian hierarki awal pengukuran kinerja
tersebut disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang digunakan untuk mengukur
kinerja supply chain perusahaan, sedangkan normalisasi Snorm De Boer
berfungsi untuk menyamakan nilai metrik yang digunakan sebagai indikator
pengukuran. Untuk menentukan tingkat kepentingan dari performance attributes
pengukuran digunakan pembobotan subjektif dengan kuesioner.
Pengukuran kinerja supply chain di PT. Brodo Ganesha Indonesia ini
menghasilkan nilai kinerja performance attributes supply chain reliability 19,74
dengan nilai terbaik 28,60 sehingga menghasilkan selisih 8,86; Supply Chain
Responsiveness 16,91 dengan nilai terbaik 25,00 sehingga menghasilkan selisih
8,09; Supply Chain Agility 11,00 dengan nilai terbaik 22,60 sehingga
menghasilkan selisih 11,60; Supply Chain Assets 12,26 dengan nilai terbaik 23,80
sehingga menghasilkan selisih 12,23 dan nilai total kinerja supply chain PT.
Brodo Ganesha Indonesia sebesar 59,21. Nilai ini menunjukan bahwa kinerja
supply chain perusahaan berada pada posisi rata-rata (average) karena nilai
terbaik yang bisa dicapai adalah 100,00. Dari hasil penelitian terdapat nilai
metrik rendah yang dapat digunakan sebagai usulan perbaikan untuk peningkatan
kinerja supply chain perusahaan agar dapat tetap bersaing dengan para
kompetitor.
Kata Kunci: Metrik SCOR, Pengukuran Kinerja, Performance attributes, Supply
Chain, Supply Chain Operation References (SCOR
Usulan Perbaikan Proses Bisnis Pengelolaan Pendapatan Operasional Di Perum DAMRI Menggunakan Metode Business System Planning (BSP)(Studi Kasus : Perusahaan Umum(Perum) DAMRI Unit Angkutan Bus Kota Bandung)
Perusahaan Umum (Perum) DAMRI merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah yang bergerak di bidang jasa transportasi. Salah satu pelayanan Perum DAMRI ini adalah Unit Angkutan Bus Kota. Dalam mengelola pendapatan operasional yang baik dibutuhkan proses bisnis yang baik. Namun pada kenyataan nya, proses bisnis Perum DAMRI Cabang Bandung Unit Angkutan Bus Kota saat ini masih dilakukan secara manual, karena dilakukan secara manual, proses-proses tersebut tergolong cukup rumit dikarenakan untuk menentukan jumlah penumpang harus dicatat dalam lembaran yang disebut sebagai Laporan Muatan Bus (LMB). LMB merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan pendapatan operasional. Selain LMB, ada satu lembaran yang merupakan komponen penting yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan Angkutan (AP.9). Oleh karena itu, dalam melakukan proses selanjutnya harus menunggu bus selesai beroperasi dan Petugas Pengendali Angkutan (PPA) yang membawa AP.9 selesai bertugas dan kembali ke kantor untuk menyerahkan AP.9 dan LMB yang dibawa oleh kondektur dan AP.9 untuk diperiksa. Setelah LMB selesai diperiksa, lalu diinput ke komputer, lalu LMB harus diserahkan ke Keuangan untuk pembuatan realisasi kas. Proses pengelolaan pendapatan operasional saat ini cukup banyak yaitu sebanyak 27 proses dan membutuhkan waktu penyelesaian yang cukup lama yaitu selama 2048,5 menit atau dalam satuan waktu jam yaitu 34,14 jam. Standard Operational Procedure (SOP) Perum DAMRI dijelaskan berupa kalimat sehingga alur proses pada prosedur kurang jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan analisis terhadap proses bisnis yang berguna untuk menghasilkan usulan perbaikan proses bisnis dengan menggunakan Business Process Reengineering dengan menggunakan metode Business System Planning (BSP). Kemudian dari analisa yang dilakukan proses dipetakan dengan Flow Diagram, IDEF0 dan VSM dan pembuatan SOP Usulan berdasarkan pemetaan IDEF 0 Level 0-2. Analisis proses bisnis yang telah dilakukan menghasilkan usulan perbaikan proses bisnis dari segi aliran proses, jumlah proses, dan waktu penyelesaian setiap prosesnya. Dengan menggunakan usulan perbaikan proses bisnis, proses pengelolaan pendapatan operasional yang sebelumnya terdiri dari 27 proses dengan LMB dan AP.9 sebagai komponen penting menjadi 16 proses dengan teknologi e-ticketing dan database dengan waktu penyelesaian proses pengelolaan pendapatan operasional usulan adalah selama 1078,04 menit atau dalam satuan waktu jam adalah 18 jam. Sehingga usulan ini dapat mengurangi waktu selama 970,46 menit atau dalam satuan waktu jam adalah 16 jam. Serta berdasarkan usulan proses bisnis yang dihasilkan bahwa Standard Operational Procedure (SOP) Perum DAMRI Cabang Bandung dibuat untuk setiap proses yaitu sebanyak 8 prosedur dibandingkan dengan SOP Perum DAMRI Cabang Bandung saat ini hanya menjelaskan prosedur tiap Bagian. Hal tersebut menyebabkan proses bisnis terlihat menjadi lebih sederhana dan lebih cepat.
