27 research outputs found

    Legal Perspective of Using Philanthropy Approach for Low Income Household in Accessing Sufficient House in Indonesia

    Get PDF
    By 2016, the backlog for housing is estimated around 13,8 million units. With the need growth 5% per year approximately, Indonesian people need 1 million houses per year. Adding to the number of backlog, it is around 1,55 million houses should be provided every year in order to meet the need in the year 2030. The number is based on the ability to pay in general of Indonesian people, which is with the price for sufficient house estimated to be 135 million rupiahs. This means low income household is out of consideration, therefore this group cannot afford the house whatsoever. In order to narrower the gap, the Government of Indonesia has built „One Million Houses Program‟ which has composition 70% for low income household. However, the program has not optimal yet. From the data from the Public Work and Housing Ministry, it is only 80% of the 1 million houses targeted that can be achieved; and from this 80%, only 569.382 units or 70,72% for the low income household. With this trend, it is difficult for the low income household to access sufficient houses in turn. The solution for this can be two alternatives: (1) the Government provide affordable houses for the group, or (2) increasing the ability to pay of the group. The alternative (1) could be difficult due to the limited budget of the Government. The possible answer is to increase the ability of the low income households, so that they can access houses either under subsides scheme from the Government or developers. In doing so, the main problem is to collect or acquire the funding for accessing the house. Using various regulations and policies that could make possible for low income households to receive the money, such as corporate social responsibility, zakat, or even philanthropy activities in Indonesia, the burden could be lessen. The importance of giving the low income households opportunity to access sufficient house is a notion that a sufficient housing can be a strategic toll for improving citizen life which becomes a background argument in the Law No. 1 of 2011 of Housing

    Student First-Time Voters’ Perception in Jakarta Toward Election System in Indonesia: Through Their Participation in Election

    Get PDF
    General elections are a common mechanism in the democratic political systems adopted by 237 geographies around the globe. Indonesia has been committed to implement the democracy since the first general election in 1955. In the system, first time voters hold a very important role (this demographic accounted for 5 million voters in the 2019 election). The majority of first-time voters are first-year college students. This educated group is not only often viewed as a role model for the larger peer group regarding participation in the political system, but also represents the nation’s future leaders, so that their participation in politics is vital to the future continuation of the political systems. This is the main reason for doing research in measuring perception and participation of first-time voters. Similar studies have already taken place, especially in Jakarta, but the main difference in this study relates to measuring the perception and participation using mix method with qualitative analysis in the end. Keywords: first time voters, higher education students, perception and participation, electio

    Regulasi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Bantuan Dana Keolahragaan Kemenpora Kepada Organisasi Keolahragaan

