93 research outputs found

    Autoimmune Channelopathies of the Nervous System

    Get PDF
    Ion channels are complex transmembrane proteins that orchestrate the electrical signals necessary for normal function of excitable tissues, including the central nervous system, peripheral nerve, and both skeletal and cardiac muscle. Progress in molecular biology has allowed cloning and expression of genes that encode channel proteins, while comparable advances in biophysics, including patch-clamp electrophysiology and related techniques, have made the functional assessment of expressed proteins at the level of single channel molecules possible. The role of ion channel defects in the pathogenesis of numerous disorders has become increasingly apparent over the last two decades. Neurological channelopathies are frequently genetically determined but may also be acquired through autoimmune mechanisms. All of these autoimmune conditions can arise as paraneoplastic syndromes or independent from malignancies. The pathogenicity of autoantibodies to ion channels has been demonstrated in most of these conditions, and patients may respond well to immunotherapies that reduce the levels of the pathogenic autoantibodies. Autoimmune channelopathies may have a good prognosis, especially if diagnosed and treated early, and if they are non-paraneoplastic. This review focuses on clinical, pathophysiologic and therapeutic aspects of autoimmune ion channel disorders of the nervous system

    PENGARUH DOSIS DEMULSIFIER DAN TEMPERATUR TERHADAP PROSES PEMISAHAN EMULSI MINYAK/AIR

    Get PDF
    Minyak merupakan salah satu komponen yang umum dijumpai dalam limbah cair  berbagai proses industrial. Minyak tersebut seringkali dijumpai dalam bentuk emulsi dalam air, sehingga dibutuhkan metode pengolahan untuk memecah kestabilan emulsi agar minyak dapat dipisahkan. Pada penelitian ini, pemisahan dilakukan menggunakan demulsifier polialuminium klorida (PAC), yang juga merupakan salah satu jenis flokulan yang umum dijumpai dan digunakan dalam industri. Secara khusus, pengaruh dosis PAC (0 – 250 mg/L) dan temperatur (25 – 45°C) terhadap efektifitas demulsifikasi emulsi sintetis minyak/air menjadi fokus utama penelitian ini. Hasil riset menunjukkan bahwa dosis PAC, temperatur, dan interaksinya berpengaruh siginifikan terhadap proses demulsifikasi. Peningkatan dosis PAC hingga dosis 200 mg/L menghasilkan penurunan turbiditas dan pemisahan minyak, sementara penambahan dosis lebih lanjut tidak meyebabkan perubahan yang signifikan. Pada sisi lain, peningkatan temperatur membantu proses destabilisasi emulsi. Pada suhu yang lebih tinggi, frekuensi tumbukan droplet minyak akan meningkat, sedangkan ikatan hidrogen antara minyak dan surfaktan akan melemah. Hal tersebut akan mendorong terjadinya lebih banyak coalescence sehingga destabilisasi dan pemisahan minyak dari air. Penurunan turbiditas tertinggi (99,4%) dan pemisahan minyak terbanyak (97,45%) diperoleh pada dosis PAC 250 mg/L dan temperature 35°C. &nbsp

    Potensi Polisakarida dari Limbah Buah-buahan sebagai Koagulan Alami dalam Pengolahan Air dan Limbah Cair: Review

