23 research outputs found

    PRARANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI LIMBAH CAIR CPO MENGGUNAKAN METODE ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 33.000 TON/TAHUN

    Get PDF
    Prarancangan pabrik Biodiesel dengan menggunakan limbah cair CPO sebagai bahan baku. Proses produksi secara keseluruhan menggunakan proses kontinyu dengan melibatkan proses esterifikasi dan transesterifikasi. Kapasitas produksi pabrik Biodiesel ini adalah 33.000 ton pertahun dengan hari kerja 300 hari pertahun. Bentuk perusahaan yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan menggunakan metode struktur organisasi garis dan staf. Kebutuhan tanaga kerja untuk menjalankan perusahaan ini berjumlah 160 orang. Lokasi pabrik direncanakan didirikan di Desa Tutut, Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh dengan luas tanah 160.000 m2. Sumber air untuk pabrik Biodiesel ini berasal dari Sungai Mas.Hasil analisa ekonomi yang yang diperoleh adalah sebagai berikut :a.Fixed Capital Investment (FCI)= Rp.176.686.653.788b.Working Capital Investment (WCI)= Rp. 31.179.997.727c.Total Capital Investment (TCI)= Rp. 207.866.651.515d. Total Production Cost (TPC)= Rp 296.772.442.798e.Hasil Penjualan= Rp. 402.578.948.469f.Laba bersih= Rp. 79.354.879.254g. Pay Out Time (POT) = 3,46 tahun (41,46 bulan)h.Break even Point (BEP) = 37,36 %i.Internal Rate of Return (IRR)= 63,27%Berdasarkan studi kelayakan teknis dan ekonomis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prarancangan pabrik Biodiesel dari limbah cair CPO ini layak untuk dilanjutkan ke tahap konstruksi

    Incorporating citronella oil into edible coating to extend the stable life and improve the quality of banana fruit

    Get PDF
    Carboxymethyl cellulose (CMC) is a linear polysaccharide with long chains soluble in water and anionic. It exhibits high viscosity and possesses non-toxic and non-allergenic properties. The use of plant-based essential oils in edible films to replace vegetable oils, cereals, or seeds. One essential oil with good antibacterial activity is the oil derived from citronella leaves. The main components of this citronella oil compound consist of citronellal, citronellol, and geraniol, which can inhibit bacterial activity. Therefore, it is necessary to develop technology for handling fresh fruits to inhibit excessive ripening and decay. This can be achieved by creating an edible coating with essential oils. This study aims to investigate the impact of using an edible covering (carboxymethyl cellulose) incorporated with lemongrass oil on the storage of bananas. The experimental design employed in this study utilized a Completely Randomized Design (CRD) with one factor, namely citronella oil (0.3%, 0.6%, and 0.9%), as well as the application of edible coating with two elements, namely treatment variations (layer and non-coating) and storage duration (day 0 to day 15). The storage process is conducted until ripening occurs in banana fruits for 16 days, with daily observations. Throughout the storage procedure, various metrics were monitored in bananas, including weight loss, acidity level (pH), and total plate count (TPC). The research findings indicate that the highest weight loss of banana fruit is observed in bananas without edible covering, amounting to 13.10%. Conversely, bananas with edible coating and 0.5% lemongrass oil exhibit a lower weight loss of 7.35%. The application of edible coating significantly impacts the increase in pH and total microbial growth on banana fruits

    Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Daun Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Menggunakan Metode Air-Hydrodistillation Dan Steam Distillation Dengan Skala Besar

