9 research outputs found

    KETERCAPAIAN TARGET GLIKEMIK DAN ANALISIS FAKTORFAKTOR TERKAIT PADA PASIEN DIABETES TIPE 2

    Get PDF
    Bukti-bukti ilmiah menunjukkan keterkaitan antara rendahnya ketercapaian target glikemik selama pengobatan DM tipe 2 dengan risiko komplikasi kronik. Apabila kegagalan pengobatan tersebut diabaikan, maka ancaman global yang dihadapi akan terus meningkat. Oleh karena itu, penelitian cross sectional ini bertujuan untuk menyelidiki kegagalan pengobatan, khususnya ketercapaian target glikemik berupa tingkat kejadian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada pasien DM tipe 2 di daerah Gianyar. Data rekam medik dari salah satu rumah sakit di Gianyar, Bali, selama periode 2016-2020, diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang meliputi pasien rawat jalan berusia ā‰„18 tahun, terdiagnosis DM tipe 2 pertama kali, tidak berpindah fasilitas kesehatan selama enam bulan, dan memperoleh antidiabetika oral atau insulin secara konsisten. Penentuan status kegagalan pengobatan berdasarkan target kontrol glikemik oleh ADA. Pada sejumlah total 145 subjek yang terlibat, proporsi kegagalan pengobatan DM tipe 2 mencapai 64,83%. Hasil analisis deskriptif enam faktor pada penelitian ini menunjukkan bahwa kegagalan pengobatan cenderung terjadi pada laki-laki (59,57%), usia ā‰¤60 tahun (75,53%), subjek yang tidak bersekolah (39,36%), subjek dengan komplikasi (7,45%), subjek berpenyakit penyerta (51,06%), dan pengguna insulin (58,51%). Berdasarkan Uji Ļ‡2 atau Uji Fisherā€™s Exact (p<0,05, 95%), penelitian ini mempresentasikan hubungan signifikan antara faktor usia dan faktor penggunaan antidiabetika terhadap tingginya kegagalan pencapaian target glikemik selama pengobatan

    PENGGUNAAN STATIN DAN ANTIPLATELET SEBAGAI PENCEGAHAN SEKUNDER KOMPLIKASI KARDIOVASKULER PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

    Get PDF
    Resistensi insulin pada pasien diabetes melitus (DM) tipe 2 dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kardiovaskuler yang selanjutnya dapat berkontribusi sebagai penyebab utama kematian. Resistensi insulin meningkatkan kerentanan pasien mengalami aterosklerosis dan menimbulkan gangguan pada fungsi platelet di pembuluh darah yang dapat berdampak pada peningkatan risiko komplikasi kardiovaskuler. Sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko tersebut, Canadian Cardiovascular Society Guidelines tahun 2011 dan American Diabetes Association tahun 2019 merekomendasikan penggunaan golongan statin dan antiplatelet sebagai upaya pencegahan sekunder komplikasi kardiovaskuler pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan statin dan antiplatelet sebagai pencegahan sekunder pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi kardiovaskuler. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 110 pasien di RSU Puri Raharja Denpasar Bali periode November 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 110 pasien yang memenuhi kriteria penggunaan statin, hanya 42 pasien (38,1%) yang menggunakan statin (simvastatin 20 mg; 95,2%). Selain itu, dari total 96 pasien yang memenuhi kriteria penggunaan antiplatelet, hanya 52 pasien (47,3%) yang menggunakan antiplatelet (aspirin 80 mg; 82,7%). Penelitian ini merefleksikan penggunaan statin yang masih rendah dalam upaya pencegahan sekunder komplikasi kardiovaskuler pada pasien DM tipe 2. Meskipun terdapat kecenderungan tingkat penggunaan antiplatelet aspirin yang lebih tinggi daripada statin dalam penelitian ini, pemberian aspirin selanjutnya masih perlu ditingkatkan lagi bersama-sama dengan peningkatan pemberian statin

    Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antidiabetes Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Rumah Sakit Nasional di Dili

