19 research outputs found

    PENGARUH PERCAMPURAN BERBAGAI KOLOM AIR TERHADAP KADAR DO (Dissolved Oxygen) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK SAGULING, KABUPATEN BANDUNG

    Get PDF
    Waduk Saguling dimanfaatkan untuk KJA dengan pola intensif yang menyebabkan terjadinya penumpukan limbah bahan organik sisa metabolisme dan sisa pakan. Proses dekomposisi limbah tersebut berpotensi meningkatkan laju pemanfaatan oksigen hingga melebihi laju produksinya. Dengan demikian, keseimbangan kandungan oksigen terlarut (DO) perairan tidak stabil serta dapat menimbulkan gas-gas beracun, seperti H2S, CO2, dan CH4. Apabila suatu saat terjadi pembalikan massa air ke permukaan maka akan membahayakan kehidupan organisme perairan bahkan dapat mengakibatkan kematian massal ikan yang dibudidayakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh percampuran air pada berbagai kedalaman kolom air terhadap beberapa parameter kimia (DO, NH3, H2S, dan pH) dan fisika (suhu) pada lokasi KJA Waduk Saguling. Pada penelitian ini terdapat tiga perlakuan, yaitu perlakuan 1 percampuran antara kedalaman 1 m dan 3 m, pada perlakuan 2 percampuran antara 1 m, 3 m, dan 7 m, sedangkan pada perlakuan 3 percampuran air antara kedalaman 1 m, 3 m, 7 m, dan 11 m. Berdasarkan nilai distribusi vertikal oksigen terlarut, Waduk Saguling, khususnya di titik pengamatan, menggambarkan tipe perairan heterograde positif. Dari ketiga parameter DO, amonia bebas, dan H2S, dapat disimpulkan bahwa perlakuan 3 (holomictic) dapat berakibat buruk pada ikan yang dibudidayakan karena memiliki konsentrasi oksigen yang rendah, amonia bebas yang mendekati ambang batas serta H2S yang melebihi ambang batas. Dari distribusi suhu secara vertikal dapat diketahui bahwa tidak terdapat lapisan termoklin sehingga daerah keramba jaring apung Bongas mempunyai potensi yang tinggi untuk terjadi umbalan.Kata kunci: oksigen terlarut (DO), pencampuran air (mixing), Waduk Sagulin

    Karakteristik Habitat dan Keanekaragaman Ikan Air Tawar Sungai Menduk yang Mendapat Pengaruh Penambangan Timah di Kabupaten Bangka

    Get PDF
    Tin mining in Bangka has caused a lot of damage to the environment, including rivers. The damage will affect water quality and aquatic habitat that would threaten the diversity of fish resources. This study aims to determine the effect of tin mining activities on water quality and fish species diversity. The study was conducted in Menduk River during February to May 2013 through fish sampling using gill nets with several mesh sizes. Measurement of water quality parameters was performed and analyzed using Pollution Index (PI) and an index of habitat to investigate the disturbance of habitat due to tin mining. The results showed that the tin mining affects water quality, especially the brightness, turbidity, and TSS. PI based Menduk River was declared contaminated with habitat conditions upstream in heavy interference conditions. Lowest diversity index fish in upstream and overall found 21 species of fish from 10 families in the River Mendu

    HUBUNGAN PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DENGAN KETERSEDIAAN UNSUR HARA DAN INTENSITAS CAHAYA DI PERAIRAN TELUK KENDARI SULAWESI TENGGARA

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini merupakan kajian tentang hubungan produktivitas primer fitoplankton denganketersediaan unsur hara dan intensitas cahaya di perairan Teluk Kendari. Penelitian ini dilaksanakan diPerairan Teluk Kendari pada bulan April ââ¬â Juni 2009 dengan menempatkan 3 stasiun penelitian.Tujuan penelitian adalah mengkaji hubungan antara produktivitas primer fitoplankton (NPP) denganketersediaan unsur hara dan intensitas cahaya (ICM) di perairan Teluk Kendari. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai produktivitas primer selama penelitian pada perairan Teluk Kendari yaitupada stasiun luar teluk berkisar 16,99 ââ¬â 26,37 mgC/m3/4 jam, pada stasiun tengah teluk 21,09 ââ¬â 31,25mgC/m3/4 jam, dan 11,13ââ¬â24,61 mgC/m3/4 jam pada stasiun dalam teluk. Hubungan produktivitasprimer dengan unsur hara dan ICM memperlihatkan keeratan hubungan yang kuat pada ketiga stasiunpenelitian sedang produktivitas primer dengan unsur hara dan ICM menunjukkan pola yang hampirsama pada ketiga stasiun penelitian. Pada stasiun luar teluk, unsur hara amonia dan nitrat bersamaICM menjadi faktor yang memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi rendahnya nilai NPP, sedangpada stasiun tengah dan dalam teluk, unsur hara nitrat dan ICM memberikan pengaruh yang nyataterhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP di perairan Teluk Kendari.ABSTRACTThe sudy on the Phytoplankton primary productivity relationship to the availability of nutrientelement and light intensity in the waters of Kendari Bay was conducted on April-June 2009 at threesites. The purpose of this research was to examine the relationship between primary productivity ofphytoplankton with nutrient availability and light intensity in the waters of the Bay of Kendari. Basedon the data description and laboratory analysis, net primary productivity values during the surveyperiod varied from 11.13 to 31.25 mgC/m3/4 hour with ranges of average value of NPP from 20.0 to24.46 mgC/m3/4 hour. Sampling station located at the middle of the bay had the highest NPP valuefollowed by sampling station positioned at the mouth of the bay and the lowest value was found atsampling station located near the river mouth of the upper part of the bay. Relationship betweenprimary productivity and light intensity depicted a strong correlation at the three sampling stations.Relationship of primary productivity to nutrient and light intensity showed that the relationship werehigh in all three stations. Similar pattern of relationship were shown among the three stations. At thestation located out of the Kendari Bay, nutrient element N (both ammonia and nitrate) and lightintensity were the main factors that signifacantly influence the level of NPP value, while stationlocated in the middle and inside the bay, results reveal that nitrate and light intensity had significatinflunce on the level of NPP values.Key words: primary productivity of phytoplankton, nutrient elements, light intensit