    Get PDF
    Nowadays, various studies related to utilization of biobased materials as natural coagulants have been explored. Based on the source, natural coagulants can be classified as animal, vegetable, or microbial based. Furthermore, based on the active ingredients, it can be classified as protein, polyphenols, and polysaccharides. Polysaccharides are abundant natural ingredients and are often found in plants or animals. In this study, we focused on polysaccharides, especially those from fruit waste, such as seeds and fruit peels. It is known that around 25-30% of the total weight of fruit is generally wasted, even though it contains phytochemicals and various active ingredients that can be utilized, especially as a natural coagulant. This review will focus on the use of pectin and starch from fruit waste as natural coagulants for water- wastewater treatment. Generally, pectin is commonly found in the skin of fruits as part of the cell wall structure, while starch is found in fruit seeds as food reserves. To be used as a natural coagulant, pectin or starch need to be extracted first. In particular, starch needs to be modified either physically or chemically. The coagulation mechanism of pectin and starch usually follows the interparticle bridging mechanism. The use of pectin and starch from fruit waste needs to be explored and further investigated, to substitute the use of chemical coagulants.Keywords: coagulation; fruit waste; natural coagulant; polysaccharidesA B S T R A KDewasa ini berbagai studi terkait pemanfaatan bahan alam sebagai koagulan alami telah banyak dieksplorasi. Berdasarkan sumbernya, koagulan alami dapat digolongkan berbasis hewani, nabati, maupun mikrobial, sementara berdasarkan bahan aktifnya dapat digolongkan sebagai protein, polifenol, dan polisakarida. Polisakarida merupakan bahan alam yang berlimpah dan seringkali dijumpai pada tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pada kajian ini difokuskan pada polisakarida terutama yang berasal dari limbah buah-buahan yang tidak termanfaatkan, seperti biji dan kulit buah. Diketahui sekitar 25-30% dari total berat buah pada umumnya terbuang, padahal memiliki kandungan fitokimia dan berbagai bahan aktif yang dapat dimanfaatkan, salah satunya sebagai koagulan alami. Pada tinjauan ini akan difokuskan pada pemanfaatan pektin dan pati dari limbah buah-buahan sebagai koagulan alami untuk pengolahan air dan limbah cair. Secara umum pektin umum dijumpai pada bagian kulit buah-buahan sebagai bagian dari struktur dinding sel, sementara pati umum dijumpai pada biji buah-buahan sebagai cadangan makanan. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai koagulan alami, pektin ataupun pati perlu diekstrak terlebih dahulu, dan pati secara khusus perlu dimodifikasi baik secara fisika maupun kimia. Secara umum mekanisme koagulasi oleh pektin dan pati mengikuti mekanisme interparticle bridging. Pemanfaatan pektin dan pati dari limbah buah-buahan perlu dieksplorasi dan diteliti lebih lanjut, agar dapat mensubstitusi penggunaan koagulan kimia secara komersial.Kata kunci: koagulasi; koagulan alami; limbah buah-buahan; polisakarid

    An investigation into how grade 9 learners make sense of the fermentation and distillation processes through exploring the indigenous practice of making the traditional alcoholic beverage called Ombike: a case study

    Get PDF
    One of the purposes of the Namibian curriculum is to ensure cultural inclusivity. That is, it recognises the inclusion of traditional cultural practices and experiences in science lessons where appropriate. Based on my experiences both as a learner and a science teacher, I have noted there is a rapid decline and loss of values in most of our cultural practices and heritages. This triggered my interests to do a study on an Oshiwambo traditional beverage known as Ombike. This study is therefore aimed at enhancing conceptual development, meaning making and understanding of concepts in fermentation and distillation. This study was conducted with my grade 9 learners at a school where I was teaching in Omusati region of Namibia. A community member who served as an expert was also a participant. She was involved more in discussions, interviews and most importantly in showing and demonstrating to the learners how Ombike is made practically. Essentially, the goal of this study was to investigate how the indigenous practice associated with the making of Ombike can be used to support meaning making of fermentation and distillation processes. This research is located within an interpretive paradigm where a qualitative case study was adopted. I consider this methodological framework appropriate in this study because it allowed me to use the following data gathering methods: brainstorming and discussion, observation, semi-structured and focus group interviews, and practical activities worksheet. Multiple methods were used for the purpose of triangulation and validation. An inductive analysis was used to discover data patterns and themes from the data. Moreover, ethical considerations were also taken seriously and all the participants gave informed consent. The findings of the study revealed that brainstorming and discussions were an appropriate strategy in eliciting learners’ prior everyday knowledge and experiences on, in particular, the making of Ombike. Furthermore, learner engagement and conceptual development were enhanced. This suggests that contextualisation of knowledge can enhance meaningful learning if it is properly planned. It was also found that practical activities in conjunction with mind maps helped learners to make meanings of scientific concepts. Based on my research findings, I therefore recommend the following three aspects: the consideration of learners` prior knowledge and experiences; contextualising knowledge through use of indigenous knowledge; and the learners’ active involvement in practical activities with an emphasis on key scientific concepts to be developed. That is, there is a need to teach for conceptual understanding

