9 research outputs found

    Suplementasi Makanan Tambahan Tinggi Protein Hewani, Kalsium Dan Zinc Pada Anak Umur 6-24 Bulan Sebagai Upaya Peningkatan Panjang Badan Anak

    Get PDF
    The results of the 2021 Basic Health Research (Riskesdas) of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia that stunting prevalence in five-year-old children is 24.4%. Children who are stunted until the age of 5 years will be difficult to overcome so it will continue into adulthood and can increase the risk of offspring with low birth weight. Stunting will cause long-term impacts, namely impaired physical, mental, intellectual, and cognitive development. This research method used an experimental design by providing food in the form of 50,0 g of nuggets every day for 6 weeks as high supplements in animal protein, calcium,and zinc. The subjects of this research were children aged 6-24 months, the subjects were randomly assigned. The number of samples based on the calculation of the sample size was 30 children. The results showed that before the intervention was given to the treatment subjects, the average height was 79,6 ± 4,8 cm and after the treatment was given, the average height was 80,01±4,9 cm. Based on the results of the paired t-test there was a significant difference in height of 0,41 ± 0,26 cm (p = 0,000). For initial body weight or before being given treatment to the treatment subjects, there was an average body weight of 10,1 ± 1,5 kg and after being given treatment, the average body weight was 10,3±1,5 kg, there was no difference (p = 0,082) of body weight after being given supplementation. As a suggestion, it is necessary to develop a more varied form of food so that all age groups of infants and children can consume high supplements in animal protein, calcium and zinc.   &nbsp

    Faktor Jarak, Keuntungan Usahatani Tebu dan Pengembangan Komoditas Lain Terhadap Berkurangnya Lahan Pertanian Tebu di Kecamatan Perak dan Kecamatan Gudo

    Get PDF
    Novita MeilinasariMahasiswa S1 Pendidikan Geografi, [email protected]. Hj. Sri Murtini,M.Si.Dosen Pembimbing MahasiswaAbstrakKebutuhan akan gula dari tahun ketahun semakin meningkat, namun pertanian tebu di Kecamatan Perak dan KecamatanGudo dari tahun ketahun secara terus menerus berkurang lahan pertaniannya. Itu tidak sesuai dengan kebutuhanpermintaan gula yang semangkin meningkat. Oleh karena itu peneliti mengadakan penelitian untuk mengetahui faktorjarak, keuntungan usahatani tebu, dan pengembangan komoditas lain terhadap berkurangnya lahan pertanian tebu. Tujuandari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh faktor jarak, keuntungan usahatani tebu dan pengembangankomoditas lain terhadap berkurangnya lahan pertanian tebu di Kecamatan Perak dan Kecamatan Gudo KabupatenJombang, serta untuk mengetahui apa ada perbedaan jarak lahan pertanian ke pabrik gula dan keuntungan usahatani tebudi Kecamatan Perak dan Kecamatan Gudo. Jenis penelitian ini adalah survei dengan mengambil sampel kecamatan yangberkurang lahan pertanian tebunya, yaitu Kecamatan Perak dan Kecamatan Gudo. Jumlah populasi 183 untuk KecamatanPerakdan 137 untuk Kecamatan Gudo, dengan sampel sebanyak, 43 Kecamatan Perak dan 33 Kecamatan Gudo. Sampeluntuk masing-masing kecamatan diambil secara proporsional. Pengumpulan data diperoleh dengan teknik observasi,dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan frekuensi danprosentase,sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan uji t dua sampel bebas (Independent Samples T-Test). Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa (1) jarak lahan Pertanian di Kecamatan Perak ke pabrik gula antara 6-9 km sebesar20,93 % sedangkan jarak antara 10-14 sebesar 79,07 %, Sedangkan di Kecamatan Gudo jarak lahan pertanian tebu kepabrik guka antara 6-9 km sebesar 15,15 %, sedangkan jarak antara 10-14 km sebesar 84,85 %. (2) keuntungan usahatanitebu di Kecamatan Perak rata-rata rendah sebesar Rp. 10.629.080 per tahun, sedangkan di Kecamatan Gudo rata-ratakeuntungan usahatani tebu yang diperoleh petani sebesar Rp. 10.895.861 per tahun. (3) pengembangan komoditas lainlebih menguntungkan, petani di Perak memperoleh untuk sekali tanam padi berkisar Rp. 14.503.000,00 dan untuk tanamanjagung berkisar Rp. 12.950.000,00 per musim tanam sedangkan di Kecamatan Gudo keuntungan yang diperoleh petanidalam menanam padi untuk sekali tanam berkisar Rp. 13.503.000,00 dan untuk tanaman kedelai berkisar Rp. 8.638.000,00sedangkan untuk jagung berkisar Rp. 12.000.000,00 per musim tanam. (4) tidak ada perbedaan yang signifikan antara jaraklahan pertanian tebu di Kecamatan Perak dengan Kecamatan Gudo. (5) tidak ada perbedaan yang signifikan terhadapkeuntungan usahatani tebu antara Kecamatan Perak dan Kecamatan Gudo.Kata kunci: pertanian, tanaman tebu, keuntungan, dan komoditas lainAbstractThe need for sugar is increasing from year to year, but the sugar cane farms in Perak district and subdistrict Gudo fromyear to year is continuously reduced farmland. It does not fit the needs of the ever increasing demand for sugar. Therefore,researchers conducted a study to determine the distance factor, sugarcane farming profits, and other commodities to thedevelopment of reduced sugar cane farms.The purpose of this study was to determine the effect of the distance factor,sugarcane farming profits and other commodities to the development of reduced cane farms in Perak district andsubdistrict Gudo Jombang, as well as to know what the distance is no difference farmland to plant sugar cane and farmprofits in District silver and District Gudo.This type of research is to take a sample survey districts reduced sugarcanefarmland, the District and District Silver Gudo. Total population of District 183 for Silver and 137 for sub Gudo, with asample, 43 Silver and 33 Sub District Gudo. Samples for each district are taken in proportion. Collecting data obtained byobservation, documentation, and interviews. The data analysis technique used is quantitative descriptive frequencies andpercentages, whereas quantitative data analysis using independent two-sample t test (Independent Samples T-Test).Resultsof this study indicate that (1) distance in the District Agricultural land to plant sugar Perak between 6-9 miles at 20.93%,the distance between 10-14 for 79.07%, while in the District of Gudo distance to plant sugar cane farms guka between 6-9miles at 15.15%, the distance between 10-14 km at 84.85%. (2) the advantages of sugarcane farming in Perak districtaverage low of Rp. 10,629,080 per year, while in District Gudo average sugarcane farming benefits farmers earned Rp.10,895,861 per year. (3) development of other commodities more profitable, farmers in Perak obtained for all the riceplanting around Rp. 14,503,000.00 and for corn ranged from Rp. 12,950,000.00 per growing season, while in DistrictGudo benefits farmers grow rice for planting all around Rp. 13,503,000.00 for soybean plants ranges from Rp.8,638,000.00 and for corn ranged from Rp. 12,000,000.00 per growing season. (4) there was no significant differencebetween the distance of sugarcane farms in Perak District with District Gudo. (5) there was no significant differencebetween the benefits of sugarcane farming district and District Silver Gudo.Keywords: agriculture, sugarcane, profits, and other commoditie

