37 research outputs found

    EDUKASI PENGGUNAAN SUPLEMEN KESEHATAN YANG RASIONAL PADA TIM PENGGERAK PKK

    Get PDF
    Abstrak: Suplemen kesehatan adalah produk yang dapat melengkapi, meningkatkan dan memelihara kebutuhan zat gizi, serta dapat memperbaiki fungsi kesehatan karena memiliki nilai gizi dan atau efek fisiologis. Banyaknya beredar suplemen yang diklaim mampu mencegah dan mengobati penyakit di kalangan masyaratakat membuat penggunaan suplemen yang tidak rasional dan memiliki potensi resiko yang tinggi. Sasaran kegiatan ini adalah tim penggerak PKK kelurahan di Kota Malang. Pada kegiatan ini setiap kelurahan akan diundang 3 (tiga) orang perwakilan TP PKK dari 5 kecamatan. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat berupa edukasi penggunaan suplemen kesehatan pada tim penggerak PKK Kelurahan Kota Malang yaitu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan suplemen kesehatan yang rasional. Rangkaian kegiatan diadakan pada bulan Agustus - September 2022. Kegiatan meliputi : Penyuluhan mengenai imunitas dan sistem daya tahan tubuh; penyuluhan mengenai penggunaan suplemen kesehatan yang Rasional; penyuluhan mengenai bentuk sediaan khusus dari suplemen kesehatan yang beredar di masyarakat; permainan bagi peserta, yaitu Hoax Buster Games; Pretest dan posttest, kegiatan Konsultasi setelah edukasi serta evaluasi kepuasan peserta. Hasil kegiatan adalah : dari 180 peserta yang ditargetkan, 146 peserta atau 81,11% peserta hadir di acara penyuluhan; Rata-rata nilai pretest adalah 60 dan nilai rata-rata posttest sebesar 75, dapat terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata peserta berturut-turut sebesar 25%. Peserta dengan tingkat pengetahuan “Baik” naik secara signifikan dari 10,95% menjadi 50%. Selain itu, peserta dengan tingkat pengetahuan “Cukup” juga turun secara signifikan dari 89,04% menjadi 50%. Hasil rata-rata kepuasan masyarakat adalah 4,68 atau 93,52 atau dapat disimpulkan peserta merasa keseluruhan kegiatan pengabdian masyarakat telah berjalan dengan sangat baik. Dari kegiatan ini diketahui telah terjadi peningkatan pengetahuan tim penggerak PKK Kelurahan Kota Malang mengenai penggunaan suplemen kesehatan. Diharapkan pada kader akan dapat mengedukasi masyarakat.Abstract: Health supplement is a product to supplement nutritional needs, increase, maintain, have nutritional value and/or physiological effects to improve health function. The large number of supplements circulating which are claimed to be able to prevent and treat disease among the public makes the use of supplements irrational, which had high potential risk. The target of this activity is Team for Empowerment and Family Welfare (TP-PKK) in Malang City. In this activity, 3 (three) TP PKK representatives from 5 sub-districts will be invited to each sub-district. The purpose of community service activities in the form of education on the use of health supplements in the PKK Team of Malang City Village is to increase public knowledge about the rational use of health supplements. The series of activities will be held in August - September 2022. Activities include: Counseling on immunity and the immune system; counseling regarding the rational use of health supplements; counseling regarding special dosage forms of health supplements circulating in the community; games for participants, namely Hoax Buster Games; Pretest and posttest, Consultation activities after education and evaluation of participant satisfaction. The results of the activity were: of the 180 targeted participants, 146 participants or 81.11% of the participants attended the counseling event; The average pretest score was 60 and the posttest average score was 75. It can be seen that there was an increase in the average participant score by 25% respectively. Participants with a "Good" level of knowledge rose significantly from 10.95% to 50%. In addition, participants with an "Enough" level of knowledge also fell significantly from 89.04% to 50%. The average result of community satisfaction was 4.68 or 93.52 or it could be concluded that the participants felt that the overall community service activities had gone very well. From this activity it is known that there has been an increase in the knowledge of the Malang City Urban Village PKK driving team regarding the use of health supplements. It is hoped that the cadres will educate the community