Kata Kunci : Business Process Reengineering, Business System Planning, Standard Operational Procedure (SOP)
Optimasi Perencanaan Produksi Menggunakan Linear Programming Dan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Di PT. Sandy Globalindo (SND)
PT. Sandy Globalindo (SND) merupakan salah satu produsen spare part
dan aksesoris otomotif di Indonesia khususnya kendaraan roda 2 (dua). Produk
pertama PT. Sandy Globalindo (SND) adalah foot step untuk kendaraan roda 2
(dua) dan produk unggulannya saat ini adalah Exhaust/ Knalpot untuk kendaraan
roda 2 (dua). Salah satu produk yang diproduksi di PT. Sandy Globalindo (SND)
adalah Exhaust Kawasaki KLX 150. Pada produksi Exhaust Kawasaki KLX 150
terdapat produksi yang tidak sesuai terget sehingga perlu adanya perencanaan
produksi dan perencanaan persediaan bahan baku khususnya Head Silencer KLX
150 yang memiliki lead time 1 minggu. Agar produksi berjalan sesuai target maka
perlu adanya perencanaan produksi dari produk Exhaust Kawasaki KLX 150 dan
perencanaan persediaan bahan baku Head Silencer KLX 150.
Perencanaan produksi menggunakan programa linier membutuhkan data
permintaan, data kapasitas dan hari kerja dalam satu tahunnya. Programa linier
pada studi kasus ini berfungsi untuk mengetahui jumlah produksi yang optimal
dengan memperhatikan ongkos, kapasitas produksi dan demand. Output yang
dihasilkan dari perhitungan ini adalah jumlah produksi yang optimal
perbulannya. Perhitungan ini dibantu dengan softwere WinQSB, dimana softwere
ini digunakan untuk memecahkan masalah Integer Linear Programming dengan
menggunakan metode Big M. Output dari perhitungan ini adalah jumlah produksi
yang optimum dari produk Exhaust Kawasaki KLX 150.
Perencanaan persediaan menggunakan metode EOQ (Eqonomic Order
Quantity) dengan Quantity Discount yang dimana perusahaan mendapat pilihan
dari pihak supplier untuk membeli komponen Head Silencer KLX 150 dengan
harga tertentu sesuai dengan kuantitas yang dipesan. Dalam perhitungan EOQ
yaitu menghitung jumlah komponen yang akan dipesan dengan perbandingan
harga sesuai interval harga yang ditetapkan oleh pihak supplier. EOQ ini
menggambarkan jumlah yang optimum dari sekali pemesanan komponen kepada
supplier. Perhitungan EOQ ini memperhatikan Total Cost dari interval harga
yang ditawarkan oleh supplier. Setelah didapat Total Cost maka dapat dipilih
jumlah pemesanan yang memiliki Total Cost yang terkecil dan juga menghitung
frekuensi pemesanan, waktu interval pemesanan dan re-order point.
