25 research outputs found
Nonordered dendritic mesoporous silica nanoparticles as promising platforms for advanced methods of diagnosis and therapies
Dendritic mesoporous silica nanoparticles (DMSNs) are a new generation of porous materials that have gained great attention compared to other mesoporous silicas due to attractive properties, including straightforward synthesis methods, modular surface chemistry, high surface area, tunable pore size, chemical inertness, particle size distribution, excellent biocompatibility, biodegradability, and high pore volume compared with conventional mesoporous materials. The last years have witnessed a blooming growth of the extensive utilization of DMSNs as an efficient platform in a broad spectrum of biomedical and industrial applications, such as catalysis, energy harvesting, biosensing, drug/gene delivery, imaging, theranostics, and tissue engineering. DMSNs are considered great candidates for nanomedicine applications due to their ease of surface functionalization for targeted and controlled therapeutic delivery, high therapeutic loading capacity, minimizing adverse effects, and enhancing biocompatibility. In this review, we will extensively detail state-of-the-art studies on recent advances in synthesis methods, structure, properties, and applications of DMSNs in the biomedical field with an emphasis on the different delivery routes, cargos, and targeting approaches and a wide range of therapeutic, diagnostic, tissue engineering, vaccination applications and challenges and future implications of DMSNs as cutting-edge technology in medicine
Tehnologi pemanfaatan inokulan bakteri rumen untuk peningkatan kualitas jerami padi sebagai pakan ternak
X+23hlm.;29c
Pengaruh Pemberian Jahe Gajah (Zingiber Officinale Roscoe) Terhadap Karakteristik Kadar Protein, Lemak, Air, Keempukan, Dan Mikroba Escherichia Coli Pada Daging Sapi
Daging merupakan sumber kebutuhan hewani yang esensial, daging berfungsi sebagai produk makanan utama dan sumber protein bagi manusia. Daging merupakan salah satu bahan yang dapat terkontaminasi dan mengalami kerusakan nilai gizi dan mutu fisiknya, sehingga harus melalui beberapa perlakuan untuk menjaga mutu dan umur simpannya, yang meningkatkan daya terima konsumen. Salah satunya adalah daging sapi yang rentan akan peradangan akibat terpapar oksidasi sehingga kualitas menurun. Oleh karena itu diperlukan penanganan daging dengan bahan alami seperti berbagai jenis rempah seperti jahe. Jahe (Zingiber officinale Roscoe) memiliki senyawa fenolik yang mampu sebagai antimikroba dan antioksidan sebagai penghambat oksidasi pada daging, serta enzim zingibain dan proteolitik yang mampu menghidrolisis protein dalam daging sehingga menjadi gugus asam amino yang lebih sederhana, mengakibatkan ikatan jaringan miofibril
ix
menjadi berongga sehingga daging menjadi lebih empuk. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap pengaruh pemberian jahe dalam bentuk puree untuk bahan pelumuran daging sapi dengan variasi perlakuan yaitu konsentrasi jahe kontrol, 25%, dan 75% selama 24 jam dalam lemari pendingin yang dilakuan dalam setiap perlakuan dengan sebanyak 3 kali ulangan. Beberapa variabel pengujian daging yaitu uji kadar protein, lemak, air, keempukan, dan uji mikroba E. coli yang mana termasuk bakteri yang rentan berkembang pada produk daging. Metode penelitian yang digunakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) Data yang diperoleh lalu dilakukan perhitungan analisis variansi atau analysis of variance (ANOVA) serta apabila ditemukan hasil berpengaruh akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Pemberian perlakuan variasi konsentrasi jahe pada daging sapi dihasilkan kadar keempukan daging sapi dipengaruhi secara sangat nyata oleh perlakuan jahe (P0,05). Namun, ditemukan bahwa pola angka dalam berbagai variabel turun atau stabil ketika konsentrasi perlakuan jahe meningkat. Seperti kadar protein, cemaran mikroba E. coli, dan kadar lemak, semuanya mengalami penurunan persentase, namun kadar air memiliki hasil persentase yang tetap
Perbedaan Manajemen Pemberian Pakan Konsentrat SG 801 Terhadap Respon Sapi Potong Di Desa Beji dan Desa Kucur Provinsi Jawa Timur
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas pakan
konsentrat SG 801 yang diproduksi oleh PT. Sreeya Sewu untuk
sapi potong dan dilakukan di dua desa yaitu Desa Kucur dan
Desa Beji. Delapan belas ekor sapi potong persilangan
campuran mempunyai bobot rata-rata 359,11 ± 82,48 di Desa
Kucur dan 433,44 ± 113,6 di Desa Beji. Sapi potong dibagi rata
di dua lokasi tersebut dan pengamatan berlangsung selama 90
hari. Sapi yang berlokasi di Desa Kucur diberikan konsentrat
SG 801 sesuai anjuran PT. Sreeya Sewu. Konsumsi BK di
kedua lokasi ini tidak sama, di Desa Kucur di uji dengan
pemberian Konsumsi BK sebanyak 2,5% dari bobot badan.
