12 research outputs found

    Uji Stabilitas Krim Antibakteri Ekstrak Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinale Roscoe)

    Get PDF
    Jahe Gajah (Zingiber offinale Roscoe) telah lama dipergunakan sebagai tanaman obat seperti dalam pengobatan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kestabilan sediaan krim antibakteri ekstrakĀ  jahe gajah yang memiliki aktivitas antibakteri. Sampel jahe gajah diekstraksi dengan metode maserasi, dilanjutkan formulasi sediaan krim yang selanjutnya dilakukan pengujian stabilitas sediaan dengan menggunakan metode cycling test dengan melalukan pengamatan beberapa parameter meliputi organoleptic, homogenitas, pH, dan daya sebar. Hasil penelitian sediaan krim ekstrak jahe gajah (Zingiber offinale Roscoe) didapatkan stabil selama pengujian

    PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUAH ALPUKAT TONGAR (Persea americana Mill)

    Get PDF
    ABSTRAK Alpukat (Persea americana Mill) merupakan buah yang banyak disukai oleh masyarat Indonesia dengan rasanya yang gurih tidak manis dan tidak asam, teksturnya daging buah alpukat seperti mentega. Tingkat kematangan alpukat sangat mempengaruhi umur simpan buah dan sangat menentukan rasa dari buah tersebut. Alpukat yang dipanen sebelum kematangan fisilogis maka kualitas dan nilai gizinya kurang baik. Alpukat termasuk kategori buah klimaterik, artinya buah yang setelah dipanen masih mengalami produksi gas etilen. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan pasca panen yang tepat agar dapat memperpanjang umur simpan buah alpukat seperti menyimpan buah pada suhu dingin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan dan suhu penyimpanan terhadap mutu buah alpukat Tongar. Penelitian ini menggunakan alpukat grade A dengan 1 kali ulangan diperlukan 99 sampel terdiri dari 9 buah sampel destruktif dan 90 buah sampel non destruktif. Total sampel untuk 3 kali ulangan yaitu 297 sampel. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan analisis data menggunakan RAL faktorial. Pengolahan data dilakukan dengan aplikasi R studio. Pada penelitian ini alpukat disimpan pada suhu 10 oC, 15 oC dan suhu ruang (kontrol) dengan tingkat kematangan yang digunakan yaitu 180 hari, 195 hari dan 210 hari. Berdasarkan penelitian, tingkat kematangan dan suhu penyimpanan berpengaruh terhadap susut bobot, laju respirasi, total padatan terlarut, warna, kekerasan, ion leakage dan chilling injury yang disimpan. Suhu 10 oC dengan tingkat kematangan 180 hari merupakan parameter mutu terbaik dalam mempertahankan umur simpan buah alpukat Tongar. Kata kunci: Alpukat, Klimaterik, Ion Leakage, Chilling Injury

    Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Gel Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa L. ) dengan Variasi Trietanolamin terhadap Bakteri Propionibacterium Acne

    Get PDF
    Brotowali (Tinospora crispa L.) merupakan tumbuhan obat herbal dar family menispermaceae. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan gel dari ekstrak batang brotowali , yang memiliki aktivitas antibakteri serta stabilitas yang baik. Metode penelitian menggunakan metode eksperimental laboratorium.Formulasi sediaan gel, kemudian dilakukan evaluasi sediaan gel, pengujian stabilitas dengan metodecycling test, serta pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumuran terhadap bakteri P.acnes. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sediaan gel yang mengandung ekstrak batang brotowali sebesar 15% dengan variasi TEA 2%, 2,5% dan 3% memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. acnes yang ditunjukkan dengan terbentuknya diameter zona hambat sebesar 7,5 mm, 8,4 mm dan 9,5 mm

    FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UNSAFE ACTS PADA PROYEK TRANSMISI SUTT 150 KV MATOPAS: Factors Related to Unsafe Acts in Transmission Project of SUTT 150 KV MATOPAS

