Jurnal Rekayasa Proses
Not a member yet
238 research outputs found
Sort by
Efisiensi air di gas conditioning tower untuk mengurangi kadar SO2 pada emisi industri semen
Industri kimia dan juga termasuk di dalamnya, industri semen, menghadapi tantangan untuk dapat terus melakukan perbaikan proses untuk melakukan efisiensi sumber daya dan meminimalkan beban pencemaran ke lingkungan. Salah satu hal yang penting di industri semen adalah kandungan SO2 pada emisinya. Kandungan emisi ditentukan oleh proses pengolahan gas, yang dilakukan dengan penyemprotan air di gas conditioning tower (GCT) dan bag filter sebelum dikeluarkan ke lingkungan melalui cerobong. Di sisi lain, konsumsi air di GCT merupakan salah satu titik penggunaan air yang tertinggi di industri semen. Studi ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penggunaan air di GCT dengan menggunakan seven tools mulai dari analisis masalah hingga pembuatan usulan standard operating procedure (SOP) baru. Dari analisis ini didapatkan bahwa tergantung pada kadar SO2 dan SO3 di emisi dan bahan baku, maka dapat dilakukan pengendalian temperatur inlet bag filter yang selanjutnya akan mengendalikan volum air di GCT. Hasil pengembangan/inovasi ini menunjukkan bahwa SOP baru dapat menghemat air di GCT secara signifikan
Removal of metronidazole from simulated wastewater using Fe/C catalyst with a combination of heterogenous Fenton and ozonation
This study examined roles of iron oxide/porous carbon material (Fe/C) for removing metronidazole in simulated wastewater by adsorption and then followed by a degradation using advanced oxidation process (H2O2, O3 and combination of H2O2/O3). Fe/C was produced by an impregnation of iron oxide precursors during resorcinol-formaldehyde synthesis followed by pyrolysis at 800 °C. For comparison, blank carbon (without iron loading) was also synthesized. The properties of porous carbon were investigated by SEM-EDX and N2-sorption analyzer. Blank carbon and Fe/C featured the specific surface area of 755 m2g-1 and 394 m2g-1, respectively. The loading of iron oxide altered the pore structures of material. The adsorption isotherm data were followed by the Langmuir isotherm model with metronidazole uptake up to 46.07 mg g-1 and 39.97 mg g-1 at 30oC by Fe/C and blank carbon. The degradation study was then carried out with catalyst dosage of 0.1 g/100 mL solution and 120 min reaction time at 30 oC. It is noticeably that, the degradation of metronidazole was better when a combination of H2O2/O3 was employed, compared with an individual of H2O2 or O3. Regarding the stability, Fe/C maintained its high activity upon four consecutive runs
Analisis perilaku hidrodinamik kolom absorber pada laju alir gas umpan rendah terhadap perubahan laju alir pelarut dan wash water pada unit penghilangan senyawa sulfur
Metode absorpsi merupakan metode yang banyak digunakan dalam pemurnian gas alam dari senyawa pengasamnya. Unit pemisahan senyawa sulfur pada PT BCD dirancang untuk menurunkan konsentrasi H2S pada gas alam dari 9957 ppm menjadi kurang dari 10 ppm dengan laju alir gas umpan pada rated condition adalah 327,7 MMSCFD. Keseluruhan sistem pengolahan gas didesain dengan turndown ratio 40%. Karena alasan operasi, laju alir gas umpan perlu diturunkan hingga 20% kapasitas desain (65,54 MMSCFD). Analisis dilakukan untuk mengetahui perilaku hidrodinamik kolom absorber dan sistem pendukungnya pada pengoperasian di 20% kapasitas desain. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak ASPEN HYSYS V11 untuk mengetahui parameter operasi kolom absorber dan kondisi untuk mendukung pengoperasian di 20% kapasitas desain. Dengan desain operasi peralatan saat ini, weeping terjadi pada laju alir gas umpan 28% desain (91,59 MMSCFD). Pada laju alir gas umpan 28% desain, wash water pump sudah mencapai kapasitas minimum, yaitu 78 gpm. Semakin kecil laju alir gas umpan, maka laju sirkulasi wash water perlu dikurangi untuk menghindari weeping. Untuk dapat beroperasi di gas umpan 20% desain, kapasitas wash water pump perlu diturunkan hingga 25 gpm