    Narrative Review: Pengaruh Jahe (Zingiber Officianale) Terhadap Penurunan Frekuensi Mual Muntah pada Ibu Hamil

    Get PDF
    Nausea and vomiting of pregnancy (NVP) adalah kecenderungan untuk memuntahkan sesuatu, atau sensasi yang muncul di kerongkongan atau epigastrium, dengan atau tanpa muntah. Hal ini dapat terjadi pada empat minggu pertama hingga pada minggu kedua belas kehamilan. Penatalaksanaan mual muntah selama kehamilan dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan non farmakologis, namun 34% wanita tidak mengkonsumsi obat dan 26% diantaranya mengurangi dosis karena kekhawatiran efek samping obat yang digunakan pada kehamilan. Jahe dapat digunakan sebagai salah satu terapi non farmakologis karena kandungan gingerol dan shogaol dapat meringankan mual dan muntah dengan meningkatkan tonus lambung dan motilitas karena adanya efek antikolinergik dan antiserotonergik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode Narrative Review dan dilaksanakan pada bulan Desember 2021 - Februari 2022. Pencarian artikel dilakukan secara hand searching pada dua database yaitu Google Scholar dan PubMed dengan menggunakan kata kunci “Jahe” OR “Zingiber officianale” AND Mual OR Nausea AND Pregnancy. 10 artikel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Artikel yang digunakan dalam penelitian ini 90% dari Indonesia dan 10% berasal dari Iran. Pemberian jahe pada ibu hamil telah diberikan dalam berbagai bentuk berupa minuman jahe hangat, kapsul ekstrak jahe 500 mg, dan aromaterapi. Pemberian intervensi dilakukan 1-3 kali sehari dan selama 4-30 hari. Rata-rata penurunan frekuensi mual dan muntah adalah 11 – 135%, dan penurunan tingkat keparahan dari tingkat sedang (moderate) menjadi tingkat ringan (mild). Jahe dapat mengurangi frekuensi mual dan muntah dan dapat mengurangi derajat keparahan mual dan muntah pada ibu hami

    A study of the quality of cardiovascular and diabetes medicines in Malang District, Indonesia, using exposure-based sampling

    Get PDF
    BACKGROUND: The WHO has warned that substandard and falsified medicines threaten health, especially in low and middle-income countries (LMICs). However, the magnitude of that threat for many medicines in different regions is not well described, and high-quality studies remain rare. Recent reviews of studies of cardiovascular and diabetes medicine quality recorded that 15.4% of cardiovascular and 6.8% of diabetes samples failed at least one quality test. Review authors warn that study quality was mixed. Because they did not record medicine volume, no study reflected the risk posed to patients. METHODS AND FINDINGS: We investigated the quality of five medicines for cardiovascular disease and diabetes in Malang district, East Java, Indonesia. Our sample frame, based on dispensing volumes by outlet and price category, included sampling from public and private providers and pharmacies and reflected the potential risk posed to patients. The content of active ingredient was determined by high-performance liquid chromatography and compared with the labelled content. Dissolution testing was also performed. We collected a total of 204 samples: amlodipine (88); captopril (22); furosemide (21); glibenclamide (21) and simvastatin (52), comprising 83 different brands/products. All were manufactured in Indonesia, and all samples met specifications for both assay and dissolution. None was suspected of being falsified. CONCLUSIONS: While we cannot conclude that the prevalence of poor-quality medicines in Malang district is zero, our sampling method, which reflects likely exposure to specific brands and outlets, suggests that the risk to patients is very low; certainly nothing like the rates found in recent reviews of surveys in LMICs. Our study demonstrates the feasibility of sampling medicines based on likely exposure to specific products and underlines the dangers of extrapolating results across countries