    Get PDF
    Among several types of diabetes mellitus (DM), type-2 DM seemed to demonstrate the highest prevalence. Appropriate management in type-2 DM should follow rational use of antidiabetic agents to prevent any unfavorable impacts. In fact, due to the limited guidelines and medication resources, medication process for patients with type-2 DM has not been evaluated in Timor-Leste, especially at a national hospital in Dili. This was the first study which aimed to evaluate the use of oral antidiabetic agents (OAD) in hospitalized patients with type-2 DM at a national hospital, Dili Timor-Leste.This study was conducted retrospectively under cross-sectional design to describe the rational drug use evaluation based on indicators: right patient, right dose, right indication, right drug, and cautious to adverse events according to guideline from American Diabetes Association (2020). The included patients were diagnosed as type-2 DM, hospitalized during year 2020, and received OAD. Data were calculated (%) for each indicator of rational drug use.A total number of 83 hospitalized patients with type-2 DM at a national hospital in Dili had taken metformin (62.65%), gliclazide (12.15%), and combination of both metformin and gliclazide (22.89%), respectively. The evaluation results of OAD use according to ADA guideline comprised of right indication 100%, right patient 100%, right drug 72.28%, right dose 100%, and cautious to adverse events 93.7%. Despite favorable results in rational medication, enhancement for limitation of OAD use at a national hospital in Dili, Timor-Leste is compulsory.Di antara beberapa tipe penyakit diabetes melitus (DM), angka kejadian tertinggi terlihat pada DM tipe 2. Pengelolaan DM tipe 2 yang tepat sebaiknya mengikuti intervensi farmakologi antidiabetes secara rasional untuk menghindari dampak buruk. Dalam keterbatasan pedoman dan resource pengobatan, evaluasi rasionalitas pengobatan pasien DM tipe 2 belum pernah dilakukan secara luas di Timor-Leste, khususnya pada salah satu RS Nasional di Dili. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antidiabetes oral (ADO) pada pasien DM tipe 2 rawat inap di salah satu RS Nasional di Dili periode 2020.Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional retrospektif. Rasionalitas dinilai berdasarkan indikator tepat pasien, tepat dosis, tepat indikasi, tepat obat, dan waspada efek samping yang mengacu pada American Diabetes Association (ADA) tahun 2020. Pasien yang diikutsertakan memenuhi kriteria: terdiagnosis DM tipe 2, menjalani rawat inap periode tahun 2020, dan memperoleh ADO. Hasil dari proses evaluasi dipersentasekan pada masing-masing indikator rasionalitas yang diteliti dan dianalisis secara deskriptif. Hasil evaluasi menunjukan bahwa jenis-jenis ADO yang digunakan oleh sebanyak 83 pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat inap di salah satu RS Nasional di Dili, yaitu metformin (62.5%), gliklazid (14.15%), dan kombinasi metformin dengan gliklazid (22.89%). Rasionalitas penggunaan ADO berdasarkan guideline ADA (2020) secara berturut-turut, yaitu tepat indikasi 100%, tepat pasien 100%, tepat obat 72.28%, tepat dosis 100%, dan waspada efek samping 93.97%. Walaupun pencapaian rasionalitas saat ini sudah cukup baik, namun perbaikan terhadap keterbatasan penggunaan obat di salah satu RS Nasional di Dili, Timor-Leste perlu ditingkatkan

    Empowerment Program in Pesagi Village Community: Assistance in Compounding Innovative Peel-off Pain Reliever (UNO) Derived from Family Medicinal Plants