Sementara peternak di Desa Beji diberikan uji coba konsumsi
BK sebanyak 2% dari bobot badan sesuai dengan kebiasaan
peternak di Desa Beji memberikan pakan kepada ternaknya.
Oleh karena itu, setiap lokasi penelitian menerima pakan yang
berbeda, namun di beri konsentrat yang sama. Perbedaan
performans di uji dengan uji-t, hasil menunjukkan bahwa Desa
Kucur mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan Desa
Beji. Berdasarkan rata-rata Pertambahan Bobot Badan Harian
Desa Kucur menunjukkan angka 1,14kg sedangkan Desa Beji
0,71kg, untuk hasil Income Overfeed Cost sebesar 21,92 untuk
Desa Kucur dan Desi Beji sebesar-12,43
Uji Coba Pakan Konsentrat Produksi P.T. Sinta Prima Feedmill Pada Usaha Penggemukan Sapi Potong Skala Peternakan Rakyat Di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Usaha penggemukan sapi potong peternakan rakyat memiliki potensi yang besar dalam membantu memenuhi kebutuhan daging sapi nasional dan mengurangi kuota impor daging beku apabila dilakukan perbaikan di beberapa sektor terutama pakan. Pakan menjadi faktor utama dalam meningkatkan produksi ternak sebagai sumber serat, protein, energi, dan kandungan nutrisi lainnya. Sebagian besar peternak rakyat hanya memberikan pakan berupa rumput atau hijauan sedangkan untuk pemberian konsentrat sangat jarang diberikan. Konsentrat yang digunakan peternak sebagian besar memiliki kualitas pakan yang rendah dan tidak sesuai dengan SNI sehingga menghasilkan produksi ternak yang tidak optimal.
Upaya peningkatan produktifitas sapi potong dapat dilakukan dengan pemberian pakan konsentrat yang berkualitas baik sesuai ketentuan SNI dengan harga yang dapat dijangkau oleh peternak rakyat.
Salah satu perusahaan pakan yang memiliki komitmen dalam menghasilkan konsentrat sapi potong dengan kualitas baik dan harga ekonomis yaitu P.T. Sinta Prima Feedmill. Sehingga penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji potensi pakan konsentrat produksi P.T. Sinta Prima Feedmill dibandingkan dengan konsentrat yang digunakan oleh peternak sapi potong rakyat di Kabupaten Malang.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada tanggal 5 September sampai 12 Desember 2020. Materi yang digunakan terdiri dari pakan hijauan dan konsentrat dengan perlakuan (P0) yang diberikan hijauan segar dan konsentrat produksi Kelompok Ternak Kucur Mandiri dan (P1) yang diberikan hijauan hay dan konsentrat produksi P.T. Sinta Prima Feedmill. Jumlah ternak yang digunakan pada masing-masing perlakuan terdiri dari 6 ekor sehingga total terdapat 12 ekor ternak sapi potong. Metode yang digunakan yaitu percobaan secara in vivo selama 98 hari yang terbagi menjadi dua tahapan yaitu 14 hari tahap adaptasi dan 84 hari tahap koleksi data. Parameter yang diamati terdiri dari konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH), konversi pakan, dan income over feed cost (IOFC). Analisis data menggunakan uji-t tidak berpasangan yang diolah menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 26 yang dibahas secara deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rataa konsumsi pakan (P0) sebesar 10,27 kg/ekor/hari sedangkan (P1) pada sebesar 8,25 kg/ekor/hari, pertambahan bobot badan (P0) sebesar 0,76 kg/ekor/hari sedangkan pada (P1) sebesar 1,3 kg/ekor/hari, konversi pakan (P0) sebesar 15,16 sedangkan pada (P1) sebesar 6,7, dan income over feed cost (IOFC) (P0) sebesar Rp. -7.393,00 sedangkan pada (P1) sebesar Rp. 25.296,00. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrat produksi P.T. Sinta Prima Feedmill layak untuk digunakan oleh peternak rakyat terlihat dari kualitas pakan, meningkatnya produktifitas ternak, rendahnya nilai konversi pakan dan dapat meningkatkan keuntungan peternak terlihat dari IOFC
Pengaruh Lama Pemanasan Terhadap Kadar Air, Kadar Lemak, Dan Organoleptik Kaldu Kokot, Makanan Khas Sumenep, Madura
Daging sapi merupakan bahan pangan yang kaya akan protein, air dan lemak. Daging termasuk produk olahan ternak yang mudah busuk dan rusak. Pengolahan produk olahan daging sapi perlu dilakukan, salah satunya adalah kaldu kokot. Diketahui kaldu kokot adalah salah satu makanan khas Pulau Madura yang berbahan dasar daging dan sumsum tulang sapi, serta bahan pendukungnya kacang hijau. Perlakuan lama pemanasan yang berbeda dapat menghasilkan masakan kaldu kokot yang berbeda dari segi kadar lemak, kadar air, dan organoleptik (daya terima dan tekstur), sehingga perlu diketahui lama pemanasan terbaik agar mendapatkan kaldu kokot yang sesuai dan diterima oleh masyarakat.
Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh lama pemanasan1kaldu kokot terhadap1kadar air, kadar lemak, dan mutu organoleptik ditinjau dari daya terima dan tekstur pada kaldu kokot. Penelitian dimulai pada tanggal 1 Desember sampai tanggal 20 Desember 2022. Pengambilan data uji kadar air dan uji
organoleptik dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Uji lemak dilakukan di Laboratorium Pengujian Mutuadan Keamanan1Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Metode dipakai yaitu percobaan laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah lama pemanasan P1 = 60 menit,qP2 = 80 menit,qP3 = 100 menit,qP4 = 120 menit,qdan P5 = 140 menit). Parameter yang diuji pada penelitian ini yaitu kadar air, kadar lemak, serta mutu organoleptik yang ditinjau dari tekstur dan daya terima.
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa perlakuan lama pemanasan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, kadar lemak serta uji organoleptik pada kaldu kokot. Rerata kadar air mulai dari 54,04%-65,3% terjadi penurunan kadar air dari P1 sampai P5. Rerata kadar lemak mulai dari 16,29%-32,34% terjadi penurunan lemak dari P1 ke P2 dan P3 sampai P5. Uji organoleptik dilakukan dua pengamatan yaitu tekstur dan daya terima konsumen. Nilai rerata tekstur daging dari kaldu kokot mulai dari (1,8-3,8), sedangkan nilai rerata daya terima yaitu (1,73-2,59).