    ANALISIS BEBAN KERJA APOTEKER DALAM MELAKUKAN PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT TIPE A (Studi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

    Get PDF
    Health workers have an important role to improve the quality of healthcare and support awareness, willingness and ability of people to live healthy. The quality of human resource requirement plan is determined by accurate information of personnel. But, the difficulty of obtaining accurate data needed to calculate the workload of each type of worker still became an obstacle (MOH, 2014). Dr. Saiful Anwar Malang hospital is the public hospital of East Java region. Hospitalization capacity is 872 beds, with 25 ward pharmacists and it has an ideal value of BOR and ALOS (RSSA, 2015). The pharmacists : patients ratio based on the number of beds at 1 : 34,88. Meanwhile, inpatient care pharmacy services that include managerial and clinical pharmacy ideally requires pharmacists with the ratio 1 : 30 (MOH, 2014). The objective of this study is to identify the number of pharmacists needs based on workload according to appropriate service standard in the inpatient care unit of type A hospital with Dr. Saiful Anwar Malang hospital as a study model. The study was a descriptive survey of job analysis with Workload Indicator Staffing Needs (WISN) method. The population in this study is all ward pharmacists based on director decree as a legal aspect. The sampling method is purposive sampling, in order to obtain 20 number of pharmacists. Quantitative data obtained from direct observation of the activities of each pharmacists. In addition, we also recorded on secondary data as the quantity of pharmacist’s activities. The instrument used in this study is the observation guide, stopwatch, as well as the recording form for secondary data. Based on WISN analysis, the number of ward pharmacists needs is 43 in Dr. Saiful Anwar public hospital. It concluded that hospital is still having problem, a shortage of ward pharmacist with WISN ratio = 0.58 (<1.00). But in type A hospital for generalization, the number of pharmacists needs based on workload according to appropriate service standard in the inpatient care unit is 42. The results obtained from eliminating the time for supporting and additional activities that probably not a ward pharmacist’s task of other type A hospitals. With a total number of 872 beds, 37099 inpatient admissions per year, and 6.26 days ALOS, it can be calculated that the pharmacist : patient ratio based on the number of beds and the ideal workloads are at 42 : 872 = 1 : 21. But the ratio can not be applied to critical care units, because the number of patients will usually be limited, the maximum is 15 beds. However, pharmacist’s therapy assessment can be performed more often due to the complexity of therapy

    Analisis Cost Of Illness Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta BPJS Rawat Jalan di Beberapa Puskesmas Kota Malang (Studi Dilakukan pada Tahun 2019 dan 2020)

    No full text
    Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang terjadi karena adanya disfungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin sehingga sel-sel tubuh tidak mampu untuk merespon insulin secara penuh. Penyakit DM tipe 2 memberikan beban ekonomi baik di Indonesia maupun di dunia karena pasien memerlukan pengobatan secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan cost of illness dari biaya medis langsung pasien DM tipe 2 peserta BPJS rawat jalan di beberapa puskesmas Kota Malang tahun 2019 (sebelum pandemi COVID- 19) dan 2020 (ketika pandemi COVID-19). Analisis biaya dilakukan berdasarkan perspektif penyedia layanan kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan rancangan observasional analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non-random sampling dengan metode purposive sampling. Sampel yang diperoleh sebanyak 91 pasien DM tipe 2 peserta BPJS rawat jalan yang aktif berobat minimal 3 bulan dan memiliki data catatan rekam medis lengkap di tahun 2019 dan 2020. Analisis biaya medis langsung meliputi biaya administrasi, biaya pemeriksaan laboratorium, biaya obat dan biaya komplikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata biaya medis langsung tiap pasien DM tipe 2 pada tahun 2019 (sebelum pandemi COVID-19) sebesar Rp243.967 ± 96.335, sedangkan pada tahun 2020 (ketika pandemi COVID-19) sebesar Rp305.115 ± 110.115. Kedua biaya ini berbeda secara signifikan dengan uji t berpasangan (p=0,000). Kesimpulan pada penelitian ini, terdapat peningkatan biaya dan perbedaan yang signifikan pada total biaya medis langsung pasien DM tipe 2 peserta BPJS rawat jalan tahun 2019 (sebelum pandemi COVID-19) dan 2020 (ketika pandemi COVID-19) di beberapa puskesmas Kota Malang

