8 research outputs found
Pengaruh Alelopati Bubuk Daun Kemangi (Ocimum basilicum) pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) dan Gulma yang Berasosiasi.
Tanaman sawi merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Salah satu alternatif pengendalian gulma pada
budidaya tanaman sayuran khususnya tanaman sawi adalah penggunaan
bioherbisida yang mengandung bahan aktif alelokimia. Tanaman kemangi telah
dipelajari sebagai tanaman yang berpotensi alelopati. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh alelopati bubuk daun kemangi pada pertumbuhan
dan hasil tanaman sawi yang berasosiasi dengan dua jenis gulma semusim
Amaranthus spinosus L. dan Digitaria adscendeus. Hipotesis yang diajukan
adalah alelopati bubuk daun kemangi 20 g/polibag (20 g/ 3 kg tanah) dapat
menekan pertumbuhan gulma Amaranthus spinosus L. dan Digitaria adscendeus
serta memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi yang tertinggi.
Penelitian dilaksanakan di greenhouse Politeknik Pembangunan Pertanian
Kampus 2, Tanjungrejo, Kota Malang pada bulan Desember 2022 sampai dengan
Januari 2023. Alat yang digunakan yaitu oven, blender, amplop cokelat, plastik,
polybag, sekop kecil, penggaris, meteran jahit, Leaf Area Meter (LAM),
timbangan digital, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu daun
kemangi, benih sawi, biji gulma Amaranthus spinosus L. dan Digitaria
adscendeus, tanah, pupuk kandang, dan dosis pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 4
g/polybag. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
1 faktor perlakuan, yaitu tanaman sawi + 0 g bubuk daun kemangi, tanaman sawi
+ bubuk daun kemangi 20 g, tanaman sawi + 40 g bubuk daun kemangi, tanaman
sawi + Amaranthus spinosus L. + 0 g bubuk daun kemangi, tanaman sawi +
Amaranthus spinosus L. + 20 g bubuk daun kemangi, tanaman sawi + Amaranthus
spinosus L. + 40 g bubuk daun kemangi, tanaman sawi + Digitaria adscendeus +
0 g bubuk daun kemangi, tanaman sawi + Digitaria adscendeus + 20 g bubuk
daun kemangi, tanaman sawi + Digitaria adscendeus + 40 g bubuk daun kemangi.
Data yang diperoleh selanjutnya diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA)
dengan taraf 5%. Jika hasil yang didapatkan berbeda nyata maka dilanjutkan
dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penambahan alelopati bubuk daun kemangi terhadap gulma yang
berasosiasi dan pertumbuhan tanaman sawi. Perlakuan penambahan alelopati
bubuk daun kemangi sebanyak 20 g dan 40 g dapat menekan pertumbuhan gulma
semusim Digitaria adscendeus dan juga gulma Amaranthus spinosus L. Perlakuan
penambahan alelopati bubuk daun kemangi dapat menurunkan beberapa variabel
pertumbuhan tanaman sawi, namun belum bisa mempengaruhi rata-rata hasil
tanaman sawi di lapangan
Pengaruh Alelopati Kemangi (Ocimum basilicum) pada Perkecambahan Benih Sawi (Brassica juncea L.) Bayam (Amaranthus tricolor L.) dan Kangkung (Ipomea reptans Poir).
Tanaman kemangi (Ocimum basilicum) adalah tanaman berbentuk perdu
yang banyak tumbuh di Indonesia. Kemangi diketahui merupakan salah satu
tanaman yang berpotensi alelopati. Alelopati adalah suatu gejala kimia dan ekologi
yang menunjukkan suatu persaingan pada tumbuhan yang menyebabkan salah satu
tumbuhan tersebut menghasilkan senyawa kimia yang dapat menghambat spesies
tumbuhan tersebut maupun spesies tumbuhan lain. Kandungan daun kemangi
berupa senyawa fenol dan eugenol diketahui dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Menurut Badan Pusat Statistik, produksi tiga jenis sayuran yaitu sawi,
bayam dan kangkung merupakan yang paling tinggi diantara yang lainnya pada
kurun waktu 2018 hingga 2021. Budidaya ketiga jenis sayuran tersebut umumnya
dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman kemangi. Berdasarkan informasi
tersebut, diharapkan kemangi sebagai alternatif herbisida ramah lingkungan yang
dapat dimanfaatkan oleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh konsentrasi alelopati kemangi (Ocimum basilicum) pada perkecambahan
biji benih beberapa dayuran daun, yaitu sawi (Brassica juncea L.), bayam
(Amaranthus tricolor L.) dan kangkung (Ipomea reptans Poir.)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2022 di
Laboratorium Sumber Daya Lingkungan, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor
perlakuan. Faktor pertama adalah 5 konsentrasi alelopat yaitu 0%, 25%, 50%, 75%
dan 100%. Faktor kedua adalah 3 jenis komoditas tanaman yaitu bayam, kangkung
dan sawi. Masing masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga
terdapat 45 satuan percobaan. Variabel yang diamati meliputi persentase
perkecambahan, panjang hipokotil, panjang radikula, bobot basah dan indeks vigor.