    Get PDF
    The abundance of family medicinal plants (TOGA) growing in the yards of the house can be utilized for one of the health products called boreh, a traditional medicine used from generation to generation by the Balinese. Boreh can be innovated into a peel-oļ¬€ preparation form that has some potential to increase public interest in traditional medicine. The contents of TOGA, such as ginger, turmeric, and galangal in the peel-oļ¬€ boreh preparation, may exhibit beneļ¬cial eļ¬€ects as a pain reliever. Therefore, the mentioned product can be used to overcome pain problems that are commonly found in the people of Pesagi Village. The ideas related to compounding certain innovative herbal preparations for overcoming health problems in Pesagi Village were carried out through community empowerment activities. A series of program activities took place during January-April 2022. The purpose of this community empowerment program was to provide training and assistance activities to the people of Pesagi Village in the practice of utilizing TOGA as an innovative boreh peel-oļ¬€ preparation, namely UNO, with empirical pain reliever properties. Guidance and assistance in compounding practice were based on the results of dosage formulation previously developed by the executive team in the School of Pharmacy Mahaganesha Laboratory. This empowerment program was executed through a learning-by-doing approach, integrated training, participatory practice, and guided mentoring by the executive team with knowledge and skills evaluation (pre-test and post-test, p=0.000, 95%). After the empowerment program, the community has been able to practice how to turn TOGA from the ground into a useful product. The innovative products in this empowerment program may oļ¬€er some potential beneļ¬ts to overcome certain health-related problems of the community in Pesagi Village, such as joint pain. The success of this program may encourage the sustainability of the program in the future

    Effects of curcumin on glycemic control and lipid profile in prediabetes and type 2 diabetes mellitus: A systematic review and meta-analysis.

    No full text
    ScopeStudies have demonstrated inconsistent effects of curcumin on glycemic outcomes and lipid parameters in patients with prediabetes and type 2 diabetes mellitus (T2DM). This study aimed to assess the effect of curcumin on glycemic control and lipid profile in prediabetes and T2DM.Methods and resultsA systematic search of randomized controlled trials (RCTs) was conducted from inception to June 2018 in electronic sources including AMED, ANZCTR, BioMed Central, CENTRAL, CINAHL, ClinicalTrials.gov, Expanded Academic Index, Google Scholar, ISRCTN, LILACS, MEDLINE, NCCIH, Science Direct, Scopus, Web of Science, and WHO ICTRP. Hand search was also performed. Of the total 486 records, four trials (N = 508) and eight trials (N = 646) were eligible for the meta-analysis of individuals with prediabetes and T2DM, respectively. Curcumin significantly reduced glycosylated hemoglobin (HbA1c) in prediabetics (MD: -0.9%, 95% CI: -1.7 to -0.1%, p = 0.03). Furthermore, T2DM subjects gained favorable reduction in both HbA1c (MD: -0.5%, 95% CI: -1.0 to -0.0%, p = 0.04) and fasting plasma glucose (MD: -11.7 mg/dL, 95% CI: -22.1 to -1.3 mg/dL, p = 0.03). Tendency of lipid profile improvement was also observed.ConclusionOur findings may encourage curcumin supplementation based on its meaningful effect on glycemic control and positive trend on lipid outcomes in prediabetes and T2DM

    PERBEDAAN EFEKTIVITAS KOMBINASI ANALGESIK OPIOID PADA PASIEN PASCA OPERASI SESAR DI RSIA PUCUK PERMATA HATI DENPASAR

    No full text
    Childbirth is the culmination of a series of pregnancies, one of the delivery methods is by caesarean section with common complaints after that being pain and difficulty in the mobility of the patient. This study aimed to determine the profile and effectiveness of combination therapy with opioid analgesics used to reduce pain after caesarean section based on the value of the Visual Analogue Scale (VAS). This research was conducted at RSIA Pucuk Permata Hati Denpasar. This study was conducted in a cross-sectional manner. This study used all medical record data for pregnant women who gave birth by caesarean section and had VAS values before and 6 hours after receiving opioid analgesic combination therapy in January-December 2021. Samples were taken using a probability sampling technique with a simple random sampling approach. Data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov test and the Kruskal-Wallis test to see differences in the effectiveness of combination analgesics therapy. Based on 183 samples (each group 61 samples), the highest age group was 21-30 years (52.46%), with the gestational age at 40 weeks (70.49%). The combination therapy with opioid-opioid (pethidine-morphine) has better effectivity based on the mean of lowering pain intensity with a VAS scale (2.05 Ā± 0.59). The normality test showed that the data were not normally distributed (p > 0.05). The Kruskal-Wallis test showed that there was no significant difference (p-value 0.748 > 0.05) in the usage of three combination analgesics therapies to reduce pain in post-caesarean patients based on VAS value