    Evaluasi Kepatuhan Dan Keberhasilan Terapi Tamoksifen Pada Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Lavalette Malang

    No full text
    Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada perempuan dan penyebab kematian utama di Indonesia maupun dunia. Terapi hormonal tamoksifen merupakan lini pertama untuk pasien kanker payudara dengan status ER+ dan/atau PR+. Untuk keberhasilan terapi, antara lain diperlukan faktor kepatuhan terapi dari pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kaitan antara profil kepatuhan pada masa pandemi COVID- 19, di mana akses fasilitas kesehatan dan mobilitas pasien dibatasi, dan keberhasilan terapi tamoksifen pada pasien kanker payudara dilihat dari angka ketidakkambuhan (Disease Free Survival, DFS). Studi ini dilakukan secara observasional analitik dan cross sectional menggunakan kuesioner dan rekam medik pasien di RS Lavalette Malang. Subyek direkrut secara purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pasien dengan k anker payudara yang mendapat terapi tamoksifen pada masa pandemi COVID-19. Hasil penelitian terhadap 100 pasien menunjukkan mayoritas tingkat kepatuhan terapi tamoksifen termasuk pada masa pandemi mayoritas adalah sedang (72%) dan tinggi (28%), dengan efek samping hot flush (53%). Pasien dengan tingkat kepatuhan sedang menunjukkan DFS 0,648, sedangkan tingkat kepatuhan tinggi DFS 0,650, dan secara keseluruhan tanpa membedakan kepatuhan DFS pasien rata-rata 0,631. Hasil uji korelasi menunjukkan korelasi antara kepatuhan terapi tamoksifen dan DFS adalah sedang (r=0,466, p=0,000). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, antara lain waktu awitan terapi (Time To Initiate) mengapa dengan kepatuhan terapi yang sedang dan tinggi, DFS pasien dengan kanker payudara ER+/PR+ masih lebih rendah dari hasil DFS pasien di negara maju (~0,9

    Hubungan Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Inhaler Oleh Pasien Asma Di Beberapa Apotek Wilayah Kota Malang