    ANTESEDEN KEPUASAN PELANGGAN DAN PENGARUHNYA PADA NIAT UNTUK MENGGUNAKAN KEMBALI BANK DIGITAL: STUDI PADA GENERASI Z

    Get PDF
    Untuk melihat dampak dari anteseden kepuasan pelanggan dengan pengalaman pelanggan yang terbagi dalam tiga dimensi yaitu, kegunaan, kenyamanan, dan keamanan dengan dampak pada niat untuk menggunakan kembali. Desain/metodologi – Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling dengan kriteria responden yang pernah menggunakan bank digital di aplikasi BCA Mobile. Responden didapatkan dengan menyebarkan kuesioner secara online melalui google form dan diolah sebanyak 200 responden. Analisis data menggunakan bantuan software SmartPLS. Hasil – Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada variabel kegunaan, kenyamanan, keamanan, kepuasan pelanggan dan niat untuk menggunakan kembali. Keterbatasan penelitian – Disarankan untuk menggunakan metode sampel yang lain, dikarenakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas. Diharapkan untuk mengembangkan dan menambahkan variabel tambahan supaya dapat lebih menggambarkan penelitian yang lebih baik. Implikasi praktis – Perusahaan bank digital BCA Mobile seharusnya tetap mempertahankan dan lebih meningkatkan layanan untuk menjaga reputasi yang baik sehingga menumbuhkan niat pelanggan untuk menggunakan kembali di masa yang akan datang

    PENGUJIAN DAN PENINGKATAN MASA SIMPAN PRODUK MIE INSTAN BERBASIS HANJELI

    Get PDF
    Penelitian ini merupakan bagian dari roadmap penelitian yang lebih besar di Jurusan Teknik Kimia UNPAR untuk memanfaatkan hanjeli (sumber pati lokal Indonesia yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan walaupun mudah ditanam dan produktivitasnya cukup tinggi) sebagai bahan baku produk pangan dan non-pangan, yang telah dimulai sejak tahun 2010. Pemanfaatan hanjeli secara khusus terkendala oleh masih kurangnya pengembangan teknik pasca panen yang tepat dan inovasi produk-produk pangan yang berbasis hanjeli. Pada penelitian sebelumnya, salah satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan penggunaan hanjeli adalah dengan membuat produk-produk turunan hanjeli (biskuit, mie dan mie instan, serta food thickener).Pada penelitian ini akan dilakukan studi lanjutan dari penelitian terdahulu tentang pembuatan mie instan dari hanjeli. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mie hanjeli secara umum dapat diterima oleh konsumen, tetapi sebelum dapat diproduksi secara luas masih dibutuhkan pengujian masa simpan (shelf life) dari produk tersebut, mengingat mie instan perlu dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Pada penelitian ini, secara khusus akan dilakukan studi tentang masa simpan mie instan dari hanjeli, serta pengaruh penambahan berbagai aditif pengawet pangan untuk memperpanjang masa simpan mie instan hanjeli. Pendugaan waktu simpan produk akan dilakukan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Test (ASLT) dengan menyimpan produk pada suhu yang cukup tinggi. Data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran kerusakan pangan pada suhu tinggi akan dimodelkan dengan kinetika reaksi orde pertama, dan digunakan untuk memperkirakan masa simpan produk pada suhu penyimpanan normal (suhu kamar).Aditif pangan yang ditambahkan terutama adalah antioksidan yang dapat mengurangi kecenderungan munculnya ketengikan pada minyak nabati yang digunakan untuk menggoreng mie instan, seperti asam askorbat, BHT, dan TBHQ. Penurunan kualitas produk akan diamati menggunakan parameter-parameter sederhana seperti uji organoleptik hingga menggunakan prosedur kimia dengan uji penentuan bilangan peroksida, acid value, dan free fatty acid

    Highly Active Relapsing-Remitting Multiple Sclerosis with Neurofibromatosis Type 1: Radiological Aspects and Therapeutic Challenges – Case Report

    Get PDF
    Introduction: Multiple sclerosis (MS) is an autoimmune neurodegenerative disease which can rarely co-exist with neurofibromatosis 1 (NF1), a neurocutaneous inherited disorder that predisposes to oncogenesis. Patients who suffer from both conditions can be challenging cases for clinicians, as clinical symptoms and radiological findings may overlap, while MS immune-modifying treatments could further increase the risk of oncogenesis. Case Presentation: In this study, we describe the case of a 27-year-old woman who presented with signs and symptoms of optic neuritis and was then diagnosed with both MS and NF1. As the patient continued to experience MS relapses despite initial interferon-beta treatment, she was subsequently switched to natalizumab and responded well. Conclusion: This case illustrates how MRI lesion differentiation with the co-existence of MS and NF1 can be difficult due to overlaps in lesion characteristics, while treatment decisions can be challenging mainly due to scarce data on the oncogenic risk of MS immunomodulary therapies. Therefore, clinicians need to balance out the risk of malignancy development with the risk of progressive neurological disability when treating such patients

