Medical errors : Healthcare professionals’ perspective at a tertiary hospital in Kuwait

Medical errors are of economic importance and can contribute to serious adverse events for patients. Medical errors refer to preventable events resulting from healthcare interactions, whether these events harm the patient or not. In Kuwait, there is a paucity literature detailing the causes, forms, and risks of medical errors in their state-funded healthcare facilities. This study aimed to explore medical errors, their causes and preventive strategies in a Kuwait tertiary hospital based on the perceptions and experience of a cross-section of healthcare professionals using a questionnaire with 27 open (n = 10) and closed (n = 17) questions. The recruited healthcare professionals in this study included pharmacists, nurses, physicians, dentists, radiographers, hospital administrators, surgeons, nutritionists, and physiotherapists. The collected data were analysed quantitatively using descriptive statistics. A total of 203 participants filled and completed the survey questionnaire. The frequency of medical errors in Kuwait was found to be high at 60.3% ranging from incidences of prolonged hospital stays (32.9%), adverse events and life-threatening complications (32.3%), and fatalities (20.9%). The common medical errors result from incomplete instructions, incorrect dosage, and incorrect route of administration, diagnosis errors, and labelling errors. The perceived causes of these medical errors include high workload, lack of support systems, stress, medical negligence, inadequate training, miscommunication, poor collaboration, and non-adherence to safety guidelines among the healthcare professionals.Peer reviewe

Metode Pengajaran Komunikatif Sebagai Strategi Pembelajaran Bahasa Bagi Siswa Usia Dini

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan materi dasar bahasa Indonesia dan Arab bagi siswa usia dini di TPQ Al-Hidayah. Pembelajaran materi bahasa Indonesia dan Arab ini berkaitan dengan salah satu program yang ingin dirintis oleh TPQ ini, yaitu pengajaran bahasa Indonesia dan Arab bagi para siswa. Pengajaran bidang kebahasaan ini berangkat dari adanya kesadaran para tenaga pengajar akan potensi kebahasaan anak yang dapat dikembangkan. Potensi kebahasaan ini adalah bahasa Arab. Hal ini dikarenakan para siswa sebelumnya sudah bersentuhan dengan bahasa Arab dalam rutinitas kesehariannya, yaitu melalui kegiatan membaca Iqra ataupun Alquran. Namun, di sisi lain, TPQ ini mengalami kendala, yaitu tidak adanya sumber daya manusia yang mumpuni untuk merealisasikan program pengajaran bahasa tersebut, serta bagaimana metode pengajaran bahasa yang tepat untuk diterapkan kepada anak usia dini. Maka dari itu, tim Abdimas mencoba memberikan solusi atas kegelisahan para tenaga pengajar dengan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang mengusung tema “Pelatihan materi dasar bahasa Indonesia dan Arab di TPQ Al-Hidayah”.  Proses pengajaran dilakukan dengan metode yang telah disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak usia dini, yaitu metode pengajaran komunikatif melalui kegiatan bernyanyi. Hal ini akan mempermudah anak untuk memproses materi bahasa yang sedang disampaikan

Engineering Judgment of Children Bone Fracture

Supracondylar humerus fracture (SCHF) is one of the commonest elbow fractures in children. It is common injury for children with age from four to fourteen. In current study, the finite element technique is used to evaluate two techniques, namely, parallel and crossed K-wire fixation for treatment of SCHF, using K-wire fixation

THE CHALLENGES IN WRITING DESCRIPTIVE ON LOCAL PLACES IN THE EFL ESSAY WRITING COURSE AT THE UNIVERSITY OF MATARAM

Writing is an important skill to be mastered by students. Therefore, the objectives of this study were to identify the challenges faced by students in writing descriptive texts about local places and to describe how they deal with these challenges. A descriptive-qualitative approach was used, with document analysis and questionnaires as the instruments. There were 30 students from 3E class in the EFL Essay Writing Course at the University of Mataram who participated in this study. The findings revealed that limited vocabulary and difficulty organizing the text were the main challenges students faced in writing descriptive texts about local places. In addition, in order to deal with the challenges, they employ a variety of strategies to navigate the complexities of writing about local places. The strategies include thorough observation and research, engaging in comprehensive pre-writing activities, meticulous revision before completion, seeking out examples and references, actively soliciting feedback from peers, harnessing the power of artificial intelligence (AI), utilizing visual aids, and recognizing the importance of regular practice

