47 research outputs found

    Determination of Magnetic Mineral Crystal Structure Using X-Ray Diffraction (XRD) on Igneous Rock from Ogolowe and Bajugan Village, Toli toli District Central Sulawesi

    Get PDF
    Study of igneous rocks derived from Ogowele Village and Village Toli-Toli Bajugan has been conducted to determine the magnetic minerals contained in the igneous rocks, as well as determine the crystal system, lattice constants and field diffraction by comparison sieve 60 mesh and 80 mesh. Process characterization and analysis using X-Ray Diffraction (XRD). Characterization and analysis of the results showed that the compound was detected both rock samples Fe3O4, SiO2, Al2O3 and MnO2. Igneous rocks derived from Ogowele village is dominated by compounds SiO2 (quartz) by 52% and rocks from Bajugan village dominated by the compound Fe3O4 (magnetite) by 40%. The crystal structure is cubic and hexagonal compound to compound Fe3O4 SiO2. Fe3O4compound cubic lattice constants are a = b = c is 8.375 Å. To compound the hexagonal SiO2 ie a = b of 4.898 Å and c of 5.385 Å. Field diffraction on Fe3O4compound is (3 1 1) and the SiO2 compound that is (1 0 1).Keywords: X-Ray Diffraction, Fe3O4 Compound, SiO2 Compound, cubic, hexagona

    Pelatihan Penggunaan Alat Ukur Dasar Bagi Siswa Kelas X SMA IT Al Fahmi Palu

    Get PDF
    Ilmu Fisika tidaklah terlepas dari kegiatan eksperimen yakni pengamatan dan pengukuran. Hal ini bertujuan untuk menambah pengetahuan serta keterampilan dalam memahami ilmu Fisika dan juga untuk mendukung capaian dari kurikulum yang berlaku. Siswa kelas X sekolah tingkat menengah telah dibekali pembelajaran ilmu Fisika secara teori mengenai pengukuran. Peningkatan pemahaman mengenai pengukuran sebaiknya dilakukan kegiatan pengukuran secara langsung menggunakan beberapa alat ukur dasar yaitu jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca o’haus. Kegiatan ini dilakukan dengan metode pendekatan saintifik yakni pelaksanaan pengabdian mengandung unsur pengetahuan di bidang keilmuan Fisika. Sebanyak 45 orang peserta mengikuti kegiatan ini yang berasal dari SMA IT AL Fahmi Palu. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan keterampilan siswa dalam penggunaan alat ukur dasar berdasarkan keberhasilan siswa melakukan pengukuran secara mandiri. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian yang diperoleh rata-rata 92,7 yang menunjukkan kriteria sangat baik

    PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT

    Get PDF
    Pemodelan 2D reservoar geotermal dengan menggunakan metode geomagnet telah dilakukan di daerah Panasbumi Desa Kasimbar Barat. Penelitian ini bertujuan memodelkan reservoar tersebut dalam bentuk 2 dimensi dan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan reservoar. Pemodelan ini dilakukan dengan bantuan program Mag2DC. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat reservoar pada lintasan a-a’ dengan nilai suseptibilitas -0,029 SI pada kedalaman 247,16 m dan -0,054 SI pada kedalaman 204,17 m. Untuk lintasan c-c’ dengan nilai suseptibilitas -0,028 SI pada kedalaman 303,24 m dan -0,029 SI pada kedalaman 199,08 m. Hasil untuk lintasan d-d’ memberikan nilai suseptibilitas -0,028 SI pada kedalaman 232,02 m. Jenis batuannya pada semua lintasan tersebut adalah batuan sedimen berupa batu pasir.Kata kunci: Pemodelan 2D, Reservoar, Geotermal, Geomagnet, suseptibilitas, Mag2D

    Karakteristik Endapan Tsunami Berdasarkan Metode Granulometri dan Metode Suseptibilitas di Sulawesi Tengah

    Get PDF
    Karakteristik Endapan Tsunami Berdasarkan Metode Granulometri dan Metode Suseptibilitas di Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat magnetik dan nonmagnetik dari material sedimen yang merupakan endapan hasil tsunami di daerah Tonggolobibi Kabupaten Donggala dan di Kota Palu Sulawesi. Karakteristik nonmagnetik yang dilakukan dengan metode granulometri didapatkan bahwa di Daerah Tonggolobibi pada sampel 03 B, 06 C dan 09 B ditemukan endapan tsunami sedangkan untuk kota Palu ditemukan endapan tsunami titik 10. Nilai pemilahan endapan tsunami yang didapatkan di daerah penelitian, menunjukkan bahwa kekuatan arus dan gelombangnya tidak stabil (terpilah buruk) yang berkisar antara 1Φ hingga 2Φ. Nilai suseptibilitas magnetik menggunakan alat suseptibility meter MS2D (Bartington). Nilai suseptibilitas yang didapatkan kemudian dicari nilai rata-ratanya menggunakan rumus rata-rata berbobot. Karakteristik magnetik yang didapatkan dari metode suseptibilitas, untuk sampel 03 B yaitu 91,89 ± 03 ×10-8m3/kg, sampel 06 C 19,95 ± 0,2 ×10-8m3/kg, sampel 09 B 28 ± 0,29 ×10-8m3/kg dan sampel 10 8,8 ± 0,3 ×10-8m3/kg