    Get PDF
    Minyak nilam termasuk satu minyak yang banyak digunakan dalam industri kosmetik, obat-obatan, makanan, dan minuman. Umumnya para petani nilam sering menghadapi kendala pada proses ekstraksi minyak nilam. Saat ini para petani masih menggunakan metode steam distillation untuk mengekstrak minyak nilam. Sehingga diperlukan sebuah inovasi terbaru yang dapat digunakan untuk mengekstrak minyak nilam. Pada penelitian ini nantinya akan menggunakan penambahan aliran udara sebagai inovasi agar dapat mempercepat proses ekstraksi dan meningkatkan jumlah yield. Tujuan dalam penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap metode air-hydrodistillation dan steam distillation, yang meliputi lama waktu ekstraksi, rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut atau distiller yang digunakan, kondisi bahan baku yang akan diekstrak, serta pengaruh dari ada tidaknya penambahan udara pada metode air-hydrodistillation terhadap yield dan recovery minyak yang dihasilkan. Selain itu dalam penelitian ini juga ditentukan model kinetika untuk ekstraksi minyak nilam dengan menggunakan metode air-hydrodistillation dan steam distillation. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun nilam (Pogostemon cablin Benth) dalam kondisi segar dan kering serta dengan ukuran daun utuh dan cacah (± 1 cm). Pada ekstraksi dengan metode hydrodistillation, air-hydrodistillation dan steam distillation, rasio bahan baku terhadap solvent: 0,025; 0,050; 0,075; 0,100 dan 0,150 g/mL serta waktu ekstraksi selama 8 jam dengan waktu pengamatan setiap 1 jam. Untuk ekstraksi dengan metode air-hydrodistillation laju aliran udara yang digunakan adalah 0, 3, 5, 7 dan 10 L/min. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa secara umum Ekstraksi minyak nilam menggunakan metode steam distillation dari daun nilam kering (utuh dan cacah) menghasilkan yield yang tinggi bila dibandingkan menggunakan metode hydrodistillation dan air-hydrodistillation. Kondisi operasi yang optimal untuk ekstraksi minyak nilam menggunakan metode hydrodistillation diperoleh ketika menggunakan daun nilam dengan kondisi kering cacah (±1 cm) dan F/S ratio 0,025 g/mL. Sedangkan kondisi operasi optimal diperoleh ketika menggunakan daun nilam dengan kondisi segar cacah (±1 cm) dan F/S ratio 0,100 g/mL. Untuk metode air-hydrodistillation, kondisi operasi optimal diperoleh ketika menggunakan daun nilam dengan kondisi kering cacah (±1 cm), F/S ratio 0,100 g/mL, dan laju aliran udara 3 L/min. Sedangkan ondisi operasi optimal diperoleh ketika menggunakan daun nilam dengan kondisi segar cacah (±1 cm), rasio antara massa bahan baku terhadap volume solvent (F/S) 0,100 g/mL, dan laju aliran udara 5 L/min. Dengan adanya penambahan aliran udara mampu meningkatkan jumlah yield dan akumulasi recovery minyak yang diperoleh, namun laju alirnya juga harus disesuaikan dengan karakteristik bahan. Dimana laju aliran udara yang optimal untuk ekstraksi minyak nilam baik dari daun nilam segar (utuh) 5 L/min dan kering (cacah) yaitu 3 L/min dengan F/S ratio 0,100 g/mL. Serta model kinetika orde dua lebih dapat merepresentasikan secara baik hasil eksperimen dari ekstraksi minyak nilam dengan metode hydrodistillation dan air-hydrodistillation apabila dibandingkan dengan model kinetika orde satu. Berdasarkan hasil pengujian terhadap sifat fisik dari minyak nilam menunjukkan bahwa minyak nilam yang diperoleh dengan metode hydrodistillation dan air-hydrodistillation memiliki kualitas (berat jenis dan kelarutan dalam alkohol) yang sama. Sedangkan pengujian terhadap sifat kimia pada minyak nilam menunjukkan bahwa kadar patchouli alcohol dari minyak nilam yang diperoleh dengan metode air-hydrodistillation daun cacah yaitu 46,23% lebih besar jika dibandingkan dengan yang diperoleh menggunakan metode dengan metode hydrodistillation daun cacah yaitu 44,88%. Berdasarkan hasil pengujian terhadap sifat fisik dan kimia, minyak nilam hasil ekstraksi menggunakan metode hydrodistillation dan air-hydrodistillation telah sesuai dengan standar kualitas SNI 06-2385-2006 dan ISO 3757 : 2002. Kata kunci: hydrodistillation, air-hydrodistillation, steam distillation, ekstraksi, minyak nilam, pemodelan