31 research outputs found

    Karakteristik Penguapan Air Dan Kualitas Minyak Pada Daun Kayu Putih Jenis Asteromyrtus Symphyocarpa

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik penguapan air daun kayu putih pada berbagai kelas pertumbuhan pohon dan kualitas minyak yang dihasilkan dari jenis Asteromyrtus symphyocarpa. Sejumlah 9 pohon yang mewakili tingkat pertumbuhan (3 pohon, 3 tiang dan 3 pancang) diambil sebagai sampel dari area Taman Nasional (TN) Wasur, Merauke. Masing-masing sampel pohon diambil 3 cabang yang mewakili cabang rimbun, sedang dan kurang rimbun. Masing-masing cabang diukur berat segarnya, dan diukur pengurangan beratnya sebagai penguapan air selama 5 hari berturut-turut. Penyulingan dilakukan di ketel dengan metode uap, dengan kapasitas ketel 12 kg daun kayu putih segar yang diulang sebanyak 5 ulangan. Penyulingan berlangsung selama 4-5 jam, dan setiap 30 menit minyak kayu putih hasil penyulingan dikumpulkan secara kumulatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat tiang memiliki berat daun segar tertinggi yaitu 163,56 g/cabang, disusul tingkat pohon dan pancang dengan berat daun segar masing-masing 160,22 g/cabang dan 142,33 g/cabang. Tingkat pohon memiliki rata-rata laju penguapan air daun tertinggi yaitu 7,89 g/hari, sementara pada tingkat pancang dan tiang berturut-turut hanya 6,47 g/hari dan 6,28 g/hari. Minyak kayu putih memiliki rendemen 0,33%, berat jenis 0,912, indeks bias 1,459, kelarutan dalam alkohol 1:1, putaran optik -2.1 dan kadar sineol 80%. Kualitas minyak kayu putih secara keseluruhan dari daun pohon Asteromyrtus symphiocarpa bisa memenuhi standar (SNI 06-3954-2006) dan termasuk kelas utama(U)

    The Dynamic of Functional Microbes Community Under Auri (Acacia auriculiformis Cunn. Ex Benth) Agroforestry System

    Get PDF
    Microbes are important rhizosphere constituents for providing nutrients in the soil. This study analyzes the dynamic of soil functional microbes’ populations on land managed as an agroforestry (AF) system. The AF system consists of a 2-years old auri tree combined with several crops, i.e., wild grasses, peanuts (Arachis hypogaea), pigeon pea (Cajanus cajan), and maize (Zea mays). Soil samples were collected from each rhizosphere and then analyzed for their chemical properties such as N, P, K, pH, and C organic contents. The population of functional microbes was observed by isolation of the non-symbiotic N-fixer microbes (BNF), the cellulose-degrading microbes (CDM), and the phosphate solubilizing microbes (PSM) in their selective media. The total soil sugars were also tested for root exudates. The results showed that in an auri agroforestry system, the kind of crops determines the content of the soil organic material that is turned-offer into the soil. This affects the population structure and functional microbial abundance in the rhizosphere. Furthermore, microbial colonization in the rhizosphere affects plants in producing root exudates. Then, root exudates shape the structures of the microbial community, as well as an influence among inhabitants in defining mineralization of soil organic matter, nutrient availability, and trees performance. &nbsp

    Sifat Fisikokimia Minyak Kayu Putih Jenis Asteromyrtus Brasii

    Get PDF
    Asteromyrtus brasii merupakan salah jenis tumbuhan penghasil kayu putih yang banyak ditemukan di Taman Nasional (TN) Wasur, Merauke, Papua. Namun demikian, informasi mengenai kandungan kimia dan sifat fisik (kualitas) minyak kayu putih yang dihasilkan dari spesies tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan kimia dan sifat fisik minyak kayu putih yang disuling dari daun A. Brasii yang tumbuh di TN Wasur. Analisis kandungan kimia minyak atsiri dilakukan pada sampel daun dengan metode Gas Chromatography dan Mass Spectrometer (metode GC-MS). Analisis sifat fisik dilakukan pada minyak kayu putih yang diperoleh melalui penyulingan daun A. brasii dengan metode uap. Kualitas minyak kayu putih dari jenis A. brasii tidak memenuhi persyaratan kualitas minyak kayu putih menurut SNI 06-3954-2006 karena memiliki berat jenis kurang dari 0,9 dan putaran optik 9,8. Hasil analisis dengan GC-MS menunjukkan ada 29 puncak, 5 puncak dengan intensitas tinggi diidentifikasi sebagai senyawa 1,8 cineole (kelimpahan 34,88%), Trans-Beta-Ionon-5,6- Epoxide (21,26%), Formamide (CAS) Methanamide (11,20%), Acetic acid (CAS) Ethylic acid (8,14%) dan Alpha pinene (4,39%)