THE CHALLENGES IN WRITING DESCRIPTIVE ON LOCAL PLACES IN THE EFL ESSAY WRITING COURSE AT THE UNIVERSITY OF MATARAM

Writing is an important skill to be mastered by students. Therefore, the objectives of this study were to identify the challenges faced by students in writing descriptive texts about local places and to describe how they deal with these challenges. A descriptive-qualitative approach was used, with document analysis and questionnaires as the instruments. There were 30 students from 3E class in the EFL Essay Writing Course at the University of Mataram who participated in this study. The findings revealed that limited vocabulary and difficulty organizing the text were the main challenges students faced in writing descriptive texts about local places. In addition, in order to deal with the challenges, they employ a variety of strategies to navigate the complexities of writing about local places. The strategies include thorough observation and research, engaging in comprehensive pre-writing activities, meticulous revision before completion, seeking out examples and references, actively soliciting feedback from peers, harnessing the power of artificial intelligence (AI), utilizing visual aids, and recognizing the importance of regular practice

Peran Guru dalam Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

Dalam dunia pendidikan, keberadaan pendidik dan peserta didik sangatlah penting. Peran guru menjadi krusial karena mereka menjadi sumber panduan bagi para peserta didik. Dalam pendidikan, seorang pendidik yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajar peserta didik harus memenuhi syarat, memiliki tugas, dan kepribadian yang ditentukan. Selain itu, penting untuk memahami bagaimana pendidik dalam konteks Al-Qur'an dan Hadis yaitu murabbi, mu'allim, mu'addib, mudarris, muzakki, dan ustadz. Penulis bertujuan untuk menganalisis dan menulis jurnal dengan judul "Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam" dengan menggunakan metode kualitatif yaitu pengumpulan data. Menurut penulis, untuk dapat menciptakan generasi yang cerdas dengan akhlak dan tutur kata yang baik, seorang pendidik harus memenuhi syarat-syarat, tugas, dan kepribadian yang mencerminkan seorang guru profesional