    Evaluasi Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU90% pada Pasien Pneumonia di RSD X Tahun 2022

    No full text
    Pneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat infeksi mikroorganisme dengan penggunaan antibiotik yang dapat menjadi salah satu penyebab tidak rasionalnya penggunaan obat. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memastikan penggunaan antibiotik yang rasional yaitu melakukan evaluasi penggunaan obat (EPO). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi penggunaan antibiotik dengan metode ATC/DDD (DDD/100 hari rawat) dan DU 90% pada pasien pneumonia rawat inap di RSD X Kabupaten Badung tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif observasional rancangan cross sectional dengan teknik simple random sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu data rekam medis pasien pneumonia rawat inap pasien berusia 18 ā€“ 65 tahun yang menerima antibiotik (memiliki kode ATC) pada periode Januari ā€“ Desember 2022. Kriteria eksklusi penelitian adalah data rekam medis pasien yang dirujuk, meninggal, dan pulang paksa. EPO dilakukan dengan metode DDD/100 hari rawat dan DU 90% dengan penilaian rasionalitas pengobatan berdasarkan formularium nasional. Terdapat 15 antibiotik dengan total nilai DDD/100 hari rawat sebesar 171,85 dan penggunaan terbanyak yaitu infus levofloksasin (79,88), dan injeksi seftriakson (40,52). Antibiotik dalam segmen DU 90% yaitu infus levofloksasin (46,51%), injeksi seftriakson (23,60%), tablet azitromisin (4,74%), injeksi sefoferason (4,18%), injeksi meropenem (4,06%), infus siprofloksasin (3,89%), dan tablet levofloksasin (3,59%). Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa antibiotik spektrum luas (florokuinolon, sefalosporin, atau makrolida) paling banyak digunakan pada pasien pneumonia. Tingginya nilai total DDD/100 hari rawat menunjukkan bahwa semakin tinggi pulaĀ  tingkat pemakaian antibiotik dalam 100 hari rawat serta banyaknya obat yang masuk dalam segmen DU 90% menandakan kurang selektifnya pemilihan antibiotik dalam terapi

    ASESMEN RISIKO PERDARAHAN SEKELOMPOK PASIEN FIBRILASI ATRIUM PENERIMA WARFARIN BERDASARKAN NILAI HAS-BLED DI RS ABC GIANYAR

    No full text
    Dalam upaya tata laksana fibriasi atrium (FA) untuk mencegah risiko stroke, antikoagulan seperti warfarin dapat digunakan. Indeks terapi yang sempit mendukung bahwa pengawasan selama penggunaan warfarin diperlukan untuk mencegah risiko perdarahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan status risiko perdarahan pada sekelompok pasien FA yang menggunakan warfarin berdasarkan nilai HAS-BLED di RS ABC Gianyar, Bali. Penelitian observasional deskriptif dilakukan dengan pendekatan retrospective case study terhadap data pasien rawat jalan di RS ABC Gianyar. Penelitian ini mengikutsertakan seluruh pasien FA penerima warfarin berdasarkan riwayat selama periode Januari 2022-Mei 2023. Pencatatan dan asesmen risiko perdarahan mencakup komponen penilaian HAS-BLED yang diilustrasikan dalam bentuk tabel dan gambar sesuai profil pasien keseluruhan. Dari sejumlah delapan pasien FA, lima pasien (62,5%) memiliki risiko perdarahan sedang (nilai 1-2), dan sisanya berada dalam kategori risiko rendah (nilai 0). Mayoritas proporsi pada stratifikasi risiko perdarahan sedang dipengaruhi oleh parameter usia lanjut >65 tahun (50,00%), penggunaan antiplatelet atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) (25,00%), dan nilai INR yang tinggi (12,50%). Meskipun tidak ditemukan risiko perdarahan tinggi, pemantauan selama penggunaan warfarin diperlukan dengan berfokus pada faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Keterbatasan jumlah sampel dan beberapa parameter laboratorium pada penelitian ini dapat menjadi masukan untuk kemajuan praktik klinis maupun pengembangan penelitian selanjutny
    corecore