    Get PDF
    Sports development is one of the pillars for maintaining health and fitness that can support the productivity of human resources. Law Number 11 of 2022 concerning Sports mandates that Sports has the function of developing physical, spiritual and social abilities as well as forming dignified national character and personality. Sports activities are essentially a miniature of life. It is said so because in sports activities there are many values, in addition to people who carry out sports activities have goals such as for health, pleasure and free time, it is also universally embedded in sports values of struggle, pioneering, cooperation, competition, respect, communication and integration, physical endurance and mental endurance, togetherness, responsiveness, leadership and decision making, honesty and sportsmanship, and others. Sports have become a necessity of life for people of all nations and countries. Therefore, in almost all societies in this world, including in Indonesia, sports activities are a way to balance their spiritual and physical life. Considering that the universal values of sport have positive implications for the formation of an advanced and cultured society, it is only fitting that sport is placed as one of the important priorities in national development. Success in achievement is not obtained suddenly or in an instant way, but through a long process, from achievement to a higher level of achievement, all of which require the involvement of other sports actors as reinforcement. The series of recreational sports activities that form the basis of KORMI's work program can be said to be a form of process. Thus, the activities of many sports organizations are assisted with funds from the Ministry of Youth and Sports. Sports grant funds are actually a form of government support both at the central and regional levels in supporting sports coaching programs implemented by KONI together with the main sports branch organizations. Referring to the findings of the Supreme Audit Agency (BPK) on audit reports both at the central and regional levels on the use of sports grants, corruption as perpetrated by the top leadership, the ministries above, is one of the many major problems we are currently facing. . Corruption is clearly an act that is not commendable that is carried out individually or in groups in an effort to enrich themselves or groups from sources of opinion that are legally illegal. In addition, acts of corruption also harm the noble values of Pancasila as the basis of the state. With the many findings and cases of corruption in sports grant funds above, the government should take firm steps. It is suspected that the problem lies in the lax regulation that is used as the basis for providing these sports grants.Pembangunan olahraga merupakan salah satu pilar untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh yang dapat mendukung produktivitas sumber daya manusia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan mengamanatkan bahwa Keolahragaan berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat. Kegiatan olahraga pada hakikatnya merupakan miniatur kehidupan. Dikatakan demikian karena di dalam aktifitas olahraga terkandung banyak nilai, disamping orang yang melakukan kegiatan olahraga memiliki tujuan seperti untuk kesehatan, kesenangan dan pengisi waktu luang, adalah juga secara universal dalam olahraga melekat nilai-nilai perjuangan, kepeloporan, kerjasama, persaingan, respek, komunikasi dan integrasi, ketahanan fisik dan daya tahan mental, kebersamaan, sikap responsif, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, kejujuran dan sportifitas, dan lain-lain. Olahraga telah menjadi kebutuhan hidup bagi masyarakat semua bangsa dan negara. Oleh karena itu pada hampir semua masyarakat di dunia ini, termasuk di Indonesia, kegiatan olahraga sebagai salah cara menyeimbangkan kehidupan rohaniah dan jasmaniahnya. Mengingat nilai-nilai universal olahraga memiliki implikasi positif terhadap pembentukan kehidupan masyarakat yang maju dan berbudaya, maka sudah selayaknya olahraga ditempatkan sebagai salah satu prioritas penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan dalam capaian prestasi tidak diperoleh secara tiba-tiba atau dengan cara instan, tetapi melalui sebuah proses panjang, dari prestasi yang dicapai ke jenjang prestasi yang lebih tinggi yang kesemuanya itu membutuhkan keterlibatan pelaku olahraga lainnya sebagai penguat. Rangkaian kegiatan olahraga rekreasi yang menjadi dasar program kerja KORMI dapat dikatakan sebagai bentuk proses. Dengan demikian, aktifitas organisasi-organisasi keolahragaan banyak dibantu dengan dana dari Kemenpora. Dana hibah keolahragaan sejatinya merupakan bentuk dukungan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam mendukung program pembinaan olahraga yang dilaksanakan oleh KONI bersama induk organisasi cabang olahraga. Merujuk pada temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan hasil pemeriksaan baik di tingkat pusat maupun daerah atas penggunaan dana hibah keolahragaan, Korupsi sebagaimana yang dilakukan oleh pucuk pimpinan, kementerian diatas, merupakan salah satu dari sekian banyak masalah besar yang sedang kita hadapi sekarang ini. Korupsi jelas merupakan tindakan yang tidak terpuji yang dilakukan secara individu maupun kelompok dalam upayanya memperkaya diri sendiri maupun kelompok dari sumber-sumber pendapat yang ilegal secara hukum. Selain itu, tindakan korupsi juga mencederai nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara. Dengan banyaknya temuan dan kasus korupsi dana hibah keolahragaan di atas, seharusnya pemerintah mengambil langkah tegas. uat diduga, masalahnya terletak pada longgarnya regulasi yang dijadikan sebagai dasar pemberian dana hibah keolahragaan tersebut

    OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PENCABULAN ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPASTIAN HUKUM (STUDI PUTUSAN NOMOR 3/PID.SUS-ANAK/2020/PN.BDG)