Data yang diperoleh selanjutnya diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA)
dengan taraf 5%. Apabila perlakuan yang menunjukkan pengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara ketiga jenis tanaman
dengan pemberian konsentrasi alelopati kemangi terhadap variabel pengamatan
persentase perkecambahan umur 9 hst, panjang plumula, panjang radikula, bobot
basah dan indeks vigor. Sedangkan pada persentase perkecambahan umur 3 hst
dan 6 hst tidak ada interaksi. Pemberian konsentrasi alelopati kemangi
menunjukkan penurunan pada setiap variabel pengamatan pada peningkatan
pemberian konsentrasi alelopati kemangi. Penghambatan mulai terjadi pada
pemberian konsentrasi alelopati kemangi sebanyak 25%, dan penghambatan paling
tinggi terjadi pada pemberian konsentrasi alelopati kemangi 100% pada semua jenis
tanaman. Perbedaan morfologi benih kangkung yang lebih besar mengakibatkan
umur berkecambah lebih lama, sehingga hasil pengamatan variabel pada umur 3 hst
dan 6 hst lebih kecil dibandingkan jenis tanaman yang lain
Pengaruh Plant Growth Promoting Rhizobacteria (Pgpr) Dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) ialah tanaman hortikultura yang
dimanfaatkan umbinya. Permintaan bawang merah dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2019 mengalami peningkatan tiap tahunnya (Direktorat Pangan dan Pertanian,
2014). Hal ini menunjukkan permintaan bawang merah untuk tahun selanjutnya akan
terus meningkat. Salah satu faktor untuk meningkatkan produksi bawang merah ialah
melalui aplikasi PGPR dan pupuk kandang sapi. Bakteri yang ada pada PGPR
termasuk golongan bakterimenguntungkan dan dapat berkembang biak dengan
optimal pada tanah yang mengandungbahan organik. Bahan organik yang terdapat di
dalam tanah akan menjadi makanan bagi bakteri PGPR, sehingga dapat
memaksimalkan kinerja bakteri PGPR. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
interaksi dan pengaruh tanaman bawang merah terhadap pemberian PGPR dan pupuk
kandang sapi.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2019 di
Kecamatan Karangploso, Batu, Jawa Timur. Alat yang akan digunakan untuk
penelitian antara lain, timbangan digital, cangkul, bambu, gayung, selang, oven,
jangka sorong, penggaris, pisau, hand sprayer, ember, gelas ukur, meteran, papan
nama, kertas label, amplop kertas, plastik, kamera dan alat tulis. Bahan yang akan
digunakan ialah benih bawang merah varietas Batu Ijo, pupuk kandang sapi, Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), pupuk NPK mutiara 16:16:16dan air.
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah pemberian PGPR dengan 3 taraf
yaitu P0 = tanpa PGPR; P1= PGPR 30 ml l-1 dan P2 = PGPR 60 ml l-1. Faktor kedua
adalah pemberian pupuk kandang sapi dengan 3 taraf yaitu K0 = tanpa pupuk
kandang sapi; K1 = pupuk kandang sapi 30ton ha-1 dan K2 = pupuk kandang sapi 60
ton ha-1. Terdapat 9 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh 27 unit kombinasi perlakuan.Parameter pengamatan pertumbuhan
dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 4 dan 6 MST yang terdiri dari pengamatan
panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar tanaman dan bobot kering
tanaman. Parameter pengamatan panen diantaranya bobot segar umbi, bobot kering
umbi, jumlah umbi perumpun, diameter umbi dan produksi. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F taraf 5%). Jika terdapat beda nyata
maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi dari perlakuan pemberian
PGPR dan pupuk kandang sapi pada variabel pengamatan pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah. Pada pengamatan pertumbuhan, terjadi interaksi pada
i
panjang tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman.