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan perlakuan lama pemanasan terbaik pada kaldu kokot adalah perlakuan terakhir yaitu lama pemanasan 140 menit dengan nilai persentase terendah dari kadar air (54,040,97) dan kadar lemak (16,290,36). Hal ini karena semakin lama pemanasan dilakukan akan menurunkan nilai kadar air dan kadar lemak yang ada pada kaldu kokot, serta
semakin lama proses perebusan akan membuat tekstur daging semakin empuk dan lebih diterima oleh panelis
Pengaruh Level Pupuk Nitrogen Terhadap Produktivitas Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Cv. Taiwan) Dan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott) Pada Umur Potong 45 Hari
Pakan merupakan komponen esensial dalam usaha peternakan, biaya produksi yang digunakan dalam pakan merupakan biaya terbesar dalam produksi peternakan. Peningkatan produksi dan populasi ternak diperkirakan dapat meningkatkan kebutuhan pakan, terutama hijauan pakan. Hijauan merupakan sumber pakan utama yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia terutama ternak sapi perah yang sangat membutuhkan kecukupan hijauan. Hijauan yang biasa digunakan oleh peternak adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) dan rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Usaha yang dilakukan untuk memenuhi kecukupan hijauan tersebut membutuhkan pemupukkan
x
sebagai upaya memperbesar produktivitas hijauan yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat, yaitu selama 45 hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian level pupuk urea terhadap produktivitas rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) dan rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan umur panen selama 45 hari. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan evaluasi produktivitas dan nilai agronomi penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) dan rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan level pemupukkan yang terbaik dengan umur panen yang singkat, serta dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017—Februari 2018 di laksanakan pada Laboratorium Terpadu Universitas Brawijaya di desa Ngijo, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang untuk pengujian penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) dan rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott), Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya untuk pengujian BK. Laboratorium Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya untuk pengujian Leaf area dan peminjaman alat SPAD. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) untuk pengujian profil tanah.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) dan rumput odot (Pennisetum purpureum cv Mott) yang berasal dari KUD Karangploso dengan menggunakan stek batang dengan umur pemanenan 45 hari, serta pupuk urea dengan tiga level yang berbeda. Ukuran petak penanaman yang digunakan adalah 2 x
xi
2 m dengan jarak tanam 0,5 m setiap tanaman. Metode penelitian yang digunakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah 2 jenis varietas rumput yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) dan rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Faktor kedua yang digunakan adalah 3 level pemupukkan yaitu L1 300 Kg N/Ha/Tahun (32,61 g/petak/45 hari), L2 400 Kg N/Ha/Tahun (43,48 g/petak/45 hari), dan L3 500 Kg N/Ha/Tahun (54,35 g/petak/45 hari). Ulangan penelitian yang digunakan sebanyak 4 ulangan, sehingga sampel keseluruhan pada penelian sebanyak 24 sampel. Variabel yang diamati antara lain, produksi berat segar, produksi biomassa, tinggi tanaman, jumlah anakan, diameter batang, jumlah daun, leaf area, klorofil unit dengan SPAD, imbangan batang dan daun, dan estimasi hijauan yang mampu dikonsumsi oleh ternak. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam (Anova) dan jika ditemukan perbedaan pengaruh yang nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (UJBD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pertama yaitu varietas rumput memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) pada klorofil unit dengan SPAD. Faktor varietas menunjukkan rumput gajah (Pennisetum purpureum cv. Taiwan) unggul dalam produksi berat segar (23,49±6,493 ton/ha), produksi biomassa (2,835±0,7865 ton/ha), tinggi tanaman (128,76±8,705 cm), dan leaf area (124,571±11,3406 cm2). Sedangkan, faktor
xii