Setelah dilakukan perhitungan perencanaan produksi menggunakan
programa linier maka, dihasilkan jumlah produksi pada bulan Januari sampai
dengan bulan Desember sebesar 0, 75, 125, 225, 225, 125, 225, 525, 325, 125,
225 dan 125. Pada bulan Januari produksi sebesar 0 artinya pada bulan Januari
tidak adanya produksi. Perhitungan perencanaan persediaan menggunakan
metode EOQ dengan Quantity Discount dihasilkan kuantitas pemesanan per
sekali pesan adalah 101 unit komponen Head Silencer KLX 150 dengan total
biaya Rp. 152.749.263 dan frekuensi pemesanan sebanyak 23 kali pemesanan
dengan waktu interval pemesanan 0,04 tahun, pemesanan ulang/ re-order point
yang harus dilakukan ketika komponen Head Silencer KLX 150 tinggal tersisa
sebanyak 65 unit lagi dengan lead time pemesanan bahan baku/ komponen
selama 7 hari.
Kata Kunci: PT. Sandy Globalindo (SND), Programa Linier, Perencanaan
Produksi, Perencanaan Persediaan, EOQ, Quantity Discount
Perbaikan Proses Bisnis Di Lini Produksi Dengan Menggunakan Value Stream Mapping (Studi Kasus: PT. Vilour Promo Indonesia)
PT. Vilour Promo Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak di
bidang industri manufaktur dalam produksi perlengkapan olahraga. Seiring
dengan banyaknya permintaan produksi perlengkapan olahraga seperti
pakaian t-shirt, training suit, topi, jaket, polo shirt dan perlengkapan lainya.
guna pembangunan sebuah industri dalam bidang perlengkapan olahraga
maka menuntut perusahaan untuk menjalankan proses produksinya secara
efisien guna menciptakan suatu produk pakaian yang memiliki kualitas dan
mutu yang baik. dengan banyaknya permintaan pemesanan pakaian. Sering
terjadinya kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat proses pembuatan Polo Shirt
dibagian Penjahitan, Kesalahan yang sering terjadi seperti jahitan kurang rapi karena
tegangan benang terlalu kencang, benang terlalu kaku, dan jarum mesin jahit sudah
tumpul ketika sudah tumpul tepat jatuh pada posisi benang anyaman kain, maka kain
akan tertarik ikut jarum tumpul dan terjadi kerutan. banyaknya defect pada produk
polo shirt pada bulan maret hingga juli tahun 2017 dan adanya pemborosan terhadap
waktu proses pada produksi pembuatan Polo Shirt. Artinya kesalahan-kesalahan
tersebut merupakan suatu pemborosan (waste), maka dari itu harus di identifikasi
penyebab dari terjadinya pemborosan serta memberikan perbaikan terhadap aktivitasaktivitas
pemborosan tersebut. perbaikan yang diterapkan adalah dengan
menggunakan future state mapping yang bertujuan untuk melakukan eliminasi
terhadap waktu proses yang dianggap suatu pemborosan, kemudian dengan
menggunakan fisbone diagram dan 5w1h guna untuk mengetahui dimana letak
pemborosan yang terjadi pada proses pembuatan polo Shirt sekaligus memberikan
perbaikan didalamnya, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa aktivitas yang menyebabkan terjadinya pemborosan terhadap waktu
pada proses pemotongan, penjahitan dan obras mengakibatkan mesin macet
kurangnya perawatan. Akibat pemborosan tersebut diketahui bagian penjahitan dan
obras sehingga ditemukan produk defect 362/pcs polo shirt dalam kurun waktu lima
bulan.
