12 research outputs found
MORFOMETRI KERANG TAHU Meretrix Meretrix Linnaeus, 1758 DI PASAR RAKYAT MAKASSAR [Morphometric of White Shell Meretrix Meretrix Linnaeus, 1758 From Local Markets Makassar]
White shells Meretrix meretrix is one of the bivalves that are often sold in local markets of Makassar. Meretrix meretrix is one type of shellfishes that is favoured by the people so that they are continuedly being taken from their habitat without considering the feasibility of the capture. This research was aimed to determine the correlation between shell length, shell width, shell thickness, and total weight of the meat as well as assessing the size of a decent catch of M. meretrix in Makassar. Morphometric relationship between the length, width and thickness of the shell and total weight of the meat was analyzed using regression analysis.The results showed that the length and width of the shell and the length and total weight had strong positive correlation (0.81 = r = 0.96 and 0.81 = r = 0,92 repectively).The lenght and thickness of shell was moderately correlated (0.57 = r = 0.76), while the length and weight of the meat showed weak correlation (0.02 = r = 0.47). Size of M. meretrix sold in TPI Rajawali, Sentral market and Tanjung market ranged between 2.00 – 6.99 cm and has fulfilled the catching standard, which is > 4 cm
Kelayakan Kualitas Air Untuk Kawasan Budidaya Eucheuma Cottoni Berdasarkan Aspek Fisika, Kimia Dan Biologi Di Kabupaten Kepulauan Selayar
Telah dilakukan penelitian tentang kelayakan kualitas air untuk kawasan budidaya Eucheuma cottonii berdasarkan aspek fisika, kimia dan biologi di Kabupaten Kepulauan Selayar, pada bulan September – November 2014. Penelitian ini bertujuan mengetahui kawasan budidaya rumput laut berdasarkan kondisi fisika, kimia dan biologi di perairan Kepulauan Selayar. Penentuan lokasi budidaya rumput laut dilakukan dengan penyusunan matrik kesesuaian berdasarkan hasil skoring dan pembobotan. Hasil penelitian memperlihatkan kisaran nilai: a) Parameter fisika terdiri atas: (1) kedalaman sebesar 6,5 m– 11,5 m, (2) kecerahan 1,61 m– 6,51 m, (3) suhu perairan 29 ºC– 30,7 ºC, (4) salinitas perairan 28 ppt – 31,5 ppt, (5) material dasar perairan mempunyai jenis antara lain: lumpur, pasir dan karang, (6) kecepatan arus 0,02 m/det - 0,156 m/det, (7) muatan padatan tersuspensi 16,097 mg/l- 58,350 mg/l. b) Parameter kimia terdiri dari: (1) oksigen terlarut 3 ppt - 6,3 ppm, (2) pH 7,13- 7,66, (3) fosfat 0,211 mg/l- 1,904 mg/l, (4) nitrat 0,032- mg/l- 1,412 mg/l. c) Parameter biologi terdiri atas: (1) kelimpahan fitoplankton 20500 sel/l- 46500 sel/l dan (2) klorofil-a 0,110 mg/l- 0,889 mg/l. Hasil skoring menunjukkan untuk kelima stasiun dapat dilakukan kegiatan budidaya E. cottonii yaitu pada desa Bonelohe, Baruyya, Barugayya, Dodaia dan Tongke-tongke
Penutupan Karang di Pulau Baranglompo dan Pulau Bone Batang Berdasarkan Metode Reef Check
The Research on “Coral Coverage in Baranglompo Island and Bone Batang Island Based on Reef Check Method” was conductedin April 2016. The aims of this study was to determine and to compare the condition of reefs in Baranglompo and Bone BatangIslands based on the percentage of life coral cover by using Reef Check methods. This study also aims to determine whichfactors that most affect the percentage of coral cover on each island i.e: abiotic factors (temperature, salinity and substrate inthe form of rock, rubble, sand, silt/clay); biotic factors (soft coral, recent killed coral, algae, sponges, fish and invertebratesassociate) and anthropogenic factors (garbage, ilegal fishing/bombs, stun, anchors, nets) were also investigated. Percentage oflife coral cover obtained by Line Intercept Transect (LIT) along 100 meters at a depth of 3 meters and 10 meters. The resultsshowed that the condition of coral reefs in Baranglompo was classified as moderate with an average percentage coral coverageof 42% at a depth of 3 meters and 27% at a depth of 10 meters. While the condition of coral reefs in Pulau Bone Batang wasrelatively good with average coral cover of 51% at 3 meters depth and moderate with average coral cover of 39% at 10 metersdepth. Condition of coral reefs in Bone Batang is better than Baranglompo islands. Anthropogenic impacts in the form of wasteis the most influential factor on coral cover on the island Baranglompo. Whereas fishing activities by using dinamite are thefactors that most influence on coral cover on the island of Bone Batang
Pengaruh Pemberian Vermikompos Cair Lumbricus Rubellus Hoffmeister Pada Pertumbuhan Chlorella SP.