    Get PDF
    Konstruksi menjadi salah satu sektor industri terbesar dan paling cepat perkembangannya namun memiliki risiko kerja yang tinggi dan memiliki angka kecelakaan kerja yang tinggi. Kecelakaan kerja disebabkan oleh kesalahan manusia yang berperilaku tidak aman (unsafe acts) pada saat bekerja sehingga akan mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan. Unsafe acts merupakan kegagalan manusia dalam mengikuti prosedur kerja atau menyimpang dari cara kerja yang benar sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pengetahuan K3, sikap, pengawasan K3, dan kepatuhan menggunakan APD dengan perilaku tidak aman (unsafe acts) pada pekerja proyek pembangunan jaringan transmisi SUTT 150 kV Mamuju Baru-Topoyo Sulawesi Barat. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode cross sectional. Penelitian dilakukan di proyek pembangunan jaringan transmisi SUTT 150 kV Mamuju Baru-Topoyo Sulawesi Barat pada bulan Desember 2020. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 86 orang. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan perilaku tidak aman dengan nilai (p=0,081). Terdapat hubungan antara pengetahuan K3 (p=0,008), sikap (p=0,000), pengawasan K3 (p=0,047), dan kepatuhan menggunakan APD (p=0.001) terhadap perilaku tidak aman. Penelitian ini menyarankan untuk memberikan pelatihan K3 pada pekerja, memasang safty sign di lokasi kerja, menambah personil di bagian K3, menyediakan APD dengan lengkap, dan meningkatkan kesadaran dalam menerapkan K3 di lokasi kerja

    Formulasi Serum sebagai Penyembuh Luka Bakar Berbahan Baku Utama Serbuk Konsentrat Ikan Gabus (Channa striatus)

    Get PDF
    Ikan gabus (Channa striatus) diketahui dapat menyembuhkan luka karena mengandung kadar tinggi protein, asam amino esensial dan asam lemak yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat serum sebagai penyembuh luka bakar yang mengandung serbuk konsentrat ikan gabus (Channa striatus) yang telah dibuat gelasi ionik dengan kitosan dan natrium tripolifosfat sebagai zat aktif. Serbuk konsentrat ikan gabus dengan kosentrasi 7,5% (formula 1), 10% (formula 2) dan 12,5% (formula 3). Selanjutnya dibuat menjadi serum dengan menggunakan kolagen dan gelatin sebagai bahan pengental. Sediaan serum yang dihasilkan dikarakterisasi in vitro dan dievaluasi secara in vivo penyembuhan luka bakar derajat dua (deep partial thickness) pada kelinci. Suspensi dan serum yang dihasilkan dikarakterisasi secara fisik maupun kimia. Hasil pengukuran suspensi formula 1, 2 dan 3 adalah sebagai berikut: ukuran partikel berturutā€“turut 42,67-204,23 nm, 70,81-257,11 nm, 128,86-323,68 nm; nilai potensial zeta (+)16,9 mV, (+)18,3 mV, (+)8,4 mV; ketiga formula memiliki partikel berbentuk sferis. Dari hasil uji in vivo dan analisa histologi sediaan serum serbuk konsentrat ikan gabus-kitosan tripolifosfat dapat digunakan sebagai penyembuh luka bakar derajat dua dalam.Snakehead fish (Channa striatus) has been reported can be used for wound healing because contains high amount of protein, essential amino acids and fatty acids that influenced wound healing. This study was performed to formulate serum for burn wound healing contain concentrate powder of snakehead fish (Channa striatus) have been made with gelation ionic using chitosan and sodium tripolyphosphate as an active substances. Concentrate powder of snakehead fish with concentration 7.5% (formula 1), 10% (formula 2) and 12.5% (formula 3). And then formulated to serum using collagen and gelatin as thickening agent. Serum has been formulated, characterized and evaluated in vivo for burn wound healing second degree (deep partial thickness) on rabbits. Suspense and also serums has been characterized by physicochemical. The results showed that nanoparticle suspenses (formula 1, formula 2 and formula 3) have particle size in range 42.67-204.23 nm, 70.81-257.11 nm, 128.86-323.68 nm; zeta potential (+) 16.9 mV, (+) 18.3 mV, (+) 18.4 mV; all of formulas have sferichal particles. In vivo study and analized histology showed that serums from powder concentrate of snakehead fish and chitosan-tripolyphosphate have burn wound healing second degree (deep partial thickness) effect

    Gambaran Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Menggunakan Obat Tradisional di Kecamatan Tinangkung, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah

    Get PDF
    Banyak masyarakat Indonesia yang masih menggunakan obat tradisional sebagai sarana pengobatan, salah satunya karena menjaga tradisi. Desa Baka, Kecamatan Tinangkung, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang juga masih menggunakan obat tradisional untuk pengobatan. Namun, masih sedikit yang menjelaskan data dan latar belakang masyarakat Desa Baka memilih menggunakan obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan penggunaan obat tradisional dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan obat tradisional di Desa Baka.Ā  Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian observasional menggunakan desain Cross Sectional dan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa Baka terkait obat tradisional yang tergolong kategori baik sebesar 7,5%, kategori sedang sebesar 24,2% dan kategori rendah sebesar 68,3%. Tidak ada faktor sosiodemografi yang mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat. Jenis obat tradisional yang paling banyak digunakan adalah rimpang jahe, rimpang kunyit dan daun miana. Pada hasil gambaran penggunaan obat tradisional di Desa Baka menunjukan sumber informasi masyarakat sebagian besar didapatkan dari keluarga secara turun-temurun, diperoleh dengan cara meracik sendiri dan kebanyakan dalam bentuk rebusan. Mayoritas masyarakat tidak memiliki durasi yang pasti dan hanya mengonsumsi obat tradisional jika dirasa perlu saja. Alasan masyarakat Desa Baka memilih obat tradisional kebanyakan karena bahannya terbuat dari bahan alami, mudah didapatkan serta dipercaya ampuh dalam menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Sebanyak 97.5% responden merasa sembuh dan 88.3% tidak merasakan efek samping setelah mengonsumsi obat tradisional. Diperlukan penyuluhan tentang obat tradisional di Desa Baka untuk meningkatkan pengetahuan masyarakatnya terkait obat tradisional

    POTENSI EKSTRAK DAN SKRINING FITOKIMIA Caulerpa sp. SEBAGAI ANTIBAKTERI Vibrio parahaemolyticus DARI PERAIRAN SOCAH, BANGKALAN-MADURA

    Get PDF
    Prevelensi penyakit vibriosis yang menjadi penyebab kegagalan produksi budidaya udang vannamei pada dekade ini disebabkan oleh infeksi bakteri patogen Vibrio parahaemolyticus. Fenomena ini membutuhkan alternatif solusi untuk mengurangi resiko kegagalan panen salah satunya dengan menyediakan herbal kaya senyawa fitokimia berbahan sumberdaya hayati laut sebagai anti bakteri Vibrio parahaemolyticus misalnya anggur laut (Caulerpa sp.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak Caulerpa sp. dan potensi aktivitas antibakteri ekstrak Caulerpa sp. terhadap bakteri Vibrio parahaemolyticus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi cakram dengan media Zobell Agar 2216E. Pengukuran zona hambat menggunakan jangka sorong dengan 3 waktu pengukuran (3x24 jam). Konsentrasi ekstrak Caulerpa sp. yang digunakan yaitu 10.000 ppm, 20.000 ppm, 40.000 ppm, 80.000 ppm, kontrol positif (kloramfenikol), kontrol negatif (aquades) dan kontrol tanpa perlakuan. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak Caulerpa sp. mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid, dan saponin. Aktivitas antibakteri menunjukkan terdapat perbedaan nyata pengaruh konsentrasi ekstrak Caulerpa sp. terhadap Vibrio parahaemolyticus (Sig<0,05). Zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 80.000 ppm (kategori sedang) pada waktu pengamatan 24 jam (diameter zona hambat 4,22 mm Ā±0,22 mm).Prevelensi penyakit vibriosis yang menjadi penyebab kegagalan produksi budidaya udang vannamei pada dekade ini disebabkan oleh infeksi bakteri patogen Vibrio parahaemolyticus. Fenomena ini membutuhkan alternatif solusi untuk mengurangi resiko kegagalan panen salah satunya dengan menyediakan herbal yang kaya senyawa fitokimia berbahan sumberdaya hayati laut sebagai anti bakteri Vibrio parahaemolyticus misalnya anggur laut (Caulerpa sp.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak Caulerpa sp. dan potensi aktivitas antibakteri ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) terhadap bakteri Vibrio parahaemolyticus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi cakram dengan media Zobell Agar 2216E. Pengukuran zona hambat menggunakan jangka sorong dengan 3 waktu pengukuran (3x24 jam). Konsentrasi ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) yang digunakan yaitu 10.000 ppm, 20.000 ppm, 40.000 ppm, 80.000 ppm, kontrol positif (kloramfenikol), kontrol negatif (aquades) dan kontrol tanpa perlakuan. Uji bedanyata setiap konsentrasi terhadap kemampuan antibakteri bakteri dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjut uji Mann-Whitney. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid, dan saponin. Aktivitas antibakteri menunjukkan terdapat perbedaan nyata pengaruh konsentrasi ekstrak anggur laut (Caulerpa sp.) terhadap Vibrio parahaemolyticus (Sig<0.05). Zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 80.000 ppm (kategori sedang) pada waktu pengamatan 24 jam (diameter zona hambat 4.22 mm Ā±0.22 mm). Zona hambat terendah teridentifikasi pada konsentrasi 20.000 ppm (kategori lemah) pada waktu pengamatan 72 jam (diameter zona hambat sebesar 0.52 mm Ā±0.55 mm)

