91 research outputs found
Optimalisasi Penggunaan Alat Berat Pada Pekerjaan Galian Tanah Di Proyek Tol Nganjuk - Kertosono
Produktivitas adalah kemampuan produksi suatu alat berat dengan satuan meter kubik per jam. Pada penelitian ini merupakan penelitian untuk galian tanah yang menggunakan alat berat untuk menggali dan alat berat untuk pengangkutan. Produktivitas alat berat dipengaruhi oleh kapasitas bucket alat berat, kondisi kerja dan waktu siklus. Untuk mendapatkan waktu siklus yaitu didapatkan dari waktu yang di kerjakan alat berat dalam satu siklus. Produktivitas berpengaruh terhadap waktu pengerjaan, jumlah alat yang dibutuhkan dan juga harga sewa alat berat. Pada penelitian ini dilaksanakan di proyek tol Nganjuk – Kertosono. Menggunakan metode deskripsi analisis. Dengan menggunakan alat berat excavator untuk menggali dan dumptruck untuk mengangkut. Tempat pengambilan material tanah terletah di daerah Tarakan, Kediri. Jarak antara tempat pengambilan material dan proyek tol Nganjuk adalah 28,1 km dengan letak pembuangan pada STA 150+100. Kombinasi yang direncanakan yaitu excavator dengan kapasitas bucket 0,5 m3, 0,8 m3, dan 1,3 m3, terhadap dumptruck dengan volume 7 m3, 20 m3, dan 30 m3. Dengan berbedanya volume kapasitas bucket pada masing-masing alat berat maka akan mendapatkan nilai produktivitas yang berbeda, yang berpengaruh pada jumlah alat yang bervariasi. Semakin besar volume kapasitas, semakin sedikit alat berat yang digunakan. Hasil dari penelitian didapatkan nilai harga sewa terendah yaitu dari kombinasi excavator dengan ukuran 1,3 m3 dan dumptruck ukuran 30 m3 dengan jarak quary yang terdekat. Harga sewa yang didapatkan adalah sebesar Rp 94.176.497.598,- dengan waktu pengerjaan selama 311 hari dan jumlah alat berat yang dibutuhkan yaitu excavator sebanyak 3 unit dan dumptruck sebanyak 50 unit
Optimalisasi Penggunaan Alat Berat Pada Proyek Tol Pandaan-malang
Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang merupakan proyek yang digunakan untuk memperlancar transportasi di Pulau Jawa khususnya kota Surabaya dan Malang. Pada proyek ini membutuhkan alat yang dapat membantu dalam pengerjaan pembangunan. Pada pembangunan jalan tol ini, alat berat merupakan solusi. Alat berat yang digunakan yaitu excavator dalam pekerjaan galian material tanah di lokasi quary dandumptruckdalam pekerjaan pengangkutan material tanah. Pada penelitian ini, menggunakan metode deskriptif analitis. Analisa yang dilakukan adalah perhitungan waktu siklus, produktivitas pada tiap kombinasi excavator dan dumptruck yang ada di lapangan maupun teoritis, perhitungan jumlah alat yang akan digunakan, penjadwalan pekerjaan dalam menyelesaikan pekerjaan dan perhitungan biaya sewa alat berat. Dari analisa tersebut kemudian dipilih kombinasi excavator dan dumptruck yang paling optimal yang dapat digunakan di lapangan. Dari hasil perhitungan pada kombinasi alat berat, alternatif merupakan kombinasi yang paling optimal yaitu dengan menggunakan 7 unit excavator 0,5 m³ dan 36 unit dumptruck 20m³. Total waktu pengerjaan yaitu dalam waktu 338 hari dengan total biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa alat berat sebesar Rp. 86.868.566.462
Pembelajaran Sosial Emosional: Tinjauan Filsafat Humanisme terhadap Kebahagiaan dalam Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, perkembangan sosial-emosional merupakan hal yang penting selain perkembangan kognitif dan psikomotorik. Perkembangan sosial-emosional sangat berpengaruh kepada kebahagiaan dan ketentraman peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu paham yang menjadi pijakan perkembangan ini adalah humanisme. Humanistik memandang kemampuan bertindak positif sebagai potensi manusia dan tugas guru adalah mengembangkan potensi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan filsafat humanisme terhadap pembelajaran sosial emosional dan dampaknya terhadap kebahagiaan dan kenyamanan siswa selama pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari, meninjau dan menganalisis informasi dari berbagi sumber yang relevan dengan judul penelitian seperti jurnal, buku, penelitian dan sumber informasi lainnnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi emosi yang positif akan mendukung pengalaman belajar yang bermakna sehingga siswa merasa senang selama pembelajaran. Peran guru adalah sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan dan menuntun siswa dalam belajar, termasuk memperhatikan perkembangan sosial emosionalnya supaya pembelajaran menjadi nyaman, bahagia dan tanpa tekanan dengan berdasar pada asas kemanusiaan. Penelitian ini memberikan landasan yang kuat bagi pendidik untuk merancang pembelajaran yang mendukung perkembangan holistik siswa, salah satunya adalah pembelajaran sosial emosional yang berusaha menumbuhkan dan melatih kompetensi sosial emosional siswa yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