    No full text
    Berdasarkan data WHO, asma termasuk dalam 5 penyakit paru utama dengan prevalensi sebesar 17,4% penyebab kematian di dunia. Di Indonesia sendiri asma menduduki peringkat ke-5 dari 10 penyebab morbiditas dan di Malang ditemukan sebanyak 2.026 kasus asma. Salah satu terapi yang digunakan untuk mengatasi asma dapat diberikan melalui rute inhalasi dengan menggunakan inhaler. Inhaler merupakan salah satu obat dengan penggunaan khusus sehingga dibutuhkan keterampilan dan pemahaman terkait ketepatan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan ketepatan penggunaan inhaler oleh pasien asma khususnya di beberapa apotek wilayah Kota Malang. Penelitian ini dirancang menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 100 responden yang diambil dengan metode purposive sampling dengan syarat telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner dengan total 14 pertanyaan dimana indikator pengetahuan yang dinilai yaitu jenis inhaler, dosis obat pada inhaler, aturan pakai, cara penggunaan, efek samping, dan cara penyimpanan inhaler. Sedangkan indikator ketepatan yang dinilai meliputi tepat dosis, tepat aturan pakai, tepat cara penggunaan, dan tepat cara perawatan. Seluruh pertanyaan pada kuesioner telah lolos uji validasi. Hasil yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan terbagi menjadi 3, baik (16%), cukup (48%), dan kurang (36%), sedangkan untuk kuesioner ketepatan diperoleh hasil tepat (33%) dan tidak tepat (67%). Uji korelasi yang digunakan adalah korelasi Spearman dengan hasil nilai signifikansi (p=0,000) yang menunjukkan terdapat korelasi bermakna antara pengetahuan dan ketepatan penggunaan inhaler oleh pasien asma di beberapa apotek wilayah Kota Malang. Nilai koefisien korelasi (r=0,493) yang berarti bahwa kekuatan korelasi dua variabel memiliki kekuatan sedang. Analisis faktor perancu juga dilakukan pada penelitian ini yaitu antara tingkat pengetahuan dan pekerjaan dengan ketepatan penggunaan inhaler. Analisis ini dilakukan dengan metode Somers’d dengan hasil nilai signifikansi (p=0,045) dan nilai koefisien korelasi (r=0,359) yang berarti terdapat korelasi signifikan antara tingkat pendidikan dan ketepatan penggunaan inhaler dengan kekuatan korelasi lemah. Sedangkan untuk pekerjaan mendapatkan nilai signifikansi (p=0,610) dan nilai koefisien korelasi (r=0,070) yang berarti tidak terdapat korelasi antara pekerjaan dengan ketepatan penggunaan inhaler. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan ketepatan penggunaan inhaler oleh pasien asma di beberapa apotek wilayah Kota Malang. Selain itu, tingkat pendidikan juga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan inhaler oleh pasien asm

    Analisis Pengaruh Efektivitas Terapi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Asma Di Beberapa Apotek Kota Malang

    No full text
    Asma adalah salah satu penyakit saluran napas kronis. Asma termasuk masalah kesehatan dunia yang menyerang 1-18% populasi negara di dunia. Di tahun 2018 prevalensi asma di Kota Malang cukup tinggi (±3,8%). Hal ini dikarenakan Kota Malang memiliki temperatur dingin serta tingkat kelembaban udara tinggi, yang termasuk sebagai faktor risiko asma. Pasien asma di Kota Malang berpotensi mengalami kekambuhan akibat lebih sering terpapar faktor risiko asma ini. Peningkatan kekambuhan asma menandakan bahwa asma pasien tidak terkontrol dengan baik. Kontrol asma menunjukkan bahwa gejala asma telah terkontrol dengan atau tanpa pengobatan. Tujuan pengobatan tidak hanya untuk menghilangkan gejala namun juga meningkatkan kualitas hidup. Kualitas hidup pasien asma merujuk pada persepsi pasien terhadap efek asma terhadap kualitas hidupnya. Terdapat hubungan antara tingkat kontrol dengan kualitas hidup pasien asma. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah efektivitas terapi yang diukur sebagai kontrol asma berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien asma yang menebus resep di Apotek Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner Asthma Control Test (ACT) untuk mengukur tingkat kontrol asma dan kuesioner Mini-Asthma Quality of Life Questionnaire (m-AQLQ) untuk mengukur kualitas hidup. Hasil penelitian terhadap 100 responden pada 15 Apotek Kota Malang didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat kontrol asma terkontrol sebagian dan kualitas hidup sedang. Tingkat kontrol asma memiliki pengaruh kuat yang bermakna terhadap kualitas hidup pasien dengan r 0,569 dan p 0,000 (p<0,005) pada uji Spearman. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas terapi (kontrol asma) berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien asma yang menebus resep di Apotek Kota Malang

    Analisis Minirnalisasi Siaya Obat Penyakit Kardiovaskuler di Beberapa Apotek Kabupaten Malang (Studi Dilakukan Terhadap Obat Furosemid dan simvastatin)