    Formulasi body lotion dari ekstrak lamun dan gonad bulu babi

    Get PDF
    Inovasi body lotion pada dekade ini telah banyak dimodifikasi mengandung senyawa untuk mencegah dampak paparan sinar ultraviolet berupa radikal bebas yang berbahaya bagi kulit. Bahan alami dari laut yang berpotensi sebagai tabir surya pada body lotion adalah ekstrak lamun (Enhalus acoroides) dan gonad bulu babi (Diadema setosum). Tujuan penelitian adalah menentukan kombinasi ekstrak lamun dan gonad bulu babi terbaik sebagai sediaan body lotion berdasarkan informasi kandungan senyawa metabolit sekunder lamun sebagai bahan dasar, indeks kelayakan fisik, dan nilai sun protection factor (SPF) terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbedaan perbandingan lamun dan gonad bulu babi yaitu F1 (2:1), F2 (1:2), F3 (3:3) dan kontrol F0 (0:0). Analisis yang dilakukan dengan metode uji dan observasi meliputi uji fitokimia, uji organoleptik, dan uji nilai SPF sediaan secara in vitro menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa fitokimia yang terdeteksi pada ekstrak lamun diantaranya flavonoid, triterpenoid, saponin. Sediaan body lotion layak digunakan dengan indeks iritasi merasa tidak gatal tertinggi pada F3 sebanyak 17 panelis. Nilai SPF tertinggi yaitu F1 sebesar 12,2 sedangkan nilai terendah pada F0 sebesar 3,5 sehingga sediaan F1 berpotensi sebagai tabir surya untuk proteksi sinar UV-B maksimal

    Pengaruh variasi pH dan temperatur terhadap sakarifikasi limbah pengolahan kertas menggunakan enzim selulase dari Bacillus sp. BPPT CC RK2

    No full text
    Enzim selulase dapat diproduksi oleh Bacillus sp. BPPT CC RK2 yang digunakan untuk sakarifikasi limbah pengolahan kertas. Limbah pengolahan kertas merupakan biomassa lignoselulosa. Biomassa lignoselulosa merupakan cadangan terbarukan yang terbesar dari fermentasi karbohidrat di bumi. Dengan adanya enzim selulase dapat menguraikan lignoselulosa menjadi sakarida. Hidrolisis enzimatik dari bahan selulosa oleh enzim selulase adalah yang paling menjanjikan untuk menghasilkan produk yang tinggi. Pada penelitian ini, produksi enzim selulase oleh Bacillus sp. BPPT CC RK2 menggunakan substrat alami (dedak beras dan air kelapa). Diantara perlakuan awal yang diujikan, persentase sakarifikasi terbesar dihasilkan pada limbah pengolahan kertas setelah perlakuan awal basa menggunakan NaOH selama 24 jam. Perlakuan awal lignoselulosa untuk membuka struktur dan menghilangkan ikatan antara rantai glukosa. Nilai persentase sakarifikasi terbesar dicapai dengan 96 jam waktu inkubasi. Kondisi yang dioptimasi adalah pH dan temperatur. pH dan temperatur mempengaruhi persentase sakarifikasi. Persentase sakarifikasi tidak berbanding lurus dengan kenaikan pH dan temperatur. pH dan temperatur optimum untuk sakarifikasi adalah 5,5 dan 37ļæ½ C dengan persentase sakarifikasi berturut turut adalah 1,8 % dan 1,5 %. Maltosa ditemukan sebagai produk akhir sakarifikasi ini. Ketika sakarifikasi limbah pengolahan kertas dengan menggunakan enzim komersil, Primafast 200, dihasilkan persentase sakarifikasi terbesar adalah 0,2 % dengan waktu inkubasi 24 jam
    corecore