    Get PDF
    Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa dan negara. Anak merupakan cikal bakal lahirnya generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan, banyak anak yang menjadi korban kekerasan dan mengalami perlakuan salah seperti halnya penganiayaan terhadap anak serta perbuatan cabul terhadap anak. Bukan hanya korban kekerasan yang terjadi terhadap anak, yang paling memperihatinkan sekarang bahwa ketika anak itu sendiri yang menjadi pelaku tindak pidana. Permasalahan yang diteliti adalah: 1) bagaimana pengaturan mengenai anak yang melakukan tindak pidana pencabulan terhadap anak dibawah umur, 2) apa yang menjadi kendala Majelis Hakim dalam memutus perkara pencabulan yang dilakukan oleh anak dibawah umur pada Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor: 3/Pid.Sus-Anak/2020/PN.Bdg, 3) bagaimana kebijakan hukum pidana bagi anak sebagai pelaku tindak pidana pencabulan?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian hukum normatif yang mengkaji data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.  Hasil penelitian menunjukkan terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencabulan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 82 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo. Pasal 64 KUHP. Kendala Majelis Hakim dalam memutus perkara pencabulan yang dilakukan oleh anak dibawah umur pada Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor: 3/Pid.Sus-Anak/2020/PN.Bdg. yaitu harus melihat tiga (3) asas yang terdapat dalam hukum yaitu: asas keadilan, asas kemanfaatan, asas kepastian hukum. Sedangkan terhadap anak yang menjadi pelaku pencabulan dilindungi menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Selain itu Majelis Hakim harus memperhatikan masa depan anak walaupun anak tersebut melakukan tindak pidana, hakim tidak bisa menjatuhkan hukuman maksimal yang di tuntutkan oleh jaksa penuntut umum. Kebijakan hukum dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencabulan, hakim wajib memperhatikan kebutuhan-kebutuhan si anak terutama hak-haknya sebagai seorang anak

    OPTIMALISASI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN BUKTI DI PERSIDANGAN (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 240/PID.SUS/2021/PN.TNG)

    Get PDF
    Putusan Hakim sebagai proses akhir dalam penegakan hukum merupakan kegiatan yang paling problematis, dilematis dan mempunyai tingkat kontroversi yang tinggi. Upaya untuk mencari, menemukan, dan menerapkan hukum inilah yang kerapkali menimbulkan rasa tidak puas terhadap para pihak hingga di kalangan masyarakat. Dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara  pidana,  akan sangat menentukan apakah putusan seorang hakim dianggap adil, atau menentukan apakah putusannya dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Putusan hakim seringkali dirasakan tidak memenuhi rasa keadilan karena melampau kewenangannya (ultra petita). Permasalahan yang diteliti adalah: 1) Apa yang dimaksud dengan asas ultra petitum dalam sistem pidana Indonesia, 2) bagaimana penerapan asas ultra petitum di Indonesia, 3) bagaimana penerapan ultra petita hakim dalam tindak pidana narkotika pada putusan pengadilan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian hukum normatif, penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu keadaan yang menjadi objek penelitian dengan mendasarkan penelitian pada ketentuan hukum normatif. Hasil penelitian menggambarkan bahwa asas ultra petitum dalam sistem pidana Indonesia adalah suatu putusan atas perkara yang melebihi yang dituntut atau diminta Jaksa Penuntut Umum. Penerapan asas ultra petitum bahwa seorang hakim dalam memvonis tidak boleh melebihi aturan yang didalamnya mengatur ancaman hukuman atas sebuah tindak pidana. Penerapan ultra petita hakim dalam tindak pidana narkotika pada Putusan Pengadilan Nomor: 240/PID.SUS/2021/PN.Tng telah sejalan dengan teori kepastian hukum dan asas legalitas yang dimana kepastian hukum mengandung arti bahwa seorang hakim dalam memvonis tidak boleh melebihi aturan yang di dalamnya mengatur ancaman hukuman atas sebuah tindak pidana. Sedangkan asas legalitas bertujuan untuk mengetahui ketika majelis hakim menjatuhkan vonis mengacu pada undang-undang dan pasal-pasal yang sudah sesuai dengan hukum yang berlaku. Putusan pengadilan yang dijatuhkan oleh hakim harus berdasarkan kepada surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum yang berisi fakta-fakta yang terjadi dalam suatu tindak pidana (delik), beserta aturan-aturan hukum yang dilanggar oleh terdakwa. Penuntut Umum harus teliti dan cermat dalam membuat isi daripada surat dakwaan, dimana harus memenuhi baik syarat formil maupun materil surat dakwaan tersebut seperti yang disebutkan di dalam Pasal 184 ayat (2) KUHAP. Surat dakwaan akan menjadi dasar bagi pemeriksaan di persidangan dan pengambilan keputusan oleh hakim.. Namun dalam prakteknya ditemukan banyak putusan perkara pidana yang diputus oleh hakim, dimana dalam proses  hukumnya  tidak mengindahkan azas-azas dan  hukum acara pidana serta  dakwaan JPU berbeda pula dengan fakta-fakta persidangan