kinetika ================================================================================================ Patchouli oil is an oil that is widely used in various industries, such as cosmetics, pharmaceutical, food, and beverage industry. Generally, farmers often find constraints on the process of extracting patchouli oil. Currently, farmers are still using the steam distillation method to extract patchouli oil. So it takes a new innovation that can be used to extract patchouli oil. This research will use the addition of airflow as an innovation in order to speed up the extraction process and increase of yield. The purpose of this research is to study the factors that influence the air-hydrodistillation and steam distillation methods, which include extraction time, the ratio of raw material to be extracted with a solvent or the distiller used, condition of the raw materials to be extracted, and the influence of the presence or absence of additional of airflow in air-hydrodistillation method to the yield and recovery of oil produced. Additionally in this study also determined the kinetics models for the extraction of patchouli oil by using the air-hydrodistillation and steam distillation methods. Material used in the study include patchouli leaves (Pogostemon cablin Benth) in fresh and dry condition. In the extraction with air- hydrodistillation and steam distillation methods, the ratio of raw material to be extracted with a solvent was: 0,025; 0,050; 0,075; 0,100 and 0,150 g/mL and the extraction time for 8 hours with the observation time every 1 hours. For extraction with air-hydrodistillation method, air flow rate used was 0, 3, 5, 7 and 10 L/min. The results of the study, it can be seen that in general the extraction of patchouli oil using the steam distillation method from dried patchouli leaves (whole and chopped) produces high yield compared to using the hydrodistillation and air-hydrodistillation methods. The optimal operating conditions for extracting patchouli oil using the hydrodistillation method were obtained when using patchouli leaves with chopped dry conditions (± 1 cm) and F/S ratio of 0.025 g / mL. While the optimal operating conditions were obtained when using patchouli leaves with fresh chopped conditions (± 1 cm) and F/S ratio of 0.100 g/mL. For the air-hydrodistillation method, optimal operating conditions were obtained when using patchouli leaves with chopped dry conditions (± 1 cm), F/S ratio of 0.100 g/mL, and air flow rate of 3 L/min. Whereas the optimal operating conditions were obtained when using patchouli leaves with fresh chopped conditions (± 1 cm), the ratio between the mass of raw materials to solvent volume (F/S) 0.100 g/mL, and air flow rate of 5 L/min. With the addition of air flow can increase the amount of yield and accumulated oil recovery obtained, but the flow rate must also be adjusted to the characteristics of the material. Where the optimal air flow rate for the extraction of patchouli oil from both fresh (whole) patchouli leaves 5 L/min and dry (chopped) is 3 L/min with an F/S ratio of 0.100 g/mL. As well as the second order kinetics model, it can better represent the experimental results of patchouli oil extraction using hydrodistillation and air-hydrodistillation methods when compared to first-order kinetic models. Based on the test for physical properties of patchouli oil showed that the essential oil obtained using hydrodistillation and air-hydrodistillation methods have the same quality (density and solubility in alcohol). While the testing of the chemical properties of patchouli oil showed that patchouli alcohol levels from patchouli oil obtained by chopped leaf air-hydrodistillation method were 46.23% greater than those obtained using the method of chopped leaf hydrodistillation method which was 44.88%. Based on test result on physical and chemical properties, patchouli oil extracted using hydrodistillation and air-hydrodistillation methods methods have been in accordance with quality standards SNI 06-2385-2006 and ISO 3757: 2002. Keywords: hydrodistillation, air-hydrodistillation, steam distillation, patchouli oil, extraction, patchouli oil, kinetic modellin

