39 research outputs found

    PENGARUH APLIKASI MEDIA KOMPUTER CORELDRAW TERHADAP PENINGKATAN BELAJAR MENGGAMBAR TABUNG UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X SMALB

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan terhadap seorang subjek yaitu siswa tunarungu kelas X SMALB di SLB B-C Dharma Wanita Kuningan. Subjek berinisial AR dan berjenis kelamin laki-laki. AR memiliki kemampuan komputer dasar, yaitu menghidupkan/mematikan komputer maupun laptop, mengarahkan kursor dengan menggunakan mouse, serta berselancar di dunia maya melalui jejaring sosial. Selain itu melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran program aplikasi media komputer coreldraw dalam meningkatkan belajar menggambar tabung pada anak tunarungu. Kemampuan membuat tabung pada penelitian ini meliputi: membuat tabung dengan cara lurus ke bawah, membuat tabung dengan cara lurus ke samping dan membuat tabung dengan cara serong ke kanan. Metode yang dilakukan adalah metode eksperimen dengan menggunakan pendekatan Single Subject Research dengan menggunakan desaian A-B-A-B. Penyajian data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dengan presentase dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Penelitian ini menunjukkan bahwa mean kemampuan awal AR dalam membuat tabung di Baseline-1 sebesar 57,76%, artinya kemampuan AR masih kurang, kemampuan AR cenderung meningkat pada fase intervensi-1 sebesar 71,11%, kemampuan AR mengalami peningkatan mean pada Baseline-2 sebesar 93,33% artinya sangat baik, dan mencapai mean 100% pada intervensi-2 yang artinya sangat baik. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, membuktikan bahwa pembelajaran program aplikasi coreldraw dapat memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan kemampuan membuat tabung pada AR, siswa tunarungu di SLB B-C Dharma Wanita Kuningan. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan kepada pihak sekolah untuk mempertimbangkan pembelajaran komputer sebagai salah satu bahan ajar bagi siswa tunarungu

    Penerapan Prinsip Public Good Governance Dalam Hubungan Internasional Melalui Perjanjian Sister City

    Full text link
    This research discusses on the implementation of public good governance principle in International relations through the Sister City Agreement with Bandung as the example. The sister city program BandungBraunschweig is regarded as an example for other cities in Indonesia, meanwhile the sister city program of Bandung-Fort Worth is regarded as qualified to recommence the youth exchange since last year. This research of a literary nature. The research concludes that the Memorandum of Understanding (MoU) as a form of sister city cooperation is in line with International law, and the implementation of public good governance principle is done through the partnership with regional governments of other States (sister city). Several problems that exists in the sister city program is the maintenance of documents, and the supporting resources to ease communication in sister city cooperation.IntisariPenelitian ini membahas penerapan prinsip public good governance dalam Hubungan Internasional melalui perjanjian sister city dengan mengambil contoh Kota Bandung. Program sister cityBandung-Braunschweig dinilai telah menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia, sedangkan program sister city Bandung Fort Worth dinilai mampu mengaktifkan kembali pertukaran pemuda sejak tahunlalu. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Kesimpulan yang didapatkan adalah Memorandum of Understanding (MoU) sebagai bentuk kerjasama sister city telah sesuai dengan hukum Internasional, penerapan prinsip public good governance dilakukan melalui pembentukan hubungan kemitraan dengan pemerintah daerah di negara lain (sister city). Beberapa hambatan dan problematika yang ada dalam sister city adalah penempatan dan Pemeliharaan dokumen serta sarana prasarana penunjang guna mempermudah komunikasi Dalam hubungan kerjasama sister city

    Kepatuhan Kunjungan Pemeriksaan Pasien Diabetes Melitus Masa Pandemi Covid-19 di Poliklinik Endokrin RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Berdasarkan Health Belief Model

    Get PDF
    Latar Belakang: Pasien Diabetes Melitus (DM) dalam melakukan kunjungan rutin pemeriksaan dipoliklinik endokrin di masa pandemi Covid-19 mengalami penurunan. HBM mungkin salah satu teori persepsi yang mempengaruhi kedatangan kunjungan pemeriksaan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kepatuhan melakukan kunjungan pemeriksaan pada pasien DM di poliklinik Endokrin berdasarkan teori Health Belief Model. Metodologi: Penelitian kuantitatif observasional dengan desain cross sectional. Responden adalah pasien DM yang datang ke poliklinik endokrin RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebanyak 111 orang dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Instrumen berupa kuesioner faktor Health Belief Model dan data sekunder rumah sakit. Data dianalisis dengan analisis statistik chi square dengan nilai α ≤ 0,05. Hasil Penelitian: Penelitian menunjukkan uji bivariat bahwa variabel pekerjaan (p=0,014) persepsi hambatan (p=0,039), persepsi manfaat(p=0,025), isyarat bertindak(p=0,024) dan efikasi diri (p=0,018) berhubungan dengan kepatuhan kunjungan pemeriksaan pasien DM. sedangkan tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,kadar gula darah, lama menderita, persepsi kerentanan dan persepsi tingkat keparahan dengan kepatuhan kunjungan pemeriksaan pasien DM. Kesimpulan: persepsi manfaat merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi kepatuhan kunjungan pemeriksaan pasien DM masa pandemi Covid-19. Kata Kunci: HBM, kepatuhan, kunjunga

    Penyelesaian Kasus Pembakaran Lahan Tanpa Izin Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus di Kota Prabumulih Provinsi Sumatra Selatan)

    Get PDF
    AbstractEvents that occur every year in parts of Indonesia, precisely when the dry season arrives, are forest and land fires (karhutla). In general, forest fires occur due to two factors, namely natural factors and human factors. Forest fires caused by natural factors usually occur through natural processes due to friction between dry tree organs, lightning strikes, and volcanic lava eruptions, thus triggering sparks which then gusts of wind in the forest to help forest and land fires occur. Forest fires caused by human factors occur due to unintentional and intentional processes. Humans can inadvertently do actions that cause forest and land fires such as throwing cigarette butts carelessly around the forest, leaving the rest of the fire in the forest without turning it off first. Furthermore, it is human actions that intentionally burn forests with the intention of changing the function of land from forest plants to plantations for oil palm and other types of plants.Keywords: fire, land clearing, fire factor AbstrakPeristiwa yang terjadi setiap tahun di sebagian wilayah Indonesia, tepatnya ketika tiba musim kemarau adalah peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Secara umum kebakaran hutan terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusiaa. Kebakaran hutan yang disebabkan faktor alam biasanya terjadi melalui proses alami karena gesekan antara bagian organ pohon yang sudah kering, sambaran petir, dann letusan lahar gunung berapi, sehingga memicu percikan api yang kemudian hembusann angin di hutan membantu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan yang disebabkan faktor manusia terjadi karena proses tidak sengaja dan disengaja. Manusiaa secara tidak sengaja dapat melakukan perbuatan yang mengakibatkan kebakaran hutann dan lahan seperti membuang puntung rokok sembarangan di sekitar hutan, membiarkan sisa bakaran di hutan tanpa mematikannya terlebih dahulu. Selanjutnya adalalahh perbuatan manusia yang secara sengaja membakar hutan dengan maksud alih fungsi i lahan dari tanaman hutan menjadi tanaman perkebuanan kelapa sawit dan jenis tanaman lainnya. Kata kunci: kebakaran,pembukaan lahan,Faktor Kebakara
    corecore