    STRENGTHENING POLICY OF EX-SITU BIODIVERSITY MANAGEMENT CONSERVATION PREVENTING BIODIVERSITY LOSS IN CIBINONG SCIENCE CENTER BOTANICAL GARDEN

    Get PDF
    The IUCN (International Union for Conservation of Nature) as international system for biodiversity conservation stated that all botanical garden should conserve endangered biodiversity. In this context, the IUCN publish the IUCN’s Red List every year; in the year 2021 for example only around 35,765 species or 28% out of 75% conserved in ex-situ conservation or botanical garden. Indonesia has been developed further the notion through Presidential Decree No. 93/2011 that accommodated Target 8 of the Global Strategy for Plant Conservation (GSPC). Target 8 stated that at least 75 per cent of threatened plant species in ex- situ collections, preferably in the country of origin, and at least 20 percent available for recovery and restoration programs. From previous study, two out of six botanical gardens managed by the Government implemented the Target varied. Therefore, it is necessary to evaluate others including The Cibinong Science Center Botanical Garden (CSCBG). The study used qualitative method combined with policy approach through interview and observation with Miles and Hubermen approach for analysis. The result shows that the Gardens has not accommodated the policy yet, however the Garden has introduced technology with more than 6.000 species equipped with barcode. The collection is mainly Indonesia tropical plants specifically flora at lowland. Therefore, to strengthening policy of ex-situ conservation in the CSBG needs further policies: (a) coordination among and within related actors, (b) integration of biodiversity conservation into socio-economic sectors, (c) adequacy and sufficiency of funds, and (d) governance and stakeholder participation

    PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PASAR MODAL SEBAGAI UPAYA MELINDUNGI INVESTOR

    Get PDF
    Kegiatan pada pasar modal mengandung risiko tinggi, sehingga perdagagan Efek yang berupa surat berharga terbatas sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor  8  Tahun  1995 Tentang Pasar Modal yang pada dasarnya adalah dokumen akan mengandung risiko tinggi yang perlu diantisipasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Penerapan prinsip GCG menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi risiko tersebut. Namun demikian, perlu ditelaah penerapan GCG seperti apa yang dapat secara efektif mengurangi risiko tersebut. Pada tataran peraturan perundang-undangan, prinsip GCG terkait praktik pasar modal telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN); disamping beberapa peraturan pemerintah dan Peraturan OJK, sebagai badan otoritas pengawas pasar modal di Indonesia. Pada tataran peraturan perundang-undangan, prinsip GCGyang dikembangkan sudahsangat memadai karena berdasarkan praktik internasional dan tuntutan pasar modal itu sendiri. Namun untuk bisa mengukur pelaksanaan GCG secara kuantitatif dan kualitatif, masih dibutuhkan berbagai instrumen yang bisa dijadikan indikator atau parameter kepatuhan Emiten terhadap GCG di Pasar Modal. Tidak mengherankan jika tingkat kepatuhan Pasar Modal Indonesia terhadap GCG di antara negara-negara Asia masih berada pada peringkat 11 pada tahun 2010-2014 dengan trend skor menurun dari 40 di tahun 2011 menjadi 37 ditahun 2012 dan naik menjadi 39 di tahun 2013.Untuk efektifnya perlindungan investor melalui penerapan GCG di pasar modal diusulkan dikaitkan dengan sistem peringatan dini atau early warning system