    No full text
    Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pernbuluh darah. Penyakit kardiovaskular disebutkan menduduki peringkat pertama sebagai penyakit penyebab kematian dengan angka kematian pada tahun 2016 sejumlah 17,9 juta orang di seluruh dunia. Data WHO pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 17,5 juts kematian terjadiakibat penyakit kardiovaskular yang rriewakili 31% kematian di dunia dimana penyakit terbanyak adalah penyakit jantung dengan total di Indonesia mencapal 371 ribu jiwa dimana merupakan peringkat kedua tertinggi di Asia Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui obat simvastatin dan furosemide dengan biaya paling rendah antara obat generik dan bermerek dagang di beberapa apotek Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dengan desain studi prospektif pada Januari — Februari 2021. Sampel yang dikumpulkan adalah harga Eceran Tertinggi (HET) furosemid dan simvastatin baik generik maupun merk dagang dengan metode total sampling dan dikumpulkan dalam lembar pengurnpul data. Data yang dihasilkan menunjukkan bahwa HET obat bermerk dagang balk furosemid maupun simvastatin lebih mahal dibandingkan obat generiknya dengan nilai rasio antara HET furosemid dan simvastatin generik dengan HET furosemid dan simvastatin bermerk dagang adalah 1 : 8,79 untuk furosemid 40 mg, 1 : 1,64 untuk simvastatin 10 mg, dan 1 1,28 untuk simvastatin 20 mg. Terdapat pula perbedaan HET yang signifikan antara obat generik dengan obat merk dagang pada furosemid 40 mg (p=0,015), namun tidak pada simvastatin 10 mg (pH0.128), dan simvastatin 20 mg (1) 0,057). Maka dapat disimpulkan, berdasarkan analisis minimalisisasi biaya HET obat dapat disirnpulkan bahwa biaya pengobatan obat generik lebih rendah daripada obat bermerk dagang sehingga dianjurkan kepada penyedia layanan kesehatan untuk mengutamakan penggunaan obat generik dan lebih mengutamakan pula pengawasan harga obat bermerk dagang

    Analisis Minimalisasi Biaya Harga Obat Antidiabetes di Beberapa Apotek Kabupaten Malang (Studi Dilakukan terhadap Obat Glibenklamid dan Metformin).

    Get PDF
    Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi DM pada tahun 2017 di Kabupaten Malang mencapai 2.322 kasus. Glibenklamid dan Metformin merupakan obat oral antidiabetes (OAD) yang sering diresepkan untuk pasien DM. Namun, harga obat generik dengan harga obat merek dagang di Indonesia bisa berbanding 1,37 hingga 22,34 kali. Pada penelitian ini, dilakukan analisis perbandingan antara harga obat generik dengan harga obat bermerek dagang dari obat Glibenklamid dan Metformin melalui perhitungan farmakoekonomi analisis minimalisasi biaya harga obat. Penelitian dilakukan secara observasional analitik. Data kuantitatif diperoleh dari lembar pengumpulan data Harga Eceran Tertinggi (HET) obat yang tertera di kemasan dari Glibenklamid dan Metformin. Desain studi yang digunakan ialah prospektif, yaitu dilakukan pada bulan Januari hingga Februari tahun 2021. Data diambil dari beberapa apotek yang tersebar di 8 desa di Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa HET dari obat bermerek dagang lebih tinggi 8,92 kali (p = 0,083) untuk Glibenklamid 5 mg; 5,33 kali (p = 0,352) untuk Metformin 500 mg; dan 2,21 kali (p = 0,087) untuk Metformin 850 mg, jika dibandingkan dengan HET dari masing-masing obat generiknya, walaupun perbandingannya tidak signifikan (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa obat yang menghasilkan biaya yang lebih minimal di antara obat generik dan obat bermerek dagang untuk OAD Glibenklamid dan Metformin di beberapa apotek Kabupaten Malang ialah obat generik. Tingginya harga obat bermerek dagang ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti diperlukannya biaya promosi yang lebih tinggi untuk obat bermerek dagang dan juga harga obat bermerek dagang yang biasanya mengikuti harga inovator dari obat yang sama
    corecore