Dark matter halos in the multicomponent model. II. Density profiles of galactic halos

The multicomponent dark matter model with self-scattering and inter-conversions of species into one another is an alternative dark matter paradigm that is capable of resolving the long-standing problems of $\Lambda$CDM cosmology at small scales. In this paper, we have studied in detail the properties of dark matter halos with $M \sim 4-5 \times10^{11} M_{\odot}$ obtained in $N$-body cosmological simulations with the simplest two-component (2cDM) model. A large set of velocity-dependent cross-section prescriptions for elastic scattering and mass conversions, $\sigma_s(v)\propto v^{a_s}$ and $\sigma_c(v)\propto v^{a_c}$, has been explored and the results were compared with observational data. The results demonstrate that self-interactions with the cross-section per particle mass evaluated at $v=100$ km s$^{-1}$ being in the range of $0.01\lesssim \sigma_0/m\lesssim 1$ cm$^2$g$^{-1}$ robustly suppress central cusps, thus resolving the core-cusp problem. The core radii are controlled by the values of $\sigma_0/m$ and the DM cross-section's velocity-dependent power-law indices $(a_s,a_c)$, but are largely insensitive to the species' mass degeneracy. These values are in full agreement with those resolving the substructure and too-big-to-fail problems. We have also studied the evolution of halos in the 2cDM model with cosmic time.Comment: 17 pages, 13 figure

Pemenuhan Fasilitas Kesehatan Ibu Melahirkan Era Jaminan Kesehatan Nasional

Menjelang berakhirnya Millennium Development Goals (MDGs) 2015, Indonesia masih menyisakan rapor merah terhadap penurunan target kelima MDGs, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI). Pemerintah Indonesia berupaya menekan AKI melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini dimulai ketika Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) disahkan, maka secara bertahap semua bentuk perlindungan sosial beralih menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Termasuk Jaminan Persalinan (Jampersal) yang sebelumnya memberikan pelayanan kebidanan menjadi lebur dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional dan menjadi bagian pelayanan kesehatan ibu dan anak. Antusiasme masyarakat untuk menggunakan layanan kesehatan JKN yang ditanggung BPJS Kesehatan tercermin melalui jumlah peserta yang melebihi target. Data BPJS Kesehatan per 30 Juni 2014 memperlihatkan bahwa jumlah peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar telah mencapai 124.553.040 jiwa. Dari total jumlah peserta tersebut sudah memenuhi target kepesertaan dalam setahun, yaitu minimal menjaring sekitar 121 juta jiwa. Namun dalam pelaksanaannya terdapat permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat peserta JKN, terutama perempuan yang ingin menggunakan layanan kebidanan. Women Research Institute (WRI) mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh perempuan peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang ingin memanfaatkan layanan kebidanan

Layanan Kebidanan Era Jaminan Kesehatan Nasional: Memperkuat Posisi Bidan Praktik Mandiri

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan pada 2012 menunjukkan peningkatan menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sangat jauh dari target Millennium Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Menjelang berakhirnya Millennium Development Goals 2015, Indonesia masih menyisakan rapor merah terhadap penurunan target tujuan kelima MDGs, yaitu Angka Kematian Ibu. Sebagai upaya mencapai target tersebut, sejak 1 Januari 2014 pemerintah mengimplementasikan jaminan pelayanan kesehatan kepada perempuan hamil, melahirkan, dan dalam masa nifas melalui Jaminan Ke sehatan Nasional (JKN) yang seharusnya sudah disiapkan sejak Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) disahkan. Dalam konteks penurunan angka kematian ibu, bidan merupakan tenaga kesehatan yang menjadi ujung tombak dalam pelayanan kesehatan nasional. Bidan tidak hanya diharapkan mampu menghadapi tantangan dalam implementasi JKN, tetapi juga diberikan tanggungjawab dalam menurunkan angka kematian ibu dan mencapai akses universal terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Melalui penelitian Women Research Institute (WRI) mengenai JKN terkait Pelayanan Kebidanan di Jakarta dan Bandung, didapat berbagai temuan terkait tantangan yang dihadapi oleh bidan dan perempuan peserta JKN dalam mengakses pelayanan kebidanan

Homecoming of Brachiaria: Improved hybrids prove useful for African animal agriculture

Species of the genus Brachiaria originate primarily from Africa, where they are constituents of natural grasslands. Due to their adaptation to acidic, low-fertility soils, millions of hectares of Brachiaria species have been sown as improved pastures in South and Central America, especially B. brizantha cv. Marandu and B. decumbens cv. Basilisk. Due to B. decumbens' susceptibility to spittlebug insect pests in the Americas, CIAT in Colombia and EMBRAPA in Brazil initiated breeding programmes in the 1980s. First cultivars released from CIAT's breeding programme – cvs. Mulato and Mulato-II – have also been investigated in African countries. They have been examined for integration in conservation agriculture systems (Madagascar), for drought and acidic soil tolerance (Rwanda) and for intercropping forages in dairy systems (Uganda, Madagascar), among others. Seed sales to African countries suggest that an area of at least 1,000 ha has been sown so far. The largest adoption of cv. Mulato-II is currently happening in eastern Africa, where it is used by over 20,000 farmers as a trap plant in the push-pull system for control of maize stem borers and parasitic Striga weed. Cv. Mulato-II's particular advantage is its relatively high crude protein content due to greater leafiness and thinner stems than those of traditional Napier grass, resulting in higher nutritive quality. Yet new pest challenges have emerged, requiring further research attention. Diverse hybrids are in the pipeline for release, among them those that are suitable for cut-and-carry systems which are prevalent in eastern Africa. This paper reviews research, development and incipient adoption of new Brachiaria hybrids in African countries. (Résumé d'auteur