Sedangkan pada pengamatan hasil, terjadi interaksi pada bobot segar umbi,diameter
umbi dan produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan PGPR 60 ml l-1
dan pupuk kandang sapi 30 ton ha-1memberikan hasil yang berbeda nyata
dibandingkan dengan kontrol (tanpa PGPR dan tanpa pupuk kandang sapi
Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam dan PGPR Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Brokoli (Brassica oleracea var. italica)
Kebutuhan brokoli (Brassica oleracea var. italica) dalam negeri masih
belum dapat dipenuhi, sehingga diperlukan peningkatan produksi brokoli. Tingkat
kesuburan tanah yang rendah pada lahan pertanian menjadi salah satu kendala
dalam meningkatkan produksi tanaman brokoli di Indonesia. Penggunaan pupuk
organik telah banyak digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah pertanian,
sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Salah satu jenis pupuk organik
yang banyak diaplikasikan dalam budidaya tanaman di Indonesia adalah pupuk
kandang ayam. Selain penggunaan pupuk kandang ayam, peningkatan
produktivitas tanaman dapat dicapai dengan pemanfaatan pupuk hayati berupa
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Percobaan ini bertujuan untuk
mempelajari interaksi dosis pupuk kandang ayam dan PGPR terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman brokoli.
Percobaan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2022,
di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Alat
yang digunakan yaitu meteran, alat tulis, timbangan, dan Leaf Area Meter (LAM).
Bahan yang digunakan antara lain benih brokoli varietas green magic sakata,
pupuk kandang ayam, PGPR, urea sebanyak 36 kg ha-1
, ZA sebesar 157 kg ha-1
,
KCl sebanyak 100 kg ha-1
, dan SP36 sebesar 125 kg ha-1
. Rancangan percobaan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Faktor percobaan
terdiri atas dua faktor, yaitu dosis pupuk kandang ayam dan dosis PGPR.
Perlakuan dosis pupuk kandang terdiri atas pupuk kandang 0 ton ha-1
, pupuk
kandang 4 ton ha-1
dan pupuk kandang 8 ton ha-1
. Perlakuan dosis PGPR terdiri
atas dosis 0 l ha-1
, dosis 6 l ha-1
, dosis 12 l ha-1
dan dosis 18 l ha-1
.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis pupuk
kandang ayam dan PGPR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman brokoli.
Interaksi antara dosis pupuk kandang ayam dan PGPR berpengaruh nyata
terhadap luas daun pada 49 HST, indeks luas daun pada 49 HST, laju
pertumbuhan tanaman pada 35-49 HST, berat segar bunga per tanaman dan berat
segar bunga per hektar. Pemberian dosis PGPR yang meningkat belum dapat
mengurangi dosis pupuk kandang ayam pada tanaman brokoli
Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi AB mix Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Siomak (Lactuca sativa L.) pada Sistem Wall Growing Bag d
Tanaman selada siomak merupakan salah satu sayuran yang mempunyai
nilai komersil dan prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Namun,
pada saat ini untuk mendapatkan lahan yang subur, produktif, dan strategis untuk
pembudidayaan tanaman tidak mudah. Oleh karena itu, dalam sistem budidaya
perlu adanya inovasi untuk memanfaatkan lahan sempit secara maksimal, seperti
budidaya tanaman secara vertikultur. Faktor lain yang mempengaruhi produksi adalah media tanam dan nutrisi. Media tanam berupa campuran tanah dengan cocopeat
ataupun dengan arang sekam sesuai sebagai media tanam pada teknik budidaya
vertikultur. Oleh sebab itu, penelitian mengenai budidaya selada siomak dengan
menggunakan teknik budidaya vertikultur dengan memperhatikan komposisi media
tanam dan nutrisi AB mix, perlu dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh dari penggunaan media tanam dan konsentrasi nutrisi AB
mix yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada siomak,
dengan hipotesis bahwa perlakuan media tanah + arang sekam (1:1) dengan penambahan 1600 ppm AB mix mampu menunjukkan peningkatan pertumbuhan dan hasil
tanaman selada siomak yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2021 di Jl. Eka Warni,
Kecamatan Medan Johor, Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 8 perlakuan. Perlakuan tersebut antara
lain M1P1: tanah + cocopeat (1:1)+ 400 ppm nutrisi AB mix, M1P2 : tanah + cocopeat (1:1) + 800 ppm nutrisi AB mix, M1P3 : tanah + cocopeat (1:1)+ 1200 ppm
nutrisi AB mix, M1P4 : tanah + cocopeat (1:1)+ 1600 ppm nutrisi AB mix, M2P1:
tanah + arang sekam (1:1) + 400 ppm nutrisi AB mix, M2P2: tanah + arang sekam
(1:1) + 800 ppm nutrisi AB mix, M2P3: tanah + arang sekam (1:1)+ 1200 ppm
nutrisi AB mix, dan M2P4: tanah + arang sekam (1:1)+ 1600 ppm nutrisi AB mix
Setiap perlakuan akan diulang sebanyak 4 kali, dengan jumlah tanaman untuk tiap
perlakuan ialah 6 tanaman. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan uji keragaman (uji F) dengan taraf nyata 5%. Apabila hasil pengujian