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam film Fetih 1453

INDONESIA: Film merupakan salah satu media terbaik dalam suatu pembelajaran pendidikan. Hal ini disebabkan film memiliki nilai-nilai tertentu di dalamnya, sehingga dengan adanya nilai tersebut dapat mempengaruhi para penikmatnya terutama tentang karakter yang dibawa oleh penonton film tersebut. Akan tetapi yang perlu kita pahami bahwa tidak semua film mengandung sisi positif, karena ada juga film bersisi negatif. Dengan adanya pemahaman itu, maka penting rasanya bagi peneliti untuk melihat nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah film terutama film tentang Fetih 1453 yang dikenal dengan film sejarah dan juga banyak diminati masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk memahami nilai pendidikan karakter yang ada di dalam Film dan mengetahui kesesuaian dengan Pendidikan Nasional sehingga film ini menajdi contoh bagi masyarakat dalam menerapkan nilai pendidikan karakternya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan yang berfokus kepada nilai-nilai pendidikan karakter dalam film tersebut yang mana penelitian ini dilakukan kurang lebih tiga bulan. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil yang didaptkan bahwa: 1) Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam film Fetih 1453 ada sepuluh yang meliputi: religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif berpikir, cinta tanah air, menghargai, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, dan tanggung jawab. 2) Gambaran penerapan dari sepuluh nilai-nilai pendidikan karakter dalam film Fetih 1453 dapat dilihat dari keseharian Mehmed sebagai tokoh utama dalam film tersebut. Contohnya ayah Mehmed suka membaca Al-Quran dan memberi nama Mehmed sebagai bentuk kasih sayang Allah dan Muhammad. Mehmed tergolong orang yang suka mengaji, toleransi terhadap agama lain dan tanpa memaksanya. 3) Sepuluh nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam film Fetih 1453 sesuai dengan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003 karena di dalamnya telah disebutkan nilai-nilai tersebut seperti: religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif berpikir, toleransi dan lainnya. ENGLISH: Movies are one of the best media in educational learning. This is because movies have certain values in them, so that the existence of these values can affect the audience, especially about the character brought by the movie audience. However, what we need to understand is that not all movies contain positive sides, because there are also negative movies. With this understanding, it is important for researchers to see the values of character education contained in a movie, especially a movie about Fetih 1453 which is not only related to history but also watched by many people. The purpose of this study is to understand the value of character education in the film and find out the suitability of National Education so that this film becomes an example for the community in applying the value of character education. The research method used in this study is a type of literature research that focuses on the values of character education in the film where this research was conducted for approximately three months. The analysis used is descriptive analysis. The results are that: 1) There are ten-character education values contained in the movie Fetih 1453 which include: religion, tolerance, discipline, hard work, creative thinking, love for the country, respect, friendly and communicative, love peace, and responsibility. 2) The description of the application of the ten character education values in the movie Fetih 1453 can be seen from Mehmed's daily life as the main character in the movie. For example, Mehmed's father likes to read the Koran and gave the name Mehmed as a form of love for Allah and Muhammad. Mehmed is classified as a person who likes to recite the Koran, tolerates other religions and without forcing them. 3) The ten values of character education contained in the movie Fetih 1453 are in accordance with the objectives of national education according to the Law on the National Education System of the Republic of Indonesia No. 20 of 2003 because it has mentioned these values such as: religion, tolerance, discipline, hard work, creative thinking, tolerance and others. ARABIC: فيلم صلاح ساتو وسائل الإعلام بايك دالام سواتو بيمبيلاجاران بنديديكان. وعلى الرغم من أن الفيلم لا يزال قائما على إنتاج فيلم "لا يمكن أن يؤدي إلى إنتاج فيلم آخر". وعلى الرغم من أن الفيلم كان سلبيا. وعلى الرغم من ذلك، لم يكن هناك الكثير من الجهد، إلا أنه لم يتم التوصل إلى اتفاق مع أي وقت مضى في إنتاج فيلم في عام 1453 من خلال إطلاق النار على جميع أنحاء العالم. الهدف من هذه الدراسة هو فهم قيمة التربية الشخصية في الفيلم ومعرفة مدى ملاءمة التربية الوطنية ليصبح هذا الفيلم مثالا للمجتمع في تطبيق قيمة التربية الشخصية. منهج البحث المستخدم في هذه الدراسة هو نوع من البحوث الأدبية التي تركز على قيم تعليم الشخصية في الفيلم حيث تم إجراء هذا البحث لمدة ثلاثة أشهر تقريبا. التحليل المستخدم هو تحليل وصفي. والنتائج هي: 1) ما هي قيم التربية الشخصية الواردة في فيلم فتيح 1453؟ 2) ما هو وصف تطبيق قيم التربية الشخصية الواردة في فيلم فاتح 1453؟ 3) هل القيم التربوية للشخصيات في فاتح 1453 تتفق مع أهداف التربية الوطنية؟ طريقة البحث المستخدمة في هذه الدراسة هي نوع من الأبحاث المكتبية التي تركز على القيمة التعليمية للشخصيات في الفيلم حيث تم إجراء هذا البحث لمدة ثلاثة أشهر تقريبا. بعد البحث وفك رموز وتحليل فيلم 1453 ، يمكن استنتاج ما يلي: 1) هناك عشر قيم لتعليم الشخصية متضمنة في فيلم 1453 والتي تشمل: الدينية ، والتسامح ، والانضباط ، والعمل الجاد ، والتفكير الإبداعي ، وحب الوطن الأم ، والاحترام ، والصداقة والتواصل ، وحب السلام ، والمسؤولية. 2) يمكن رؤية وصف تطبيق القيم العشر لتعليم الشخصية في فيلم 1453 من حياة محمد اليومية باعتباره الشخصية الرئيسية في الفيلم. على سبيل المثال ، أحب والد محمد قراءة القرآن وأعطى محمد الاسم كشكل من أشكال الحب من الله ومحمد. يصنف محمد على أنه مقرئ ، يتسامح مع الأديان الأخرى دون إجبارها. 3) عشر شخصيات التربية القيم الواردة في فيلم فاتح 1453 وفقا لأهداف التربية الوطنية وفقا لقانون نظام التعليم الوطني لجمهورية اندونيسيا رقم 20 لسنة 2003 لأنه تم ذكر هذه القيم مثل: الدينية، التسامح، الانضباط، العمل الجاد، التفكير الإبداعي، التسامح وغيرها

The Consumed Natural Diet of Chondrostoma regium (Heckel, 1843) from Tigris River, Salah Al-Deen Province

The foreguts of a total of 515 fish of Chondrostoma regium (Heckel, 1843) (locally: Bala’aot Malloky) were studied. These fish were collected from Tigris River at Salah Al-Deen Province (between Al-Hagag & Yathrib) for 20 months between March and October of the next year. Detritus, plant in origin materials (19.6%, 23.0% & 24.9%); green and blue green algae, mostly Cladophora, Cosmarium and Merismpedia sp. (17.1%, 12.9% & 12.2%) and diatoms, mostly Diatoma, Chanathes, Amphora and Cyulbella sp. (16.9%, 8.8% & 8.2%) were the main food categories taken by these fishes according to occurrence (O%), volumetric methods (V%) and ranking index (R%). Debris (not part of the diet) took 45.3% of the studied fish foreguts by volume. Detritus was also the most important food category (25.9%, 18.2%, 22.9% & 19.8%, by ranking index) at all sampling stations respectively, and taken by different fish size groups (168-200, 201-300 & 301-350mm).The diet overlaps between these fish size groups and that between different sampling stations were ranged between 0.86-1.0, i.e. fish were mainly feeding on the same food organisms