Kata Kunci : produksi, pemborosan, usulan perbaikan, fisbone, 5W1H, value stream
mapping
Perencanaan Persediaan Bahan Baku Tual Sagu Dengan Metode Persediaan Heuristik Silver Meal (Studi kasus Pabrik Kilang Sagu HMM)
Persediaan merupakan suatu aktivitas yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi. Kilang Sagu HMM merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang industri tepung sagu kering yang berlokasi di Desa Tanjung, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Batang sagu atau disebut juga dengan tual sagu merupakan bahan baku utama untuk membuat tepung sagu kering. Bahan baku didapatkan dari warga sekitar. Tanaman sagu banyak dijumpai disekitar pulau merbau, pulau rangsang, dan pulau tebing tinggi (Kabupaten Kepulauan Meranti) Provinsi Riau. Kilang Sagu HMM saat ini sedang dihadapi masalah yaitu pemesanan bahan baku yang tidak terencana dengan baik sehingga mengakibatkan biaya persediaan meningkat. Kondisi tersebut menuntut perusahaan agar bahan baku dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan produksi. Berdasarkan kondisi yang sedang dihadapi oleh Kilang Sagu HMM tersebut, maka untuk menyelesaikan permasalahan pengendalian persediaan yang cocok adalah dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal. Metode ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang hasilnya mendekati penyelesaian terbaik (optimal). Penggunaan metode Silver Meal ini dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku tual sagu yang optimal sehingga meminimalkan pengeluaran kilang sagu untuk pembelian bahan baku. Sesuai dengan kondisi kilang sagu tersebut, maka model pengendalian persediaan yang cocok adalah dengan menggunakan metode Heuristic Silver Meal. Metode ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang hasilnya mendekati penyelesaian terbaik (optimal). Penggunaaan metode Silver Meal ini nantinya dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku tual sagu yang optimal sehingga meminimalkan pengeluaran kilang untuk pembelian bahan baku. Dimana cara kerja dari metode ini adalah ketika ada kenaikan biaya per periode (Total Relevant Cost (T)), maka pada periode yang mengalami kenaikan biaya tersebut menjadi acuan untuk melakukan pemesanan bahan baku periode selanjutnya, begitupula selanjutnya. Setelah melakukan proses perhitungan, maka didapatkan pemesanan bahan baku tual sagu dilakukan sebanyak 2 kali pemesanan yaitu pada pemesanan pertama sebanyak 1836 batang, dan pada pemesanan kedua sebanyak 2313 batang. Dimana pada pemesanan pertama didapatkan dari jumlah demand periode 1 sampai dengan periode 6, dan pada pemesanan kedua didapatkan dari jumlah demand periode 7 sampai dengan periode 12. Dengan total ongkos yang dikeluarkan sebesar Rp. 13.568.140 untuk 2 kali pemesanan bahan baku. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa sebaiknya Kilang Sagu HMM memonitor dan melakukan analisa terhadap data-data yang berhubungan dengan sistem persediaan.
Kata Kunci : Pemesanan Bahan Baku, Metode Heuristik Silver Mea
MENENTUKAN METODE GROUPING TERBAIK DENGAN KRITERIA JARAK TERPENDEK PADA PERSOALAN MULTI DEPOT VRP
Multiple depot Vehicle Routing Problem (MDVRP) adalah suatu kasus VRP dimana
depot yang dimiliki lebih dari satu,hal ini berimbas pada depot mana yang akan dipilih dalam
melayani konsumen-konsumen yang ada. Pendekatan untuk permasalahan MDVRP sejauh ini
dapat dipecahkan dengan menggunakan algoritma heuristik. Penyelesaian permasalahan
MDVRP dapat dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu proses grouping kemudian
tahap kedua yaitu proses clustering dan routing yang dapat dilakukan secara bersamaan.
Proses grouping dilakukan untuk membagi titik-titik layanan kepada masing-masing depot
sehingga dari persoalan m depot VRP akan diperoleh m-sub persoalan VRP dengan single
depot. Tahap kedua yaitu proses clustering dan routing, proses ini dilakukan untuk
mengurutkan serta membentuk rute dengan memperhatikan nilai saving dari jarak masingmasing
titik
sehingga
didapatkan
total
jarak yang
minimum. Untuk
menentukan
solusi
terbaik
suatu
permasalahan
memiliki
kriteria
seperti
ongkos
terkecil,
waktu
tercepat,
jarak
terpendek,
dan
sebagainya.
Pada kasus ini terdapat 4 skenario dengan 16 persoalan yang telah diselesaikan.
