270 research outputs found
Recommended from our members
Cellular interaction of folic acid conjugated superparamagnetic iron oxide nanoparticles and its use as contrast agent for targeted magnetic imaging of tumor cells
The purpose of the study was to develop tumor specific, water dispersible superparamagnetic iron oxide nanoparticles (SPIONs) and evaluate their efficacy as a contrast agent in magnetic resonance imaging (MRI). We have developed SPIONs capped with citric acid/2-bromo-2-methylpropionic acid which are compact, water dispersible, biocompatible having narrow range of size dispersity (8–10 nm), and relatively high T2 relaxivity (R2 = 222L · mmol−1 · sec−l). The targeting efficacy of unconjugated and folic acid-conjugated SPIONs (FA-SPIONS) was evaluated in a folic acid receptor overexpressing and negative tumor cell lines. Folic acid receptor-positive cells incubated with FA-SPIONs showed much higher intracellular iron content without any cytotoxicity. Ultrastructurally, SPIONs were seen as clustered inside the various stages of endocytic pathways without damaging cellular organelles and possible mechanism for their entry is via receptor mediated endocytosis. In vitro MRI studies on tumor cells showed better T2-weighted images in FA-SPIONs. These findings indicate that FA-SPIONs possess high colloidal stability with excellent sensitivity of imaging and can be a useful MRI contrast agent for the detection of cancer
PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN PERSPEKTIF MASYARAKAT PANTAI PINTU KOTA DAN PANTAI AIRLOUW MENUJU KOTA AMBON ZERO WASTE
Sampah menjadi perhatian serius karena produksinya mengalami peningkatan drastis setiap tahunnya. Zero wastemerupakan pemahaman yang lebih dari sekedar mendaur ulang sampah, tapi juga mencakup pencegahan dan pengurangan sampah. Kota Ambon merupakan pusat perkembangan pendidikan, jasa perdaangan dan pusat pemerintahan yang sangat aktif dalam peningkatan volume sampah karena kegiatan yang sangat bermacam-macam. Alat yang digunakan adalah ATK dan kuesioner sebagai bahan wawancara. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu Pantai Pintu Kota, Desa Latuhalat dan Pantai Airlouw, Desa Airlouw, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon pada Agustus 2023 dengan metode wawancara. Analisis data yang dilakukan adalah secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan software Microsoft Excel. Data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap analisis yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan menggunakan Microsoft Word. Aspek yang diwawancarai diantaranya adalah pengetahuan, perilaku dan ketersediaan sarana dalam hal pengelolaan sampah. Pada umumnya masyarakat pada kedua lokasi telah memahami dengan baik tentang pentingnya pengelolaan sampah, hanya saja bantuan tetap diperlukan dalam hal penyediaan tempat sampah, sosialisasi terkait pengelolaan sampah terstruktur mulai dari pemilahan sampah sampai dengan digunakan kembali.Sampah menjadi perhatian serius karena produksinya mengalami peningkatan drastis setiap tahunnya. Zero wastemerupakan pemahaman yang lebih dari sekedar mendaur ulang sampah, tapi juga mencakup pencegahan dan pengurangan sampah. Kota Ambon merupakan pusat perkembangan pendidikan, jasa perdaangan dan pusat pemerintahan yang sangat aktif dalam peningkatan volume sampah karena kegiatan yang sangat bermacam-macam. Alat yang digunakan adalah ATK dan kuesioner sebagai bahan wawancara. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu Pantai Pintu Kota, Desa Latuhalat dan Pantai Airlouw, Desa Airlouw, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon pada Agustus 2023 dengan metode wawancara. Analisis data yang dilakukan adalah secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan software Microsoft Excel. Data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap analisis yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan menggunakan Microsoft Word. Aspek yang diwawancarai diantaranya adalah pengetahuan, perilaku dan ketersediaan sarana dalam hal pengelolaan sampah. Pada umumnya masyarakat pada kedua lokasi telah memahami dengan baik tentang pentingnya pengelolaan sampah, hanya saja bantuan tetap diperlukan dalam hal penyediaan tempat sampah, sosialisasi terkait pengelolaan sampah terstruktur mulai dari pemilahan sampah sampai dengan digunakan kembali
Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun Permot (Passiflora foetida L.) dengan Parameter Delayed Type Hypersensitivity
Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat mengatur atau menyeimbangkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik, baik melalui mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek imonomodulator ekstrak etanol daun permot (Passiflora foetida L.) dengan parameter Delayed Type Hypersensitivity. Penelitian ini menggunakan 15 ekor mencit jantan dibagi dalam 5 kelompok yang terdiri dari 3 ekor mencit. Kelompok I sebagai kelompok normal (tanpa perlakuan), kelompok II (diinduksi SDMD 10% v/v), kelompok III, IV dan V (kelompok perlakuan) yang diberi EEDP dengan dosis masing-masing 0,4 g/KgBB, 0,8 g/KgBB dan 1,2 g/KgBB. Pemberian sediaan uji diberikan secara oral selama 7 hari. Pada hari ke-3 dan hari ke-7, hewan uji diinduksi dengan SDMD 10% v/v secara intraperitonial danintraplantar. Pengamatan dilakukan dengan mengukur perubahan volume kaki mencit pada jam ke-4, ke-24 dan ke-48. Data penelitian diolah secara statistik dengan metode Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney, diperoleh bahwa kelompok EEDP dosis 0,4 g/KgBB, 0,8 g/KgBB, dan 1,2 g/KgBB menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa EEDP dapat memberikan efek imunomodulator dengan dosis efektif 0,4 g/KgBB, 0,8 g/KgBB, dan 1,2 g/KgBB
Potensi Sediaan Mouthwash Ekstrak Kulit Buah Pinang (Areca catechu L.) sebagai Antibakteri Streptococcus mutans
Areca nut husk (Areca catechu L.) contains chemical compounds such as tannins, flavonoids and alkaloids, which are basically compounds that play a role in inhibiting bacterial growth. The purpose of this study was to formulate a mouthwash preparation of areca nut husk extract (Areca catechu L.) and to determine the activity of the preparation based on antibacterial activity against the growth of Streptococcus mutans bacteria. The formulation consisted of negative control (K-), positive control (K+) and samples of areca nut husk extract (Areca catechu L.) with concentrations of 5%, 10% and 15% respectively. Parameters observed in this study included pH test, viscosity test, cycling test, and preparation activity test. The results showed that areca fruit peel had an inhibition of 9.1 mm (F1), 10.5 mm (F2), 12.4 mm (F3). The conclusion that Areca nut husk extract (Areca catechu L.) can be formulated into physically and chemically stable mouthwash preparations, and mouthwash preparations from Areca nut shell extract (Areca catechu L.) have antibacterial activity in inhibiting the growth of Streptococcus mutans bacteria.
Kulit buah pinang (Areca catechu L.) memiliki kandungan senyawa kimia berupa tannin, flavonoid dan alkaloid, yang pada dasarnya merupakan senyawa yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan mouthwash ekstrak kulit buah pinang (Areca catechu L.) dan untuk mengetahui aktivitas sediaan berdasarkan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Formulasi terdiri dari kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+) dan sampel ekstrak kulit buah pinang (Areca catechu L.) dengan masing-masing konsentrasi 5%,10% dan 15%. Parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain uji pH, uji viskositas, cycling test, dan uji aktivitas sediaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kulit buah pinang memiliki daya hambat sebesar 9,1 mm (F1), 10,5 mm (F2), 12,4 mm (F3). Kesimpulan bahwa ekstrak kulit buah pinang (Areca catechu L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan mouthwash yang stabil secara fisika dan kimia, serta sediaan mouthwash dari ekstrak kulit buah pinang (Areca catechu L.) memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
Physical activity but not sedentary activity is reduced in primary Sjögren’s syndrome
The aim of the study was to evaluate the levels of physical activity in individuals with primary Sjögren’s syndrome (PSS) and its relationship to the clinical features of PSS. To this cross-sectional study, self-reported levels of physical activity from 273 PSS patients were measured using the International Physical Activity Questionnaire-short form (IPAQ-SF) and were compared with healthy controls matched for age, sex and body mass index. Fatigue and other clinical aspects of PSS including disease status, dryness, daytime sleepiness, dysautonomia, anxiety and depression were assessed using validated tools. Individuals with PSS had significantly reduced levels of physical activity [median (interquartile range, IQR) 1572 (594–3158) versus 3708 (1732–8255) metabolic equivalent of task (MET) × min/week, p < 0.001], but similar levels of sedentary activity [median (IQR) min 300 (135–375) versus 343 (223–433) (MET) × min/week, p = 0.532] compared to healthy individuals. Differences in physical activity between PSS and controls increased at moderate [median (IQR) 0 (0–480) versus 1560 (570–3900) MET × min/week, p < 0.001] and vigorous intensities [median (IQR) 0 (0–480) versus 480 (0–1920) MET × min/week, p < 0.001]. Correlation analysis revealed a significant association between physical activity and fatigue, orthostatic intolerance, depressive symptoms and quality of life. Sedentary activity did not correlate with fatigue. Stepwise linear regression analysis identified symptoms of depression and daytime sleepiness as independent predictors of levels of physical activity. Physical activity is reduced in people with PSS and is associated with symptoms of depression and daytime sleepiness. Sedentary activity is not increased in PSS. Clinical care teams should explore the clinical utility of targeting low levels of physical activity in PSS