    KARAKTERISTIK DAUN DAN RENDEMEN MINYAK ATSIRI LIMA JENIS TUMBUHAN KAYU PUTIH

    Get PDF
    Daun merupakan bagian yang paling penting dari pohon penghasil minyak kayu putih.  Dimensi daun bervariasi antar genus, antar pohon dalam genus yang sama serta antar pohon dalam jenis yang sama. Sehubungan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencermati karakteristik ukuran daun dan rendemen minyak atsiri serta melihat kemungkinan hubungan antara dimensi daun dan hasil minyak. Spesies yang diteliti terdiri dari Melaleuca viridiflora (pohon bunga merah), M. viridiflora (pohon bunga putih), M. cajuputi, Asteromyrtus brasii dan A. symphiocarpa, yang tumbuh alami di Taman Nasional Wasur, Merauke (Papua). Dari lima jenis, sekitar 6 kg daun segar diambil dan disiapkan untuk proses destilasi uap. Secara total, ada sekitar 120 lembar daun sebagai sampel yang mewakili dimensi lima jenis tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis M. Viridiflora (bunga putih) memiliki rata-rata dimensi (panjang dan lebar) daun terbesar, sedangkan jenis M. Cajuputimemiliki rata-rata panjang daun terkecil dan jenis A. brasii memiliki rata-rata lebar daun terkecil. Jenis A. Symphiocarpamemiliki rendemen terbesar yaitu 1,43 %, sedangkan sedangkan jenis M. viridiflora (bunga merah)memiliki nilai rendemen terendah yaitu sebesar <0,1 %

    The Pattern Recognition of Small-Scale Privately-Owned Forest in Ciamis Regency, West Java, Indonesia

    Get PDF
    Small-scale Privately-owned Forest (SSPF) has various patterns identification, based on the stand structure and species composition. The recognition and classification of the SSPF cropping patterns are required for further planning and policy development. Therefore, this study aims to classify the cropping pattern of SSPF in Ciamis Regency, West Java Province, Indonesia. The data were collected by observing the stand structure and species composition of 150 plots of land, encompassing three Sub-districts representing the central, northern, and southern regions of Ciamis Regency. The four categorical variables include tree species composition, age, spatial distribution, and intercropping pattern. While the two continuous variables were stand density and basal area. The patterns obtained were classified based on a Two-Step Cluster algorithm with log-likelihood distance measure, and auto clustering using Schwarz's Bayesian Information Criterion, validated by silhouette index. In addition, a multicollinearity test was conducted to reduce redundancy in using variable sets. The results showed that, the improvement of the cluster quality based on the silhouette index value, was achievable by excluding the tree spatial distribution variable, which exhibits multicollinearity. The cropping patterns were classified into three categories, namely tree crops, mixed-tree lots, and agrisilviculture for group-1, group-2, and group-3, respectively. Group-1 consisted of stands with one or two commercial tree species, and in several cases, were intercropped. Group-2 contained uneven-aged mixed-tree stands without any crops. While Group-3 consisted of an intercropping system of uneven-aged mixed-tree stands and crops. The results suggest further analysis, in order to relate the cropping patterns with the socio-economic characteristics of the landowners, as well as the strategies for the development of a sustainable SSPF

    SPATIAL DISTRIBUTION OF CROP OF PRODUCING CAJUPUT OIL IN WASUR NATIONAL PARK

    Get PDF
    The utilization of cajaput tree species for cajuput oil production in the Wasur National Park (NP) should be supported by accurate data and information. It becomes important because uncontrolled exploitation can lead to disruption of the national park function. This study aims to determine the spatial distribution of three cajuput tree species, i.e Asteromyrtus symphyocarpa, Melaleuca cajuputi and Melalueca viridiflora existed in Wasur NP region. The results of this study showed that, in general, the distribution of those three cajuput oil species mostly in Yanggandur area. They are mainly concentrated around the Yanggandur village, Mbembi village, Wasur village and Sota village. Those species were mostly found around wamps, especially in the Sermayam, Rawa Buaya and Rawa Biru. The total area of those three species was 103,011.75 ha, which was dominated by A.symphyocarpa (8.30% of the total area of the NP), followed by M.cajuputi (8.27% of the total area of the NP) and M.viridiflora (7.03% of the total area of the NP). In general, A. symphyocarpa dominantly grow on type of Kambisol soil, where as M.cajuputi and M.viridi flora dominantly grow on soils type of Kambisol and Gleysol

    Pengawetan Kayu Ganitri dan Mahoni melalui Rendaman Dingin dengan Bahan Pengawet Boric Acid Equivalent

    No full text
    Dalam rangka meningkatkan masa pakai kayu jenis ini, penelitian mengenai pengawetan kayu dengan larutan Boric Acid Equivalent (BAE) 10 % melalui perendaman dingin telah dilakukan. Sampel kayu ganitri (Elaeocarpus ganitrus) dan mahoni (Swietenia mahogany) berasal dari hutan rakyat di Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya. Perlakuan yang diterapkan adalah tebal kayu (2,5 cm, 5 cm, 7,5 cm dan 10 cm) dan lama perendaman (3 hari, 5 hari dan 7 hari). Parameter yang diamati adalah retensi dan penetrasi bahan pengawet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan tebal kayu dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap retensi dan penetrasi bahan pengawet BAE pada kayu ganitri maupun mahoni. Tingkat retensi dan penetrasi bahan pengawet BAE pada kayu ganitri memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada semua perlakuan. Sedangkan pada jenis mahoni, tingkat penetrasi bahan pengawet BAE memenuhi standar SNI untuk semua perlakuan, namun tingkat retensi  hanya  memenuhi  standar  SNI  pada  ketebalan  kayu  2,5  cm  dan  5  cm  pada  semua perlakuan lama perendaman. Pada ketebalan kayu mahoni yang lebih tinggi, lama perendaman sampai 7 hari belum dapat mecapai retensi yang memenuhi standar SNI. Berdasarkan hasil analisis, pengawetan dengan menggunakan BAE 10 % yang direkomendasikan adalah lama perendaman 3 hari pada semua ketebalan kayu ganitri, dan ketebalan kayu 2,5 dan 5 cm pada kayu mahoni
    corecore