    ASPEK HUKUM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI MELALUI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DI PERGURUAN TINGGI KHUSUSNYA DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    Get PDF
    Although Indonesia has long history fighting corruption since its independence, however the fighting has not given positive resulted yet. The corruption cases is increasing from one rezim to another, even after reformation era which put its based movement toward fighting corruption. This phenomena drive many Indonesian people, experts, and scholars to evaluate the essence of fighting such bad behaviour either from culture, legal, and education perspective. Scholars suggested that the effective way of fighting the corruption is in preventive scheme rather in represive one. In this sense, it is education that could give great impact to build anti corruption character. The challenge in formulating such system in higher education not only due to the material or the subject given to the students, but also the method that need different approach to make sure that the needed character has been developed well

    TELAAH PENGATURAN EFEKTIF PEMANFAATAN ZISWA UNTUK BANTUAN SERTIFIKASI HALAL BAGI UMKM

    Get PDF
    Pemanfaatan zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf (ZISWA) selama ini ditujukan untuk memastikan kaum mustahik terpenuhi kebutuhan dasarnya. Pemikiran bahwa kaum mustahik dimaksud juga perlu diberdayakan secara produktif sehingga lingkaran kemiskinan bisa diputus dengan memberikan sumber pendapatan yang jelas dan terukur, mengembangkan pemikiran pemanfaatan ZISWA untuk sektor produktif namun tetap sasarannya adalah mustahik yang telah melakukan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang masih terbatas pada aspek bantuan manajemen bisnisnya. Tulisan ini bermaksud mengkaji potensi ZISWA untuk dimanfaatkan bagi bantuan pembiayaan sertifikasi halal bagi UMKM. Pertimbangan utamanya adalah halal merupakan syarat Syariah untuk konsumsi ummat muslim yang tidak bisa ditawar karena merupakan kewajiban yang ditetapkan dalam Al Qur’an. Menggunakan metode penelitian normatif yuridis didukung oleh kuesioner kepada UMKM, hasil penelitian menunjukkan bahwa ZISWA dimungkinkan untuk dimanfaatkan untuk bantuan pembiayaan sertifikasi halal apabila ZISWA telah didayagunakan untuk mustahiq yang memerlukannya dan sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan. Untuk itu, perlu dengan hati-hati dan terukur untuk memastikan keterpenuhan dimaksud. Selain itu dilakukan seleksi sektor produktif yang akan memanfaatkan ZISWA adalah sektor yang menjanjikan keuntungan. Oleh karena itu masih perlu peraturan teknis untuk mengukur dan memastikan keterpenuhan syarat-syarat dimaksud

    Responding to the need for wise use of social-media through legal counseling in the Foster Village of Cikarageman, Bekasi Village

    Get PDF
    Currently, all levels of society everywhere can use social media easily. This convenience makes freedom of expression increasingly out of control, and often results in legal problems. Indonesian people who use social media or social media must be wiser in using social media to express freedom of opinion so as not to get caught in criminal cases. Community service (PKM) is carried out in 2 (two) activities, namely: 1) training on the wise use of social media, and 2) e-court socialization (e-court justice). The aim of the activity is to provide training to the community in Cikarageman Village, Bekasi in terms of wise use of social media to avoid legal entanglements and socialization of e-court implementation in court. Activities carried out face-to-face by providing material on the ITE Law, the role of the ITE Law in social media, ways and tips for using social media wisely so as to avoid legal entanglements, examples of cases of using social media which resulted in legal proceedings and providing material on the application of e -court in Court. The activity was attended by representatives from Cikarageman Village units, Bekasi, namely the PKK Unit, BPD Unit, and local residents. During this activity, discussions and consultations were also held regarding legal issues faced by the residents of Cikarageman Village, Bekasi. In this consultation activity, the material provider answers all legal issues faced by residents, both those directly related to the use of social media, the application of e-court in courts and other legal issues, for example land issues, debts, households and judicial processes
    corecore