Sindrom Lutembacher Sebuah Penilaian ekhokardiografi
Lutembacher’s syndrome (LS), consisted of Atrial Septal Defect(ASD) and Mitral Stenosis (MS), is a very rare form of cardiac anomaly. Rene Lutembacher’s first described this syndrome in 1916. Currently, any combination of ASD, congenital or iatrogenic and MS, acquired or congenital is referred as LS.By using echocardiography, the hemodynamic of LS could be assesed. Pathophysiologically, the hemodynamic of ASD is related to the magnitude and direction of shunting across the interatrial communication. The determinants of the amount of shunting are the defect size and theventricles relative resistance to inflow. In MS, the restricted in?low leads to increased diastolic pressures in the left ventricle. This resulted in marked accentuation of the left-to-right shunt.We reported a case of a 34 years old female, first came to Harapan Kita National Cardiac Center, in 2010. She was diagnosed with LS, and was planned to have ASD closure and mitral valve repair by surgery. However, she refused to undertake the procedure. In summary, to illustrate the interactions between ASD and MS, the presence of ASD underestimated the severi?y of MS; meanwhile the existence of MS magnified the left to right shunt in patients with ASD.Sindrom Lutembacher (SL), terdiri dari Atrial Septal Defek (ASD) dan Mitral Stenosis (MS), adalah suatu bentuk kelainan jantung yang langka. Rene Lutembacher pertama kali menjabarkan sindrom ini pada tahun 1916. Saat ini, semua kombinasi dari ASD ataupun MS, baik kongenital maupun didapat, diartikan sebagai SL. Dengan menggunakan ekhokardiografi, hemodinamik sindrom ini dapat dinilai. Secara patofisiologis, hemodinamik dari ASD tergantung dari besarnya defek dan aliran darah yang melalui komunikasi interatrial tersebut. Penentu dari jumlah aliran yang melewati defek adalah ukuran dari defek dan resistensi relatif dari aliran yang masuk ke ventrikel kiri. Pada MS, aliran masuk ke ventrikel kiri yang terestriksi menyebabkan peningkatan tekanan diastolik di ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan peningkatan aliran dari kiri ke kanan yang berrmakna (left to right shunt). Kami melaporkan sebuah kasus, seorang wanita berusia 34 tahun yang berobat ke Pusat Jantung Nasional Harapan Kita pada 2010. Pasien didiagnosis dengan SL dan ditawarkan untuk dilakukan penutupan defek ASD dan perbaikan katup mitral secara operasi. Namun, pasien menolak prosedur tersebut. Sebagai ringkasan, untuk menggambarkan interaksi antara ASD dan MS, kehadiran dari ASD meringankan gejala yang dit-imbulkan oleh MS; sementara keberadaan MS akan semakin meningkatkan aliran left to right shunt
Biological Value of Papain Synthetic in Layer Ration at Various Protein Contents
ABSTRACT
Two ways of utilizing papain synthetic in layer rations, supplemented directly and inoculated to soybean oil meal (SBOM-hydrolyzate) before being mixed in the ration, have been studied. Three hundred 24-week old layers were randomly allocated to 15 dietary treatments to measure the effect of ration containing 17. 15. and 14% CI\u27 and two levels of papain (0 075 and 0.15%) either directly supplemented in ration or in form of SBOMhydrolyzate, derived from inoculating SBOM with 0.5 and 1.0% papain before being mixed in the rations. All dietary treatments factorial\u27s/ (3x5) were plotted in Completely Randomized Design and replicated to 5. Accumulated data for 4 x 2t days of egg production performances were statistically analyzed with analysis of variance, and followed by
DMRT to compared the different effect among single dietary treatments. Results indicated that directly supplemented papain or SHOM-hydrolyzate in the rations produced significantly (
Hubungan kekerabatan bahasa Melayu dan bahasa lampung.