    Sintesis polivinil alkohol tersulfonasi sebagai katalis dalam produksi metil ester: review

    Get PDF
    A B S T R A C TSulfonated polyvinyl alcohol (PVA) can be used as a heterogeneous catalyst in esterification or transesterification reactions during methyl ester production. This catalyst with PVA support has the potential to be used commercially like Amberlyst 46. However, there are several drawbacks in the conventional methods to produce sulfonated PVA compared to Amberlyst 46. In this paper, various processes of sulfonated PVA synthesis will be discussed including the advantages and disadvantages compared to Amberlyst 46. The synthesis of sulfonated PVA catalysts can be carried out using sulfosuccinate acid reagents or other acid reagents that have sulfonic groups that act as the active sites of the catalysts. The use of sulfosuccinate acid as the reagent produces catalysts with better catalytic activity, but the resulting product is not in granule form like Amberlyst 46 and can only be used continuously for seven times. The use of chlorosulfonic acid as the reagent resulted in granular catalysts. However, the catalyst has less catalytic activity and stability, and the reagent has a relatively high environmental impact. For the synthesis performed using sulfuric acid as the reagent, no result regarding catalytic activity has been reported elsewhere. The blending of the catalyst with other polymers resulted in improvements in the thermal stability and mechanical strength of the sulfonated polyvinyl alcohol. After a careful review of the procedures, we propose blending or double cross-linking processes combined with sulfonated PVA synthesis as a promising method to increase the thermal stability and mechanical strength of the catalysts. However, it is necessary to perform further laboratory validations on the catalytic activity of the catalysts produced from the combined method because blending may reduce the acid capacity of the catalyst.Keywords: esterification catalyst, polyvinyl alcohol, sulfonation A B S T R A KPolivinil alkohol (PVA) tersulfonasi dapat digunakan sebagai katalis heterogen dalam reaksi esterifikasi atau transesterifikasi dalam produksi metil ester. Katalis dengan support polivinil alkohol ini berpotensi untuk digunakan secara komersial seperti Amberlyst 46. Akan tetapi, PVA tersulfonasi yang disintesis secara konvensional masih memiliki banyak kekurangan dibandingkan dengan Amberlyst 46. Pada kajian ini akan dibahas mengenai berbagai alternatif proses sintesis PVA tersulfonasi termasuk kelebihan dan kekurangannya jika dibandingkan dengan Amberlyst 46. Sintesis katalis PVA tersulfonasi dapat dilakukan menggunakan reagen asam sulfosuksinat (SSA) maupun reagen asam lainnya yang memiliki gugus sulfonat yang berperan sebagai situs aktif katalis. Penggunaan reagen SSA menghasilkan katalis dengan aktivitas katalitik yang baik namun produk yang dihasilkan tidak berbentuk granula seperti Amberlyst 46 dan hanya dapat digunakan ulang sebanyak tujuh kali. Penggunaan reagen asam klorosulfonat dapat menghasilkan katalis berbentuk granula, namun memiliki aktivitas katalitik dan kestabilan kurang baik, serta reagen yang digunakan cukup berbahaya. Untuk proses sintesis menggunakan reagen asam sulfat belum ada hasil mengenai aktivitas katalitik, tetapi dengan adanya blending dengan polimer lain dapat memperbaiki kestabilan termal dan kekuatan mekanik PVA tersulfonasi yang dihasilkan. Proses blending atau double cross-linking yang digabung dengan sintesis PVA tersulfonasi dapat meningkatkan kestabilan termal dan kekuatan mekanik sehingga metode gabungan ini diyakini sebagai metode yang paling potensial dilakukan untuk menghasilkan PVA tersulfonasi dengan karakteristik terbaik. Meskipun demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut disertai tahapan pengujian aktivitas katalitik pada katalis yang dihasilkan dari metode gabungan karena kemungkinan proses blending dapat mengurangi kapasitas asam pada katalis.Kata kunci: katalis esterifikasi; polivinil alkohol; sulfonas
    • …
    corecore