    The Role of Intake of Energy, Protein and Parenting with Nutrition Status of Age 12 - 24 Months in Southern Meruya, West Jakarta

    Full text link
    Age 0-24 months is a period of rapid growth and development so often called the golden period as well as the critical period. The problem of growth disorders in infants and children under two years (baduta) needs to be addressed seriously. Therefore, every baby and child 12-24 months of age must get nutrition in accordance with their needs. The purpose of this study was to determine the role of energy intake, protein intake and parenting patterns with nutritional status of children aged 12-24 months in Meruya Selatan Village, West Jakarta. Cross Sectional research design. Population 400 toddlers. Sampling in this research using Stratified Random Sampling technique. The sample was 200 respondents. The study showed that the average energy intake of toddlers was 989.18 Calories. Most intake of fat is enough that is 69,5% (139 Balita) while fat intake is included in less category that is 30,5% (61 under five). Most of the pattern of care in the good category that is 83% (166 children under five), while for not good category that is 17% (34 children under five). There was a relationship between energy intake (p = 0,000, r = -0.290), fat intake (p = 0.049; r = 0.139), parenting pattern (p = 0.036; r = -0.148) with nutritional status of children aged 12-24 months in Meruya Selatan Village, West Jakarta. There is a relationship between energy intake, fat intake and parenting pattern with nutritional status of children aged 12-24 months in Meruya Selatan Village, West Jakarta

    The Consumption, Physical Activity, and Nutrition Status to Blood Cholesterol of Participants in Posbindu Anggrek Rosalina, Cibodas Baru, Tangerang