diperoleh pengaruh yang nyata maka dilanjutkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada
taraf 5% untuk membandingkan semua rata-rata perlakuan dengan kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam tanah + arang sekam
menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari pada media tanam yang
menggunakan cocopeat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi ABmix 1600 ppm meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari
pada konsentrasi AB mix yang lebih rendah. Faktor perlakuan media tanam tanah +
arang sekam yang dikombinasi dengan konsentrasi larutan nutrisi AB mix 1600
ppm menghasilkan interaksi terbaik dari pada kombinasi perlakuan lainnya
Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
Cabai merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki harga jual yang tinggi serta permintaan pasar yang meningkat setiap tahun. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan angka produksi cabai yang pada saat ini masih fluktuatif. Salah satu faktor penyebab kurang optimalnya produktivitas cabai merah disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan hara tanaman. Pupuk NPK mampu menjadi solusi alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai. Selain penggunaan pupuk, hasil budidaya cabai merah juga bisa ditingkatkan dengan pengaturan jarak tanam. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian terkait pengaruh dosis pupuk NPK dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil cabai merah. Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil cabai merah.
Penelitian dilaksanakan di Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai Oktober 2021. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan jarak tanam sebagai petak utama yang terdiri dari : 50 cm x 70 cm, 60 cm x 70 cm, 70 cm x 70 cm dan dosis pupuk NPK sebagai anak petak yang terdiri dari : 300 kg ha-1, 350 kg ha-1, 400 kg ha-1, 450 kg ha-1. Variabel pengamatan meliputi komponen pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun. Komponen hasil meliputi jumlah bunga, jumlah buah, fruit set, dan bobot buah per tanaman. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (uji F) pada taraf 5% dan apabila terdapat interaksi atau pengaruh perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk NPK. Interaksi terjadi pada parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah bunga, jumlah buah, fruit set, bobot buah per tanaman. Pemberian dosis pupuk NPK pada jarak tanam 50 cm x 70 cm, 60 cm x 70 cm, dan 70 cm x 70 cm menyebabkan peningkatan bobot buah per tanaman cabai hingga titik optimal yaitu pemberian dosis pupuk NPK masing-masing 435, 415, dan 419 kg ha-1
Pengaruh Plant Growth Promoting Rhizobacteria dan Dosis Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)
Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman
sayur-sayuran yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman buncis dapat
tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi pada sebagian besar
wilayah Indonesia. Pada tahun 2021 provinsi Jawa Timur menghasilkan produksi
yang tinggi pada tahun 2021, yaitu sebesar 28.596 ton, namun nilai produksi ini
fluktuatif, dimana pada tahun 2020 produksi buncis tegak di provinsi Jawa Timur
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 5% dari 23.703 ton pada
tahun 2019 menjadi 22.516 ton pada tahun 2020. Pemberian pupuk nitrogen pada
tanah merupakan hal penting untuk mendukung produktivitas tanaman, namun
penyerapan nitrogen dari pupuk anorganik oleh tanaman tidak efisien dan dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan hal tersebut aplikasi PGPR
diharapkan mampu membantu mengoptimalkan pemberian pupuk nitrogen pada
tanaman buncis dan dapat menyelesaikan permasalahan rendahnya produktivitas
tanaman buncis.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2023 di lahan
percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, yang terletak di Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang yang berada pada ketinggian 440-
460 m dpl. Penelitian ini disusun secara Faktorial dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor yakni, Faktor pertama Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (P) yaitu: tanpa Plant Growth Promoting Rhizobacteria
dan dengan Plant Growth Promoting Rhizobacteria. Faktor kedua yaitu dosis
Nitrogen (N) antara lain dosis Nitrogen 34,5 kg ha-1, dosis Nitrogen 69 kg ha-1,
dosis Nitrogen 103,5 kg ha-1, dosis Nitrogen 138 kg ha-1. Setiap perlakuan diulang
sebanyak 4 kali sehingga didapat 32 petak. Pengamatan dilakukan pada parameter
pertumbuhan tanaman, dan parameter panen tanaman. Pengamatan pertumbuhan
dilakukan secara destruktif dan non destruktif, sedangkan pengamatan hasil
dilakukan pada saat pemanenan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian PGPR menghasilkan
pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari pada perlakuan tanpa diberikan PGPR.