Pengaruh variasi suhu dan waktu pemanasan terhadap struktur kristal, komposisi kimia, morfologi dan kadar logam pada sintesis nanopartikel ZnO menggunakan metode hidrotermal
Sintesis nanopartikel ZnO dari limbah industri baja telah dilakukan menggunakan metode hidrotermal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu (120, 150 dan 200°C) dan waktu pemanasan (1, 3, dan 6 jam) terhadap komposisi kimia, struktur kristal, ukuran partikel dan morfologi dari produk ZnO yang dihasilkan. Karakterisasi yang digunakan ialah Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES), X-Ray Fluoresence (XRF) X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Proses hidrotermal menghasilkan produk nanopartikel dengan kemurnian tinggi dan ukuran partikel < 100nm dengan suhu hidrotermal yang optimum adalah 150oC selama waktu penahanan 3 jam. Dari hasil karakterisasi XRF diketahui bahwa kadar Zn adalah yang paling dominan yaitu sebesar 98,434%. Selanjutnya, pada karakterisasi XRD diperoleh fasa murni ZnO yaitu zincite dengan nilai 2θ sebesar 36,23° dan ukuran partikel sebesar 33,36 nm dengan morfologi yang terbentuk batang heksagonal (nanorods) seperti yang diperoleh pada karakterisasi FE-SEM
Skim coconut milk processing by thermal- and ultrasonic-thermal pasteurization
The coconut industry in Indonesia is significant for national income, with the potential for value-added products that could enhance the industry’s expansion. Skim coconut milk, a by-product of virgin coconut oil production, is a healthy substitute for dairy milk that can be consumed by people with lactose intolerance. The low-fat and high-protein content of skim coconut milk makes it a healthier alternative to regular coconut milk and cow milk. This study compares ultrasonic-assisted pasteurization of skim coconut milk to conventional pasteurization technique in terms of contamination reduction efficacy and energy efficiency with minimum product characteristic change. The process consisted of thawing frozen skim coconut milk, homogenization of liquid skim coconut milk and pasteurization in a shaking water bath or ultrasonic bath. Total cell counting was conducted, D-value and z-value were estimated to measure the effectiveness of pasteurization in reducing the number of harmful microorganisms in skim coconut milk. The study found that ultrasonic-assisted pasteurization reduced the number of microorganisms more effectively than conventional pasteurization with a lower energy consumption. The study showed the removal efficiency of ultrasonic-assisted pasteurization and conventional pasteurization at 70°C and 15 minutes were 28.74% and 12.33%, respectively. At that condition, energy consumption for every microbial cell being removed was approximately 3 times lower in ultrasonic-assisted pasteurization than the conventional one (0.13 kWh vs. 0.36 kWh). Skim coconut milk processed by ultrasonic-assisted pasteurization at 75°C for 15 minutes featured homogeneous white liquid with shelf time of 11.2 h, which was 2.65 times longer than the unprocessed coconut skim milk. The research suggests that ultrasonic-assisted pasteurization can be a feasible and sustainable processing technology for skim coconut milk, with potential commercial value for small companies and farmers in Indonesia
Efek laju alir dan arah aliran terhadap analisis performa alat penukar panas tipe shell and tube heat exchanger menggunakan SCADA
Panas atau kalor merupakan energi yang dapat berpindah dikarenakan perbedaan temperatur. Dalam melakukan perpindahan panas, dibutuhkan sebuah alat agar mendukung terjadinya perpindahan panas. Alat perpindahan panas yang digunakan pada penelitian ini adalah Shell and Tube Heat Exchanger (STHE). Penelitian ini menggunakan program SCADA yang dapat melakukan proses akusisi data dan kontrol terhadap variabel dependen yaitu laju alir fluida panas sehingga diharapkan data yang ditampilkan pada program SCADA dapat merepresentasikan pengaruh laju alir dan arah aliran terhadap analisis performa alat penukar panas tipe STHE. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan laju alir fluida panas pada rentang 0.8 L/min – 1.8 L/min, dimana pada alat ini memiliki maksimum laju alir 2,1 L/min. Dari penelitian ini didapatkan bahwa efektivitas tertinggi sebesar 0,44 pada laju alir fluida panas 1.8 L/min dengan aliran fluida berlawanan arah. Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa laju alir fluida dan arah aliran fluida mempengaruhi efektivitas alat penukar panas, namun bukan hanya mempengaruhi efektivitas alat penukar panas, laju alir dan arah aliran fluida juga mempengaruhi analisis yang lainnya seperti bilangan Reynold, perubahan temperatur rata-rata logaritmik, Number of Transfer Unit (NTU), dan juga efektivitas NTU. Laju alir pada alat penukar panas berpengaruh terhadap besarnya panas yang akan diserap maupun dikeluarkan sehingga, ketika laju alir mengalami peningkatan maka efektivitas alat penukar panas juga akan mengalami peningkatan dikarenakan hal ini dipengaruhi oleh besarnya panas yang dikeluarkan maupun yang diterima
The effect of the addition combination of chicken eggshell adsorbents (Gallus gallus domesticus) and siwalan fiber (Borassus flabellifer) on the adsorption process of used cooking oil
Cooking oil is a daily necessity. Repeated use of oil with high heating temperatures (200-250°C) can result in oxidation and polymerization processes in the oil. Cooking oil purification is carried out by the adsorption method which utilizes cellulose content in coconut coir and CaCO3 in eggshell so that it can meet SNI 3741:2013. In this study, the adsorption process was carried out using siwalan coir adsorbents activated by 9% ZnCl2 and eggshell adsorbents which were activated using a 600oC furnace for 3 hours. This study was handled using a factorial 23 experimental design and it was found that the adsorption spin time variable was the influential variable. The results of this study were per SNI 3741:2013 with an FFA concentration of 0.3049% and a peroxide value of 2 mekO2/kg with a mass of adsorbent for siwalan coir and shells of 2: 10 gram, the optimum time was 69 minutes. Analysis of the findings of the optimization sample which has a specific gravity of 0.91 gram/cm3, a clear yellow color, and a moisture content of 0.083%
Optimasi proses metilasi brazilein hasil ekstrak kayu secang (caesalpinia sappan linn) sebagai bahan pewarna merah alami untuk tekstil
Salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan pewarna sintesis yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan adalah dengan menggunakan pewarna alami. Salah satu bahan pewarna alami yang potensial di Indonesia adalah kayu Secang (Caesalpina sappan L.). Kayu secang mengandung senyawa brazilein yang mampu menghasilkan warna merah. Namun, warna merah yang dihasilkan oleh brazilein sangat tidak stabil terhadap perubahan pH. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kestabilan warna brazilein terhadap perubahan pH dengan menggunakan metode metilasi. Metilasi dilakukan dengan menggunakan dimetil karbonat (DMC) sebagai agen metilasi yang dikombinasikan dengan kalium iodide (KI) dan kalium karbonat (K2CO3). Metilasi dilakukan menggunakan metode reflux dengan variasi suhu (50, 60, dan 70 oC), waktu (3, 4, dan 5 jam), dan rasio pereaktan (1:5, 1:10, dan 1:15 g brazilein/mL DMC). Kestabilan warna dinyatakan sebagai nilai absorbansi yang diukur menggunakan Asiahoki77 telah dikenal sebagai salah satu platform terdepan bagi para penggemar judi online. Dengan berbagai pilihan permainan menarik dan sistem keamanan yang terjamin, Asiahoki77 menawarkan pengalaman bermain yang tidak hanya menghibur tetapi juga aman. Pengguna dapat menikmati berbagai jenis permainan seperti slot, poker, dan taruhan olahraga, semuanya dalam satu platform yang mudah digunakan. spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 535,6 nm. Optimasi kondisi metilasi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Hasil yang optimum didapatkan pada suhu 70 oC, waktu 3,46 jam, dan rasio pereaktan 0,12 g brazilein/mL DMC. Pada kondisi tersebut, penyimpangan nilai absorbansi asam sebesar 28,12% sedangkan penyimpangan nilai absorbansi basa sebesar 0,02%. Kestabilan warna brazilein berhasil ditingkatkan dengan melakukan metilasi pada kondisi optimum