EDUKASI KESEHATAN MENGENAI BAHAYA OBESITAS PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA WAIMITAL
Obesitas merupakan kondisi keadaan penumpukan lemak berlebih atau tidak normal dalam tubuh. Wilayah pesisir berkembang pesat karena memiliki akses yang mudah serta biaya hidup yang lebih rendah dibandingkan daerah daratan, sehingga menjadikannya tujuan utama migrasi penduduk. Salah satu kawasan pesisir yang mengalami hal ini adalah Desa Waimital, yang terletak di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, dengan prevalensi obesitas pada ibu rumah tangga mencapai 33,53%. Data ini menunjukkan bahwa obesitas lebih banyak terjadi pada wanita, terutama ibu rumah tangga. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi kesehatan mengenai bahaya obesitas pada ibu rumah tangga di Desa Waimital. Kegiatan ini dilakukan dengan metode observasional dan wawancara, yang kemudian dilanjutkan dengan edukasi tatap muka (fase ke fase) menggunakan media pamflet. Materi edukasi yang disampaikan meliputi pengertian obesitas, tanda-tanda dan gejalanya, faktor penyebab obesitas yang terdiri dari faktor perilaku dan non-perilaku, bahaya obesitas yang bisa menyebabkan komplikasi, serta cara-cara pencegahannya. Hasilh dari kegiatan ini menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih memahami bahaya obesitas dan pentingnya pencegahan sejak dini
BHPR research: qualitative1. Complex reasoning determines patients' perception of outcome following foot surgery in rheumatoid arhtritis
Background: Foot surgery is common in patients with RA but research into surgical outcomes is limited and conceptually flawed as current outcome measures lack face validity: to date no one has asked patients what is important to them. This study aimed to determine which factors are important to patients when evaluating the success of foot surgery in RA Methods: Semi structured interviews of RA patients who had undergone foot surgery were conducted and transcribed verbatim. Thematic analysis of interviews was conducted to explore issues that were important to patients. Results: 11 RA patients (9 ♂, mean age 59, dis dur = 22yrs, mean of 3 yrs post op) with mixed experiences of foot surgery were interviewed. Patients interpreted outcome in respect to a multitude of factors, frequently positive change in one aspect contrasted with negative opinions about another. Overall, four major themes emerged. Function: Functional ability & participation in valued activities were very important to patients. Walking ability was a key concern but patients interpreted levels of activity in light of other aspects of their disease, reflecting on change in functional ability more than overall level. Positive feelings of improved mobility were often moderated by negative self perception ("I mean, I still walk like a waddling duck”). Appearance: Appearance was important to almost all patients but perhaps the most complex theme of all. Physical appearance, foot shape, and footwear were closely interlinked, yet patients saw these as distinct separate concepts. Patients need to legitimize these feelings was clear and they frequently entered into a defensive repertoire ("it's not cosmetic surgery; it's something that's more important than that, you know?”). Clinician opinion: Surgeons' post operative evaluation of the procedure was very influential. The impact of this appraisal continued to affect patients' lasting impression irrespective of how the outcome compared to their initial goals ("when he'd done it ... he said that hasn't worked as good as he'd wanted to ... but the pain has gone”). Pain: Whilst pain was important to almost all patients, it appeared to be less important than the other themes. Pain was predominately raised when it influenced other themes, such as function; many still felt the need to legitimize their foot pain in order for health professionals to take it seriously ("in the end I went to my GP because it had happened a few times and I went to an orthopaedic surgeon who was quite dismissive of it, it was like what are you complaining about”). Conclusions: Patients interpret the outcome of foot surgery using a multitude of interrelated factors, particularly functional ability, appearance and surgeons' appraisal of the procedure. While pain was often noted, this appeared less important than other factors in the overall outcome of the surgery. Future research into foot surgery should incorporate the complexity of how patients determine their outcome Disclosure statement: All authors have declared no conflicts of interes
- …