    Identifikasi Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Gelombang Geser Di Kecamatan Palu Barat

    Get PDF
    Penelitian dengan metode refraksi mikrotremor telah dilakukan di Kecamatan Palu Barat dengan merekam penjalaran gelombang yang terjadi di bawah permukaan. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi struktur perlapisan bawah permukaan berdasarkan analisis gelombang geser dengan menggunakan metode refraksi mikrotremor. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan 2 program yaitu menggunakan program Surface Wave Analysis Wizard dan program WaveEq (Surface Wave Analysis). Hasil estimasi nilai kecepatan gelombang geser pada lapangan SMA 4 berkisar antara 165 m/s sampai 670 m/s, untuk lapangan masjid agung berkisar antara 235 m/s sampai 735 m/s, untuk lapangan bola lasoso berkisar antara 100 m/s sampai 565 m/s, untuk lapangan bola durian berkisar antara 335 m/s sampai 595 m/s, untuk lapangan bola anggur berkisar antara 215 m/s sampai 670 m/s, untuk lapangan bolagajah mada berkisar antara 305 m/s sampai 640 m/s. Nilai kecepatan gelombang geser tersebut menunjukan bahwa pada Kecamatan Palu Barat didominasi oleh batuan aluvium, pasir tersaturasi dan lempung pasiran

    IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI DESA LEMBAN TONGOA

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian di Desa Lemban Tongoa Kecamatan Palolo yang betujuan untuk mengidentifikasi sebaran batuabara di bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik hambatan jenis konfigurasi dipol-dipol. Pengukuran dilakukan sebanyak 4 Lintasan yang tersebar di daerah penelitian. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Res2dinv diperoleh nilai hambatan jenis batubara berkisar antara 152 Ωm – 227 Ωm. Ketebalan lapisan minimal 0,3 meter dan ketebalan maksimal 1 meter. Penyebaran lapisan batubara diduga menebal secara merata dari arah utara ke selatan.Kata Kunci : Geolistrik, Hambatan Jenis, Res2dinv, Batubar

    Pemodelan Reservoir Panasbumi Menggunakan Data Magnetik di Desa Toro Kecamatan Kulawi

    Get PDF
    Penelitian magnetik telah dilakukan di lokasi manifestasi panasbumi Desa Toro Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi. Tujuan penelitian untuk memodelkan struktur batuan penyusun reservoir panasbumi dan mengestimasi kedalaman reservoir panasbumi. menggunakan data magnetik yang diperoleh di lapangan.  Data magnetik yang diperoleh selanjutnya diolah dengan tahapan melakukan beberapa koreksi yaitu koreksi IGRF dan koreksi vairiasi harian guna memperoleh data anomali medan magnet total. Pemodelan kedepan (Forward Modeling) dan Pemodelan kebelakang (Inverse Modeling) digunakan untuk mengetahui batuan penyusun reservoir panasbumi dan kedalamannya.  Hasil pemodelan  diperoleh bahwa batuan  penyusun  reservoir berupa batuan yang tersusun atas mineral non magnetik dengan nilai suseptibilitas yaitu: -0,00030125 SI, -0,003413 SI, -0,0084446, SI, -0,05824451 SI dan -0,066777 SI. Reservoir panasbumi berada pada kedalaman 2000-3000 m di bawah permukaa

    PENENTUAN LAPISAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE REFRAKSI MIKROTREMOR DI KAMPUS UNIVERSITAS TADULAKO

    Get PDF
    Telah dilaksanakan penelitian tentang metode refraksi mikrotremor dengan merekam penjalaran gelombang yang terjadi di bawah permukaan. Gelombang geser merupakan salah satu jenis dari gelombang body yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur lapisan bawah permukaan, karena 26% energi total yang direkam oleh seismograf ditransmisikan dalam bentuk gelombang geser. Pada medium yang berlapis gelombang geser mempunyai sifat dispersif, kecepatan fase sebagai fungsi frekuensi. Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan struktur lapisan berdasarkan kecepatan gelombang geser terhadap kedalaman. Proses inversi dilakukan untuk mendapatkan kesamaan antara kurva dispersi dengan model penampang. Hasil proses inversi adalah kecepatan gelombang geser sebagai fungsi kedalaman. Penelitian ini mengidentifikasi danmengkarakterisasi struktur batuan di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil estimasi nilai kecepatan gelombang geser pada lokasi pertama berkisar antara 121 m/s sampai 461 m/s, untuk lokasi kedua berkisar antara 80 m/s sampai 274,8 m/s, untuk lokasi ketiga berkisar antara 235 m/s sampai 308,5 m/s, untuk lokasi keempat berkisar antara 135 m/s sampai 249 m/s, untuk lokasi kelima berkisar antara 140,5 m/s sampai 264,4 m/s, untuk lokasi keenam berkisar antara 121 m/s sampai 354 m/s, untuk lokasi ketujuh berkisar antara 106 m/s sampai 465 m/s dan untuk lokasi kedelapan berkisar antara 130,8 m/s sampai 286,4 m/s. Berdasarkan nilai kecepatan gelombang geser tersebut dapat diindikasikan dari permukaan sampai kedalaman 10,5 meter berupa lempung, pasir, pasir tidak tersaturasi, dan aluvium, dari kedalaman 10,5 meter sampai kedalaman 12,2 meter berupa lempung. Kata kunci : Refraksi Mikrotremor (ReMi), Gelombang Geser, Struktur Batuan