Dosis pupuk nitrogen 138 kg ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman buncis tegak yang lebih baik dari pada dosis pupuk nitrogen yang lebih
rendah. Faktor perlakuan PGPR dengan penambahan pupuk nitrogen dosis 138 kg
ha-1 menghasilkan interaksi terbaik dari pada kombinasi perlakuan lainnya
Pengaruh Metode Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)
Jagung manis merupakan salah satu pangan utama di Indonesia. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik pada tahun 2016, produktivitas jagung di Indonesia
mencapai 53,05 ku/ha dan mengalami penurunan pada 2017 menjadi 52,27 ku/ha.
Penurunan produktivitas jagung manis dapat disebabkan oleh pengolahan tanah
serta penggunaan pupuk organik yang kurang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari interaksi antara metode pengolahan tanah dan dosis pupuk kompos
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Hipotesis dari penelitian
ini yaitu terdapat interaksi antara metode pengolahan tanah dan dosis pupuk
kompos terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
Penelitian dilaksanakan di lahan Desa Bulupasar, Kabupaten Kediri.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2021. Alat yang
digunakan yaitu cangkul, kamera, alat tulis, meteran, gunting, sprayer, timbangan
analitik, jangka sorong, tugal, tali rafia, sabit sosrok, cetok dan bambu. Bahan
yang digunakan yaitu benih jagung manis varietas Exsotic yang beradaptasi pada
dataran rendah hingga menengah, insektisida klorpirifos, fungisida metalaksil,
herbisida glifosat, pupuk urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan
pupuk kompos. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
petak terbagi faktorial dengan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan. Karakter yang
diamati antara lain: tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas daun (cm),
jumlah daun (cm), diameter tongkol dengan kelobot (cm), diameter tongkol tanpa
kelobot (cm), panjang tongkol dengan kelobot (cm), panjang tongkol tanpa
kelobot (cm), berat segar tongkol berkelobot (g/tan), berat segar tongkol tanpa
berkelobot (g/tan), jumlah baris per tongkol (baris), kadar gula (brix), hasil panen
jagung manis (ton/ha). Data yang diperoleh dilakukan analisis varian
menggunakan F pada taraf 5%. Jika hasil analisis varian berbeda nyata dilakukan
uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan metode olah tanah dan
dosis pupuk kompos tidak menunjukkan interaksi nyata pada pada karakter
pertumbuhan dan hasil. Perlakuan tanpa olah tanah meningkatkan tinggi tanaman
sebesar 13,30% pada 21 HST, jumlah daun sebesar 11,48% pada 14 HST dan
8,14% pada 42 HST, diameter batang pada 14 HST 12,35% serta 13,37% pada 21
HST dibandingkan perlakuan olah tanah konvensional. Perlakuan dosis pupuk
kompos 20 ton/ha meningkatkan diameter batang tanaman sebesar 10,11% pada
14 HST, diameter tongkol tanpa kelobot 3,33%, berat segar tongkol tanpa kelobot
8,68% dan kadar gula 6,54% dibandingkan perlakuan tanpa pupuk kompos