Masing-masing skenario memiliki kondisi yang berbeda-beda. Pada skenario 1 dan 2 memiliki
depot sebanyak 2 dengan kapasitas kendaraan yang berbeda-bada yaitu sebesar 75 dan 100
unit. Sedangkan pada skenario 3 dan 4 memiliki depot sebanyak 3 dengan kapasitas kendaraan
yang berbeda-bada yaitu sebesar 75 dan 100 unit. Pada tahap groping metode yang digunakan
ada dua yaitu metode nearest neightbor dan metode transportation. Pada tahap clustering dan
routing akan diselesaikan dengan menggunakan saving method dari Clarke & Wright. Masingmasing
metode sangat mungkin memberikan hasil grouping yang berbeda sehingga solusi
akhir persoalan penentuan rute kendaraan yang diperoleh juga berbeda. Karena itu pada
penelitian ini akan dibahas beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses grouping,
untuk mengetahui metode grouping mana yang akan memberikan solusi persoalan MDVRP
terbaik berdasarkan kriteria total jarak minimum.
Hasil metode grouping terbaik dapat dilihat dari total jarak yang paling minimum.
Sebanyak 14 dari 16 percobaan yang telah dilakukan dengan kondisi berbeda-beda,hasil
terbaik didapatkan dari metode grouping nearest neightbor karena metode tersebut
menghasilkan total jarak lebih kecil daripada metode grouping transportation.
Kata kunci: Multiple Depot Vehicle Routing Problem (MDVRP), Nearest Insertion,
Transportation, Savings Method Clarke-Wright, Jarak Terpendek
Usulan Percepatan Proyek Steering Gear Pada Divisi Alat Berat Bagian Marine Equipment Dengan Menggunakan Metoda Crashing Di PT. PINDAD (Persero)
PT. Pindad (Persero) merupakan suatu perusahaan industry manufaktur
yang bergerak dalam bidang produk militer seperti ANOA, Steering Gear,
Excavators and cranes. PT. Pindad (Persero) menggunakan system make to order
yaitu ketika ada pesanan datang maka akan langsung dibuat. Pada pelaksanaan
proyek mempunyai sumber daya seperti manusia, mesin dan material yang terbatas
sehingga harus diatur dengan baik agar proyek berjalan dengan baik. Dalam
pelaksanaan proyek terkadang tidak selalu sesuai dengan apa yang direncanakan
dikarenakan hal-hal yang tidak dapat diduga.kendala-kendala tersebut dapat
ditangani dengan cara mempercepat proyek dengan sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan. Namun dengan melakukan percepatan ini bertujuan untuk menghindari
keterlambatan dalam proyek sehingga jika mengalami keterlambatan proyek maka
perusahaan akan membayar biaya denda penalty sebesar 1 per 1000 dari harga
produk tersebut perharinya. Dalam penelitian ini menggunakan metode Critical
Path Method (CPM) karena pada PT. Pindad (Persero) aktivitas-aktivitasnya saling
bergantung antara satu dengan yang lainnya seperti proses pengelasan terlebih
dahulu baru kemudian bisa masuk ke proses pengecatan. Selain menggunakan
metode Critical Path Method (CPM) yaitu menggunakan metoda crashing untuk
mempercepat proyek tersebut dengan mengatur sumber daya yang dipunya oleh
perusahaan. Pada metode crashing pada dasarnya adalah membuat alternativealternative
aktivitas
yang
berada
dalam
lintasan kritis atau tidak mempunyai slack
dan dapat dipercepat semaksimal mungkin dengan biaya tertentu. Dalam memilih
alternative tersebut dilihat dari ongkos-ongkos dari setiap aktivitas yang memiliki
ongkos terendah terlebih dahulu yang dilakukan percepatan kemudian ongkos
terendah yang selanjutnya dipercepat sampai waktu penyelesaian proyek yang telah
diinginkan dan jika sudah tercapai maka proses crashing berhenti. Kemudian,
membuat perbandingan ongkos proyek yang sudah dilakukan percepatan dan ongkos
proyek yang belum dilakukan percepatan yang mengalami keterlambatan dan yang
memiliki ongkos terendah maka itulah alternative yang dipilih oleh perusahaan.
Kata kunci :, Critical Path Method (CPM), Activity On Arrow (AOA), Crashing,
Perbandingan ongkos proyek
Usulan Penjadwalan Preventive Maintenance Mesin Stripping Chentai Menggunakan Metode Age Replacement.