    IDENTIFIKASI SEBARAN AQUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI WILAYAH KECAMATAN MOUTONG KABUPATEN PARIGI MOUTONG

    Get PDF
    Penelitian untuk mengetahui sebaran lapisan aquifer telah dilakukan di Wilayah Kecamatan Moutong, Kabupaten Parigi Moutong dengan menggunakan metode geolistrik hambatan jenis. Pengukuran dilakukan dengan metode Automatic Array Scanning (AAS) menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger. Pengolahan data menggunakan program inversi Earthmarger 2D. Lapisan dengan nilai hambatan jenis antara 10 m – 39,4 m dengan faktor formasi >2 merupakan lapisan aquifer bebas yang terdapat pada seluruh lintasan yang berada pada kedalaman ± 2 m bmt – ± 69 m bmt. Sedangkan lapisan aquifer tertekan terdapat pada Lintasan 3 danLintasan 6 yang berada pada kedalam ± 35 m bmt Lapisan ini terdiri dari pasir, kerikil dan pasir lempungan dari satuan batuan endapan danau dan sungai.Kata Kunci: Aquifer, Geolistrik hambatan jenis, Wenner-Schlumberge

    Familial hypercholesterolaemia in children and adolescents from 48 countries: a cross-sectional study

    Get PDF
    Background: Approximately 450 000 children are born with familial hypercholesterolaemia worldwide every year, yet only 2·1% of adults with familial hypercholesterolaemia were diagnosed before age 18 years via current diagnostic approaches, which are derived from observations in adults. We aimed to characterise children and adolescents with heterozygous familial hypercholesterolaemia (HeFH) and understand current approaches to the identification and management of familial hypercholesterolaemia to inform future public health strategies. Methods: For this cross-sectional study, we assessed children and adolescents younger than 18 years with a clinical or genetic diagnosis of HeFH at the time of entry into the Familial Hypercholesterolaemia Studies Collaboration (FHSC) registry between Oct 1, 2015, and Jan 31, 2021. Data in the registry were collected from 55 regional or national registries in 48 countries. Diagnoses relying on self-reported history of familial hypercholesterolaemia and suspected secondary hypercholesterolaemia were excluded from the registry; people with untreated LDL cholesterol (LDL-C) of at least 13·0 mmol/L were excluded from this study. Data were assessed overall and by WHO region, World Bank country income status, age, diagnostic criteria, and index-case status. The main outcome of this study was to assess current identification and management of children and adolescents with familial hypercholesterolaemia. Findings: Of 63 093 individuals in the FHSC registry, 11 848 (18·8%) were children or adolescents younger than 18 years with HeFH and were included in this study; 5756 (50·2%) of 11 476 included individuals were female and 5720 (49·8%) were male. Sex data were missing for 372 (3·1%) of 11 848 individuals. Median age at registry entry was 9·6 years (IQR 5·8-13·2). 10 099 (89·9%) of 11 235 included individuals had a final genetically confirmed diagnosis of familial hypercholesterolaemia and 1136 (10·1%) had a clinical diagnosis. Genetically confirmed diagnosis data or clinical diagnosis data were missing for 613 (5·2%) of 11 848 individuals. Genetic diagnosis was more common in children and adolescents from high-income countries (9427 [92·4%] of 10 202) than in children and adolescents from non-high-income countries (199 [48·0%] of 415). 3414 (31·6%) of 10 804 children or adolescents were index cases. Familial-hypercholesterolaemia-related physical signs, cardiovascular risk factors, and cardiovascular disease were uncommon, but were more common in non-high-income countries. 7557 (72·4%) of 10 428 included children or adolescents were not taking lipid-lowering medication (LLM) and had a median LDL-C of 5·00 mmol/L (IQR 4·05-6·08). Compared with genetic diagnosis, the use of unadapted clinical criteria intended for use in adults and reliant on more extreme phenotypes could result in 50-75% of children and adolescents with familial hypercholesterolaemia not being identified. Interpretation: Clinical characteristics observed in adults with familial hypercholesterolaemia are uncommon in children and adolescents with familial hypercholesterolaemia, hence detection in this age group relies on measurement of LDL-C and genetic confirmation. Where genetic testing is unavailable, increased availability and use of LDL-C measurements in the first few years of life could help reduce the current gap between prevalence and detection, enabling increased use of combination LLM to reach recommended LDL-C targets early in life
    corecore