    Full text link
    One of the changes with increasing age is the increase in total blood cholesterol levels. The purpose of this research is to know the relationship of  the consumption level of (energy, fat, and cholesterol), physical activity, and nutritional status with total blood cholesterol of the participants of Posbindu Anggrek Rosalina 45-59 years old  in Kelurahan Cibodas Baru Tangerang City 2015.This research use cross sectional design with population of all participants Posbindu Anggrek Rosalina age 45-59 years Kelurahan Cibodas Baru Tangerang City Year 2015. Sampling using purposive sampling technique and obtained 41 respondents. The results showed that average energy consumption was 1806.38 Calories / day, fat consumption level 71.84 gr / day, cholesterol consumption 238.87 mg / day, physical activity 1.49, nutritional status (BMI)  25.70 (overweight), and total blood cholesterol 212.66 mg / dl.Pearson correlation test showed that there was a significant correlation between energy consumption level (p = 0.045 <α = 0.05), fat consumption level (p = 0.039 <α = 0.05), and cholesterol consumption level (p = 0.016 <α = 0.05) with total blood cholesterol levels. There was no significant relationship between physical activity (p = 0.273> α = 0.05), whereas there was no correlation between nutritional status (p = 0.597> α = 0.05) with total blood cholesterol level

    Hubungan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP), IMT dan kontribusi asupan garam dari makanan jajanan dengan tekanan darah pada remaja

    No full text
    Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi adalah obesitas. Obesitas dapat ditentukan melalui pengukuran antropometri seperti indeks massa tubuh (IMT), dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP). Di Indonesia, penelitian yang mempelajari indikator obesitas dan hubungannya dengan hipertensi masih terbatas. Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada kelompok remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan (RLPP), (IMT) dengan tekanan darah. Sampel adalah siswa/siswi SMU N 6 Jakarta Selatan yang diambil secara random berjumlah 129 orang. Tekanan darah diukur dengan alat “Sphygmomanometer”. Data antropometri meliputi (IMT),(RLPP), Lingkar Lengan Atas (LLA). Asupan garam diukur dengan metode “Food Frequency Questionnaire” (FFQ) dan Food Recall 1 x 24 jam. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi atau Rank Spearman. Prevalensi hipertensi sebesar 19 %. Nilai rata-rata RLPP pada sampel pria 0,88 dan pada wanita 0,80. Nilai rata-rata IMT 21,5 . Nilai rata-rata tekanan darah sistolik 106,83 mmHg dan tekanan darah diastolik 73,18 mmHg. Hasil uji statistiK menunjukan ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah p=0.00. Untuk asupan natrium yang berhubungan dengan tekanan darah Diastolik p=0.022. Untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan kemudian hari maka perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya mencapai berat badan normal

    PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH PEMAPARAN BISING DI DEPO LOK SMC PT.KERETA API (PERSERO) DAOP IV SEMARANG

    Get PDF
    Lingkungan kerja yang bising mempengaruhi produktivitas optimal tenaga kerja. Intensitas bunyi yang melebihi 85 dB(A) tidak saja mengganggu produktivitas tetapi juga membahayakan kesehatan. Pada bagian pemeliharaan lokomotif, faktor penyebab kebisingan yang utama adalah berasal dari mesin lokomotif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah pemaparan bising di Depo Lok Smc PT. Kereta Api(Persero) Daop IV Semarang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 50 orang dan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah 22 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory dan metode yang digunakan cross sectional. Analisa statistik menggunakan uji Wilcoxon Match Pair Test. Dari hasil penelitian menunjukkan intensitas kebisingan sebesar 82,1dB(A), 82,4dB(A) dan 92,4dB(A). Berdasarkan hasil uji statistik untuk tekanan arteri rata-rata sebelum dan sesudah bekerja hari I didapatkan hasil nilai p = 0,001(p<0,05), pada hari II nilai p = 0,0001(p<0,05) dan pada hari III nilai p = 0,0001(p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja yang bermakna sebelum dan sesudah pemaparan bising di Depo Lok Smc PT. Kereta Api(Persero) Daop IV Semarang. Saran yang dapat diajukan pada pihak perusahaan adalah mewajibkan tenaga kerja menggunakan alat pelindung selama melakukan pekerjaan dan pemberian waktu istirahat satu jam setelah empat jam bekerja. Kata Kunci: Tekanan Darah, Kebisingan, Teknisi Lokomotif DIFFERENCE OF BLOOD PRESSURE LABOUR BEFORE AND AFTER NOISY PRESENTATION AT DEPO LOK SMC PT. KERETA API(PERSERO) DAOP IV SEMARANG Work noise environmental may influence optimal productivity of labour. Sound intensity exceeding 85 dB(A) not only bother productivity but also endanger health. In the conservancy of locomotif. Main cause of noise is coming from locomotif machine. This research aim to know difference of labour blood pressure before and after noisy presentation at Depo Lok Smc PT. Kereta Api(Persero) Daop IV Semarang. The population in this research are 50 people and sample which fulfil inclusion criteria are 22 people. Type of research is explanatory and methode that have been used is cross sectional. Statistical analysis use test of Wilcoxon Match Pair Test. From the research result shows that noise intensity equal to 82,1dB(A), 82,4dB(A) and 92,4 dB(A). Based on statistical result for the pressure of mean artery before and after working on first day the score of p value = 0,001(p<0,05), on the second day the score of p value = 0,0001(p<0,05) and on the third day the score of p value = 0,0001(p<0,05). Based on that result shows that there is significant difference of labour blood pressure before and after noise presentation at Depo Lok Smc PT. Kereta Api(Persero) Daop IV Semarang. The suggestion to the company are obliging labour to use ear protector during work and giving breaktime one hour after four hour of working. Keyword: Blood pressure, Noise, Locomotif Technicia