Suatu mesin terdiri dari berbagai komponen utama yang mendukung
kelancaran operasi, sehingga apabila komponen tersebut mengalami kerusakan
maka akan menurunkan kinerja mesin dan berpengaruh pada efisiensi mesin. PT.
Errita Pharma merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang farmasi,
sering mengalami permasalahan kerusakan mesin stripping yang tinggi. Hal
tersebut menghambat jalannya proses produksi yang mengakibatkan turunnya
kapasitas produksi. Pada saat dilakukan penelitian, PT. Errita Pharma
menerapkan sistem perbaikan perawatan terencana setiap 3 (tiga) bulan sekali
untuk pemeliharaan mesin secara keseluruhan, sedangkan total kerusakan yang
terjadi pada mesin kritis, yaitu mesin stripping Chentai-3, selama periode Mei
2015 sampai Mei 2016 adalah sebanyak 65 kali. Maka untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut diusulkan dilakukan penjadwalan preventive maintenance
menggunakan metode Age Replacement.
Setelah dilakukan perhitungan dan pembahasan, diketahui komponen
kritis untuk mesin stripping Chentai-3 adalah idle pin dan selenoid valve.
Komponen idle pin memiliki nilai MTTF sebesar 306.5 jam dan nilai MTTR
sebesar 1.067 jam. Komponen idle pin memiliki nilai MTTF sebesar 183.08 jam
dan nilai MTTR sebesar 0.887 jam. Komponen idle pin dan selenoid valve
memiliki waktu interval penggantian pencegahan masing masing setelah
digunakan selama 300 jam dan 240 jam. Sedangkan untuk interval waktu
pemeriksaan untuk idle pin setelah digunakan selama 123.812 jam dan untuk
selenoid valve setelah digunakan selama 135.013 jam.
Kata kunci : preventive maintenance, age replacement, komponen kriti
Analisis Pengendalian Kualitas Untuk Memenuhi Standar Kualitas Beras "RASTRA" Di Gudang Citeureup Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung.
Beras merupakan komoditas pangan utama bagi masyarakat Indonesia.
Kualitas beras yang akan dikonsumsi sangat diperhatikan demi keberlangsungan
hidup manusia. Untuk memperoleh beras dengan kualitas yang baik, perlu
melakukan pemeriksaan, pengecekan dan perawatan beras dengan baik pula. Agar
proses-proses tersebut dapat berjalan sesuai aturan, maka harus dilakukannya
pengendalian dan perencanaan yang baik dan menghindari terjadinya penurunan
kualitas mutu beras terutama beras RASTRA.
Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung adalah perusahaan umum
milik Negara
(BUMN
)yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup
bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survey dan
pemberantasan hama, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran. Sebagai
perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari pemerintah, BULOG tetap
melakukan kegiatan menjaga harga dasar pembelian untuk gabah, pengelolaan
stok pangan, dan menyalurkan Beras untuk Keluarga Sejahtera
(RASTRA
) dll.
Masalah yang terjadi di Perum BULOG yaitu penurunan kualitas mutu
beras RASTRA saat pemeriksaan beras masuk dengan 4 kriteria kualitas yaitu
Kadar Air, Derajat Sosoh, Butir Patah dan Butir menir. Serta terjadinya penurunan
kualitas dengan indikator jumlah hama/kutu dalam karung saat pemeriksaan beras
keluar yang akan disalurkan kepada RTS-PM sebagai konsumen. Sehingga hal
tersebut diperlukan tindakan perbaikan kualitas beras agar masyarakat percaya
dengan kinerja BULOG dan pemerintah.
Perbaikan yang mungkin dilakukan oleh Perum BULOG adalah dengan
menganalisis proses-proses yang berlangsung dengan metode Acceptance
Sampling dan Alat Bantu pengendalian Kualitas. Metode ini dapat digunakan
karena penelitian berdasarkan sampel produk yang diperiksa. Sehingga
pengambilan keputusan berdasarkan jumlah sampel yang diperiksa dapat berjalan
dengan optimal. Dan dapat memberikan beberapa rekomendasi yang dapat
dilakukan Perum BULOG untuk mengurangi terjadinya penurunan kualitas mutu
beras RASTRA.
Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Beras Rastra, Kualitas Produk, Sampel
Penerimaa