This paper discusses the relationship between Malay and Lampung language, and attempts to answer the issue whether Lampung language is actually as old as Malay language. Malay language is considered more dominant them Lampung language, and the people are unclined to use Malay language. The result of reconstruction and comparative analyses of sound elements of lexicons indicate that Lampung language barrows and absorbs sound elements of Malay language. The status of relationship between Malay and Lampung language may be defined as languages of a family. People use Malay language to listeners outside his ethnic groups and use Lampung language on family and traditional ceremonies in the village.
Key words: relationship - reconstruction - use - languag
The Differences in Serum Quantitative Specific IgE Levels Induced by Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae and Blomia tropicalis Sensitization in Intermittent and Persistent Allergic Asthma
Background: house dust mites (HDM) are an important inhalant allergen in allergic asthma. However, molecular diagnostic study of specific IgE to HDM allergens has not been done in Indonesia. In addition, the association of quantitative specific IgE measurement with asthma severity has not been investigatedd. This study aimed to investigate the difference of serum quantitative specific IgE levels induced by Dermatophagoides (D.) pteronyssinus, D. farinae and Blomia tropicalis sensitization in intermittent and persistent allergic asthma.Methods: this was a cross-sectional study on adult allergic asthma patients who were invited for serum specific IgE testing. This study was a part of a larger study within the Division of Allergy and Immunology, Cipto Mangunkusumo Hospital. Asthma severity was defined based on Global Initiative on Asthma (GINA) 2015 criteria and were grouped as intermittent or persistent. Quantitative specific IgE testing was done on blood serum using a multiple allergosorbent test (Polycheck Allergy, Biocheck GmbH, Munster, Germany). The HDM allergens tested were D. pteronyssinus, D. farinae, and Blomia tropicalis. Difference between two groups were analyze using Mann-Whitney test.Results: a total of 87 subjects were enrolled in this study; 69 (79.3%) were women. Mean patients’ age was 40, 2 years. Sixty-three (72.4%) subjects had asthma and allergic rhinitis. Fifty-eight (66.7%) subjects were classified as persistent asthma. The prevalence of sensitization was 62.1% for D. farinae, 51.7% for D. pteronyssinus, and 48.3% for Blomia tropicalis. The median of specific IgE levels were significantly higher in persistent asthma compares to intermittent asthma induced by D. farinae (median 1.30 vs. 0.0 kU/L; p=0.024) and B. tropicalis (median 0.57 vs. 0.0 kU/L; p=0.015) sensitization. Level of Specific IgE D. pteronyssinus was also to be higher in persistent asthma than the level measured in intermittent asthma (0.67 vs. 0.00 kU/L; p=0.066).Conclusion: Sensitization of HDM allergens was shown to be highest for D. farinae 62.1%, followed by D. pteronyssinus 51.7% and Blomia tropicalis 48.3%. Specific IgE level induced by D. farinae and Blomia tropicalis sensitization were significantly higher in patients with persistent asthma compared to intermittent asthma, whereas specific IgE level induced by D. pteronyssinus sensitization was higher in persistent asthma although not statistically significant
The Effect of Disease Duration on the Incidence of Peripheral Arterial Disease in Young Adults with Systemic Lupus Erythematosus
Background: Peripheral arterial disease is a chronic complication that affects morbidity and mortality in SLE patient. However, there were only a few of researches studying the relationship of disease duration and peripheral arterial disease event overseas and it hasnever been studied in Indonesia.Objectives: To obtain information about the increased event of peripheral arterial disease in women of 40 years old or younger with SLE's duration of five years or longer compared with less than five years.Methods: This was a case control study conducted between June - August 2012 at Cipto Mangunkusumo hospital, Jakarta. Subjects were women of 40 years old or younger with SLE who visited Rheumatolgy and Allergy-Immunlogy outpatient clinic. They were assignedto case and control groups and traced retrospectively using interview and medical record. The relationship between disease duration and peripheral arterial disease was estimated using OR and the role of confounding factors was analysed using logistic regression one byone, resulted in fully adjusted OR.Results: A total of 90 subjects were recruited, 18 subjects in case group and 72 subjects in control group.Traditional risk factors were similiar in both groups. In multivariat analysis, there was a relationship between disease duration 5 years or longer and peripheral arterialdisease with fully adjusted OR 1,9 (95%CI 0,575-6,543). Older age and steroid therapy were the confounding factors.Conclusion: There was an increased event of peripheral arterial disease in women of 40 years old or younger with SLE's duration five years or longer compared withsubjects having the disease duration less than five years, but this increase was not statistically significant
- …