    Analisis Sikap dan Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Beras Kemasan Produksi Kelompok Tani “Tunas Baru III” di Desa Kerjen, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar

    No full text
    Produsen beras kemasan Kelompok Tani (Poktan) “Tunas Baru III” merupakan kelompok tani yang mampu mengelola usahatani padi menjadi berkembang dengan dihasilkannya produk beras kemasan cap “Burung Hantu”. Melalui program Corporative Farming, petani akan diuntungkan dengan berbagai pihak steakholder yang terlibat seperti pemerintah dan swasta. Beras menjadi salah satu komoditas yang dikembangkan karena menjadi komoditas unggulan di Desa Kerjen. Selain itu, beras merupakan pangan pokok yang cukup dominan dikalangan masyarakat. Perilaku makanan pokok sehari – hari seperti beras, dilandasi oleh kebiasaan makan (food habit), kebiasaan inilah yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih beras, terutama dari segi mutu, cita rasa, kandungan gizi, aspek kesehatan, dan harga. Beras kini tidak hanya tersedia dalam bentuk curah namun berbagai jenis beras dengan kemasan bermerk telah banyak diminati oleh konsumen. Adanya pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian terhadap suatu produk tertentu juga dipegaruhi oleh sikap individu itu sendiri dan orang lain sebagai kelompok referensi. Tujuan dari penelitian ini (1) menganalisis atribut – atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap beras kemasan, (2) menganalisis hubungan sikap dan perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian beras kemasan cap “Burung Hantu”. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis atribut yaitu uji Cochran Q Test, sedangkan untuk analisis sikap menggunakan Model Sikap Multiciri Fishbien dan Theory of reasoned action digunakan untuk menganalisis maksud perilaku konsumen. Hasil penelitian ini adalah bahwa dari 12 atribut yaitu desain, kemasan, merek, gambar logo, warna beras, bentuk bulir beras, daya tahan beras, aroma beras, dan harga beras, layanan pembelian, ketersediaan beras, dan varietas beras, dan varietas beras hanya 7 atribut yang lolos uji Cochran Q Test. Atribut tersebut yaitu kemasan, merek, warna beras, bentuk bulir beras, daya tahan beras, aroma beras, dan harga beras yang dipertimbangkan oleh konsumen sebagai dasar untuk menentukan sikap terhadap produk beras cap “Burung Hantu”. Hasil analisis sikap menunjukkan rata – rata konsumen mempunyai sikap positif terhadap produk beras kemasan cap “Burung Hantu” dan maksud perilaku terhadap produk yaitu “Bermaksud untuk membeli”. Ada juga konsumen yang mempunyai sikap positif namun maksud dari perilakunya ragu-ragu, sehingga dapat disimpulkan dengan sikap positif tidak selalu diikuti dengan maksud untuk membeli. Untuk produsen beras kemasan cap “Burung Hantu” diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mempertahankan atribut yang menjadi dipertimbangan konsumen. Serta untuk penelitian selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam mengenai perilaku konsumen terhadap beras cap “Burung Hantu”

    Relationship between Early Initiation Breastfeeding, Exclusive Breastfeeding, Complementary Feeding, and Nutritional Education with Nutritional Status of Children under Three years

    No full text
    Introduction: Nutritional status according to the height-to-age index was influenced by many factors, such as maternal or child factors. Now, the government’s nutrition program focuses on the problem of malnutrition in toddlers, especially stunting. The study aimed to determine the relationship between a history of early initiation breastfeeding, exclusive breastfeeding, complementary feeding, and nutrition education with the nutritional status of toddlers according to height-to-age index
    corecore