varietas pada rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) unggul dalam diameter batang (16,72±0,851 mm), jumlah daun (9,84±0,620 helai), jumlah anakan (13,88±1,057 batang/rumpun), klorofil unit (31,930±1,7476 unit) dan imbangan batang dan daun (1:1,623±0,1485). Faktor level pemupukkan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) pada produksi berat segar, produksi biomassa, tinggi tanaman, jumlah daun, leaf area, klorofil unit dengan SPAD, dan imbangan batang dan daun, dengan nilai tertinggi pada level pemupukkan L3 500 Kg N/Ha/Tahun pada produksi berat segar (21,87±8,380 ton/Ha), produksi biomassa (2,640±1,0133 ton/Ha), tinggi tanaman (102,62±33,711 cm), jumlah daun (9,53±0,918 helai), leaf area (113,705±19,0937 cm2), klorofil unit (32,457±2,0078 unit), dan imbangan batang dan daun (1:1,353±0,3685). Hasil interaksi antara kedua faktor menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua variabel. Interaksi kedua faktor yang diperoleh dari interaksi antara rumput gajah dan level pemupukan L3 500 Kg N/Ha/Tahun menghasilkan nilai tertinggi pada produksi berat segar (27,93±7,976 ton/Ha), produksi biomassa (3,372±0,9653 ton/Ha), tinggi tanaman (133,73±8,299 cm), leaf area (130,298±9,8057 cm2), dan klorofil unit (32,595±2,6805 unit). Interaksi kedua faktor yang dihasilkan antara rumput odot dengan level pemupukkan L2 400 Kg N/Ha/Tahun menghasilkan nilai tertinggi pada diameter batang
xiii
(17,08±0,562 mm). Interaksi kedua faktor yang dihasilka antara rumput odot dengan level pemupukkan L3 500 Kg N/Ha/Tahun menghasilkan nilai tertinggi pada jumlah daun (10,07±0,853 helai), jumlah anakan (14,83±0,636 batang/rumpun), dan imbangan batang dan daun (1:1,673±0,1282). Estimasi hijauan yang mampu dikonsumsi ternak menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01) pada perbedaan jenis tanaman, nilai tertinggi dihasilkan pada rumput odot yang dikonsumsi segar (15,610±2,4228 ton/Ha) dan dikonsumsi bahan kering (1,886±0,2942 ton/Ha).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor pengaruh varietas rumput gajah memiliki keunggulan pada jumlah produksi segar, produksi biomassa, tinggi tanaman, leaf area, sedangkan rumput odot unggul dalam jumlah daun, jumlah anakan, diameter batang, klorofil unit dengan SPAD, dan imbangan batang dan daun. Faktor pengaruh level pemupukkan menunjukkan semakin tinggi level pemupukan yang diberikan menunjukkan hasil tertinggi meliputi berat segar, biomassa, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah helai daun, jumlah anakan, Leaf area, jumlah klorofil, dan imbangan batang dan daun. Interaksi antara faktor varietas dan level pemupukan menunjukkan rumput gajah dengan level pemupukan L3 memberikan hasil terbaik pada berat segar, biomassa, tinggi tanaman, leaf area, dan jumlah klorofil unit dengan SPAD. Rumput odot dengan level pemupukkan L2 memberikan hasil terbaik pada diameter batang. Rumput odot dengan level pemupukkan L2 memberikan hasil terbaik pada helai daun, jumlah tunas, dan imbangan batang dan daun
Screening of apple cultivars for resistance to European canker, Neonectria ditissima
European canker, caused by the fungus Neonectria ditissima, is a severe problem in apple production both in Sweden and in many other northern European countries. Even when applying fungicides and good horticultural practices, canker damage occurs almost yearly in nurseries and orchards. Some years, devastating outbreaks destroy numerous trees. To date, complete resistance to N. ditissima is not known in apple. For further research and plant breeding, heritable variation in quantitative resistance should be investigated by phenotyping large sets of cultivars. In the present project, 55 apple cultivars were screened for resistance to N. ditissima. One-year-old shoots from mature trees were inoculated in the greenhouse with a standardized volume and concentration of conidia suspension using different inoculation methods. Two-year-old trees of five cultivars were inoculated in the field. Length of the occurring cankers was measured at regular intervals throughout a period of up to three months. The investigated cultivars showed considerable differences in colonization rate. In cultivars known to be highly resistant, i.e., ‘Santana’, lesions progressed much slower compared to susceptible cultivars like ‘Cox’s Orange Pippin’ and ‘James Grieve’. Since the inoculation-based phenotyping is demanding in labour and time (duration), especially when the test is performed on grafted trees, qPCR-based assessment of fungal biomass at early stages of infection was explored as an alternative or complementary approach for phenotyping
Nitrogen-Doped Oxygenated Molybdenum Phosphide as an Efficient Electrocatalyst for Hydrogen Evolution in Alkaline Media
Phosphides of transition metals (TMPs) are a developing class of materials for hydrogen evolution reaction (HER) as an alternative to expensive noble metals to produce clean energy. Herein, the nitrogen-doped molybdenum oxide (MoOx) is developed via a facile and simple hydrothermal method, followed by annealing in the N2 atmosphere and phosphorization to form a nitrogen-doped oxygenated molybdenum phosphide (N-MoP) sphere-shaped structure. The developed N-doped phosphide structure depicts enhanced HER activity by reaching a current density of 10 mA cm−2 at a very low overpotential of only 87 mV, which is much better than annealed nitrogen-doped molybdenum oxide (A-MoOx) 138 mV in alkaline medium. N-MoP is a highly efficient electrocatalyst for HER attributed to a more exposed surface, large electrode/electrolyte interface and appropriate binding energies for reactants. This study extends the opportunity of developing nitrogen-doped TMPs, which can display exceptional properties as compared to their oxides