    KELIMPAHAN ZOOPLANKTON DAN BIOMASSA IKAN TERI (Stolephorus spp.) PADA BAGAN DI PERAIRAN KWATISORE TELUK CENDERAWASIH PAPUA (Abundance of Zooplankton and Biomass of Anchovy (Stolephorus spp.) of Liftnet at Kwatisore Bay, Cendrawasih Gulf, Papua)

    Get PDF
    ABSTRACTMillions of organisms can be found in the Cenderawasih Gulf National Park area, especially in the waters of the Kwatisore Bay, Nabire and has been well-known to almost all over the world. Large zooplankton is an important food for migrated fish larvae and all kinds of fish including anchovies. Anchovy is the food of large and small pelagic fish groups. Groups of fish that use plankton as food were included anchovy. The main catch product of lift net at the Kwatisore bay is anchovy (Stolephorus spp.). This study aims to assess the level of availability of anchovy in relation to the abundance of zooplankton as food and to analyze the influence of anchovy fishing activities with lift net fishing gear. The results were obtained 51 species of zooplankton, which consists of 44 types holoplankton and 7 types of meroplankton. There were 17 species of zooplankton were found in the stomach of anchovy with the subgroup dominated by copepods (73.51 %). Among 17 species of zooplankton there 2 types that were found in all four sampling periods, namely Calanus sp. 2 and Euterpina acutifrons. There is a relationship between the abundance of individual zooplankton in the waters of the anchovy biomass and also between the abundance of zooplankton and biomass of anchovy.Keywords: abundance of zooplankton, biomass of anchovy, lift net at Kwatisore-------ABSTRAKJutaan organisme dapat ditemukan dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih khususnya di perairan Kwatisore, Nabire dan telah terkenal sampai hampir ke seluruh dunia. Zooplankton berukuran besar merupakan makanan penting bagi ikan-ikan yang bermigrasi dan larva semua jenis ikan termasuk didalamnya ikan teri. Ikan teri merupakan makanan dari kelompok ikan pelagis besar dan kecil. Kelompok ikan-ikan yang banyak memanfaatkan plankton dari kelompok ikan pelagis kecil diantaranya ikan teri. Hasil tangkapan utama bagan penangkap ikan pelagis kecil di perairan Kwatisore ialah jenis teri (Stolephorus sp.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tingkat ketersediaan ikan teri dalam kaitannya dengan kelimpahan zooplankton sebagai makanannya serta menganalisis pengaruh dari aktivitas penangkapan ikan teri dengan alat tangkap bagan. Secara keseluruhan dari seluruh stasiun dalam setiap periode sampling, diperoleh 51 jenis zooplankton yang terdiri atas 44 jenis holoplankton dan 7 jenis meroplankton. Terdapat 17 jenis zooplankton yang ditemukan dalam lambung ikan teri dengan didominasi oleh Sub-grup Copepoda (73,51%). Diantara ke-17 jenis zooplankton tersebut terdapat 2 jenis yang ditemukan pada keempat periode sampling yaitu Calanus Sp.2 dan Euterpina acutifrons. Hasil analisis regresi linier antara biomassa ikan teri hasil tangkapan bagan dan kelimpahan maupun antara biomassa ikan teri hasil tangkapan bagan dan jumlah jenis zooplankton menunjukkan adanya korelasi positif.Kata kunci: kelimpahan zooplankton, biomassa ikan teri, bagan di Kwatisor

    PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN UNSUR HARA DAN CAHAYA DI PERAIRAN TELUK BANTEN

    Get PDF
    Pada ekosistem perairan, keberadaan cahaya dan unsur hara di kolom air merupakan faktor utama yang mengontrol laju produktivitas primer fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara produktivitas primer fitoplankton dengan keberadaan intensitas cahaya dan unsur hara di kolom perairan Teluk Banten. Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan metode oksigen botol terang dan gelap. Pengambilan contoh air laut untuk pengukuran produktivitas primer dan unsur hara dilakukan pada dua stasiun dengan empat titik kedalaman. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa produktivitas primer fitoplankton pada setiap kedalaman inkubasi berkisar dari 13.56-29.59 mg C/m3/jam di kedua stasiun pengamatan. Terdapat kecenderungan kolom perairan di lokasi penelitian termasuk massa airnya tercampur. Hal ini terlihat dari distribusi vertikal unsur hara yang homogen. Disamping itu, cahaya cenderung berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Terdapat hubungan yang sangat erat antara cahaya yang ada di kolom air dengan produktivitas primer (82% dan 64%) dan sebaliknya, unsur hara dengan produktivitas primer berkorelasi lemah (berkisar antara 0.9%-16.5%). Cahaya lebih bersifat sebagai pembatas dibanding unsur hara bagi produktivitas primer.Kata kunci: produktivitas primer fitoplankton, cahaya, DIN (nitrogen anorganik terlarut), DIP (fosfat anorganikterlarut)

    Pengaruh Percampuran Air Terhadap Oksigen Terlarut Di Sekitar Karamba Jaring Apung, Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian dilakukan di sekitar keramba apung Waduk Cirata (KJA), Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui fluktuasi ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan, melalui percampuran massa air yang diambil dari beberapa kedalaman. Konsentrasi DO di lokasi KJA di Waduk Cirata menurun seiring bertambahnya kedalaman dengan kisaran rata-rata adalah 0,3 - 0,5 mg/l (lapisan dasar) hingga 8,0 - 8,4 mg/l (permukaan). Distribusi vertikal oksigen terlarut menggambarkan tipe perairan clinograde. Kedalaman zona eufotik mencapai 3,81 m. Terdapat variasi ketersediaan oksigen terlarut dari pencampuran massa air meromictic dan holomictic. Pada perlakuan 1 (meromictic hingga 12 m) nilai rata-rata DO yaitu 7,00 - 7,41 mg/l. Perlakuan 2 (meromictic hingga 24 m) nilai rata-rata DO 5,28 - 5,48 mg/l. Perlakuan 3 (holomictic hingga 42 m) memiliki nilai rata-rata DO sebesar 2,44 - 2,84 mg/l. Jika terjadi percampuran meromictic hingga kedalaman 12 m dan 24 m maka kegiatan budidaya ikan masih dianggap layak, karena nilai DO >5 mg/l. Akan tetapi, pencampuran holomictic mengakibatkan DO melewati ambang batas, sehingga tidak dapat menopang budidaya perikana

    Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten

    Full text link
    Pada ekosistem perairan, keberadaan cahaya dan unsur hara di kolom air merupakan faktor utama yang mengontrol laju produktivitas primer fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara produktivitas primer fitoplankton dengan keberadaan intensitas cahaya dan unsur hara di kolom perairan Teluk Banten. Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan metode oksigen botol terang dan gelap. Pengambilan contoh air laut untuk pengukuran produktivitas primer dan unsur hara dilakukan pada dua stasiun dengan empat titik kedalaman. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa produktivitas primer fitoplankton pada setiap kedalaman inkubasi berkisar dari 13.56-29.59 mg C/m3/jam di kedua stasiun pengamatan. Terdapat kecenderungan kolom perairan di lokasi penelitian termasuk massa airnya tercampur. Hal ini terlihat dari distribusi vertikal unsur hara yang homogen. Disamping itu, cahaya cenderung berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Terdapat hubungan yang sangat erat antara cahaya yang ada di kolom air dengan produktivitas primer (82% dan 64%) dan sebaliknya, unsur hara dengan produktivitas primer berkorelasi lemah (berkisar antara 0.9%-16.5%). Cahaya lebih bersifat sebagai pembatas dibanding unsur hara bagi produktivitas primer

    Komunitas fitoplankton di perairan Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh

    Get PDF
    Abstract. The aims of the present study was to evaluate community structure and biomass of phytoplankton based on the depth stratification in the waters of Lake Laut Tawar. Sampling was conducted during March and April 2010. The results showed that 43 species of phytoplankton belonging to five classes were found in Lake Laut tawar. The most common class was Chlorophyceae with 20 genera, followed by Bacillariophyceae (diatoms) by 9 genera, Cyanophyceae (10 genera), Dinophyceae (2 genera), and Euglenophyceae (2 genera). The highest species composition was found at II with 15 m depth (24 genera), while the highest abundance of phytoplankton was occured at station with 10 depth (155600 cells/l), while the lowest abundance was obtained at 15 depth (12745 cells/l). Overall the phytoplankton population in Lake Laut Tawar was dominated by Bacillarophyceae. In addition, the diversity index of phytoplankton was in moderate level (2.34), while the evenness index was ranged from 0.43 to 0.87, indicate the distribution of the individuals of each species was varied, however there was no predominant species detected.Keywords. Phytoplankton, structure community, Laut Tawar Lake
    corecore