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian vermikompos cair Lumbricus rubellus pada pertumbuhan Chlorella sp.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi media kultur vermikompos yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan populasi Chlorella sp.. Penelitian dilaksanaan di Balai Budidaya Air Payau Takalar. Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap, dengan konsentrasi larutan vermikompos cair A 0%, B 0,3%, C 0,6%, D 0,9%, dan E 1,2%, masing-masing perlakuan 3 kali ulangan. Pengamatan pertumbuhan Chlorella sp. dilakukan selama 10 hari. Hasil analisis data menggunakan UNIANOVA diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan kepadatan tertinggi populasi Chlorella sp. terjadi pada hari kesembilan dengan kepadatan 1698,91x104sel/ml terjadi pada konsentrasi vermikompos cair 0,9%
Sintasan Dan Perkembangan Stadia Larva Lola Merah (Trochus Niloticus Linn.) Pada Metode Pemijahan Berbeda
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sintasan larva lola merah (Trochus niloticus) pada setiap stadia dengan metode pemijahan yang berbeda yaitu air mengalir, aerasi kuat, tekanan suhu, dan kombinasi tekanan suhu dan air mengalir. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2006 di panti benih Stasion Laut UNHAS Pulau Barang Lompo, Makassar yang meliputi tahap persiapan, pemijahan induk, penebaran dan perhitungan jumlah dan ukuran larva serta pengukuran kua-litas air media larva lola merah. Pengolahan data menggunakan software SPSS 11.0. Dari 4 (empat) metode pemijahan yang dicobakan untuk menghasilkan larva lola merah, hanya 2 (dua) metode yang berhasil yaitu pemijahan dengan metode air mengalir dan metode aerasi kuat, sehingga sintasan larva yang diukur hanya dari kedua metode tersebut. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dalam memproduksi benih lola merah yang berkualitas. Hasil analisis menunjukkan sintasan larva pada metode pemijahan aerasi kuat pada stadia trokofor yaitu 85,00%, stadia veliger 54,92% dan stadia pediveliger 82,59%, sementara dengan metode air mengalir berturut-turut pada stadia trokofor 81,67%, stadia veliger 47,16% dan stadia pediveliger 88,57%. Hasil ter-sebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dan setelah diuji lebih lanjut diketahui bahwa metode pemijahan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap sintasan pada setiap stadia larva lola merah. Terdapat perbedaan ukuran larva pada setiap stadia yaitu trokofor (650-675 ìm), veliger (675-725 ìm), dan pediveliger (700-725 ìm)
Struktur Komunitas Echinodermata di Padang Lamun Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan
Penelitian tentang struktur komunitas Echinodermata di padang lamun perairan desa Balangdatu, Pulau Tanakeke kabupaten Takalar Sulawesi Selatan telah dilakukan pada bulan Oktober 2016 - Pebruari 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas Echinodermata di padang lamun pulau Tanakeke. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode transek kombinasi plot dengan ukuran plot 2 x 2 meter pada tiga stasiun berbeda. Analisis data mencakup penghitungan nilai kepadatan, Indeks keanekaragaman dan Indeks penyebaran. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 spesies Echinodermata dari 7 suku. Kepadatan jenis tertinggi ditemukan pada Ophiocoma erinaceus yaitu 7,85 ind/m2. Indeks keanekaragaman tergolong rendah menunjukkan kondisi lingkungan yang tertekan. Nilai Indeks penyebaran yang di seluruh stasiun lebih dari satu, menunjukkan bahwa pola penyebaran individu cenderung mengelompok
Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Kepulauan Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat
The research about Community structure of seagrass was conducted in the waters of Waisai, South Waigeo District, Raja Ampat, West Papua. The aim of this study was to determine the community structure of seagrass beds found in the waters of the Waisai archipelago, Raja Ampat, West Papua using quadrant transect method. Data of community structure were obtained at 3 stations that were station I in the countryside of Waisai (Post AL), station II in the Resort Waiwo (Waiwo Dive Center) and Station III in Saporkren village near residential areas. The results of this study discovered seven species of seagrass; Enhalus acoroides, Halophila decipiens, H. ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium in all stations. Cymodocea rotundata had the highest importance value index (IV) which amounted to 79.22%, 161.15% and 134.68% in each station, respectively. While Syringodium isoetifolium had the lowest importance value index, respectively 00,00%, 6.91% and 7.80% in each station. Seagrass of Waisai waters had clumped distribution patterns. The seagrass Cymodocea rotundata is the most dominant seagrass species and influential in the community and the results of environmental parameters, pH, temperature, salinity, substrate, measured in research location are still feasible and great for the growth of seagrass
PENGARUH PEMBERIAN VERMIKOMPOS CAIR Lumbricus rubellus Hoffmeister PADA PERTUMBUHAN Chlorella sp.
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian vermikompos cair Lumbricus rubellus pada pertumbuhan Chlorella sp.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi media kultur vermikompos yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan populasi Chlorella sp.. Penelitian dilaksanaan di Balai Budidaya Air Payau Takalar. Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap, dengan konsentrasi larutan vermikompos cair A 0%, B 0,3%, C 0,6%, D 0,9%, dan E 1,2%, masing-masing perlakuan 3 kali ulangan. Pengamatan pertumbuhan Chlorella sp. dilakukan selama 10 hari. Hasil analisis data menggunakan UNIANOVA diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan kepadatan tertinggi populasi Chlorella sp. terjadi pada hari kesembilan dengan kepadatan 1698,91x104sel/ml terjadi pada konsentrasi vermikompos cair 0,9%.Kata Kunci: Chorella sp., budidaya perairan, vermikompos, Chlorellacea
Potensi Tunikata Rhopalaea SP. sebagai Sumber Inokulum Jamur Simbion Penghasil Antimikroba
The research on the potency of tunicate Rhopalaea sp as a source of inoculum fungal symbionts that produce antimicrobial has been done. This research aimed to know the tunicate's potency as a source of inoculum fungal symbionts and to characterize isolate symbiont fungal Rhopalaea sp. Isolation of fungi was performed using a PDA medium (Potato Dextrose Agar). Characterization of isolates fungal symbiont through macroscopic and microscopic observation, and testing its activity against pathogenic bacteria and fungi. The results showed there were three isolates(Asc 1, Asc 2 dan Asc 3) of fungal symbionts Rhopalaea sp. The results of macroscopic observation colony showed that Asc 1 had a flat surface such as cotton while Asc 2 and Asc 3 had a surface such as flour; Colours of isolates : Asc 1 (yellow), Asc 2 and Asc 3 (dark green). The result of microscopic observation reveals that Asc 1 had septa, Asc 2 and Asc 3 hadn't septa; Asc 1 with blue brownish hyphae, while Asc 2 and Asc 3 hyaline (colorless); Asc 1 had asexual spores sporangiophores, while Asc 2 and Asc 3 had conidioshpore. Asc 1 isolate was suspected, belongs to the genus Penicillium and Asc 2 and Asc 3 isolates were suspected to be classified into the genus Aspergillus. All three isolates were able to inhibit the growth of Salmonella thypi bacteria and Candida albicans fungus