    Identifikasi Parasetamol dalam Jamu Pegal Linu Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan Bahan Kimia Obat (BKO) parasetamol dalam sediaan jamu pegal linu yang beredar di pasar Kota Langsa. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif dan Eksperimental di Laboratorium Kimia dan Farmakognosi Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa dengan menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Sebanyak 5 sampel jamu yang diambil dengan Teknik Random Sampling. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil Nilai RF dari KLT diketahui bahwa sampel jamu pegal linu SB negatif mengandung Parasetamol dengan hasil Nilai Rf 0,27, 0,33, dan 0,22 ditiga kali pengulangan, sedangkan sampel jamu pegal linu SA, SC, SD, dan SE positif mengandung Parasetamol dengan hasil Nilai RF=1 di tiga kali pengulangannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 sampel jamu Positif mengandung BKO Parasetamol, sedangkan 1 sampel jamu Negatif mengandung BKO Parasetamol. Referensi : [1]    Jayanti, R., Aprilia, H., Lukmayani. Y., Analisis Bahan Kimia Obat (BKO) Glibenklamid Dalam Sediaan Jamu Diabetes Yang Beredar Dipasaran. Prosiding Penelitian SPeSIA 2015. Surabaya: Prodi Farmasi FMIPA Unisba, 2015. p. 649-653. [2]    Purwaningsih, E.H., Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia Pasang Surut Pemanfaatannya di Indonesia. Jakarta. eJKI. Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indo. 2017 [3]    Susila, P.O., Identifikasi dan Kuantifikasi Bahan Kimia Obat Sibutramin Dalam Jamu Pelangsing Yang Beredar Di Sekitar Surakarta Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-VY.Surakarta: Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2017. p. 15-16. [4]    BPOM, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Sekretariat Negara. Jakarta.Hal 7. [5]    BPOM,Bahaya Jamu Yang Mengandung Bahan Kimia Obat.http://IK.pom.go.id/v201 2/q-a/bahaya-jamu-yang-mengandung-bko. 2015. Diakses Tanggal 26 Maret 2020. [6]    Anggraeni, D.L., Rusdi, B dan Hilda, A.W., Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dan Deksametason Pada Jamu Pegal Linu Menggunakan Metode Ekskresi Fasa Pada dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba. 2015.  [7]    Latif A,. Analisis Alupurinol Pada Sediaan Jamu Serbuk Asam Urat Yang Beredar di Purwokerto. Fakultas Farmasi- Universitas Muhammadiyah Purwokerta. 2018. p. 1145. [8]    Isnan Ary Surahman, Analisis Bahan Kimia Obat Dalam Sediaan Jamu Cair Pegal Linu Tanpa Merek Dengan Metode Kltdensitometri, Skripsi Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang, 2017, p. 57 [9]    Hayun, Karina, M.A, Pengembangan dan Validasi Metode KLT. Desintrometri untuk Analisis Secara Simultan Parasetamol, Asam Mefenamat dan Ibu Profen dalam Jamu “Pegal Linu”. Jurnal Sains farmasi&Klinis. Sumatra Barat: Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. 2 (2) p.150-161 [10]    Harmita, Analisis Fisikokimia Kromatografi Volume 2. EGC. Jakarta. 2015. 9 (1).p.22. [11]    Katno, Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Karanganhya: B2P2TP-OT. 2018. [12]   A. Wirastuti, A. A. Dahlia, and A. Najib, “Pemeriksaan Kandungan Bahan Kimia Obat (BKO) Prednison Pada Beberapa Sediaan Jamu Rematik,” Fitofarmaka Indones., vol. 3, no. 1, pp. 130–134, 2017. [13]   F. Husna and S. R. Mita, “Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Obat Tradisional Stamina Pria Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis,” Farmaka, vol. 18, no. 2, pp. 16–25, 2018

    PENGOLAHAN AMMONIUM NITROGEN DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI PUPUK UREA DAN BITTERN SEBAGAI PEMBENTUK PUPUK STRUVITE

    Get PDF
    Industri pupuk menghasilkan limbah cair yang mengandung kadar amonium (NH4+) yang tinggi sehingga akan sangat berbahaya bila limbah ini dibuang secara langsung ke perairan karena akan langsung merusak ekosistem perairan. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, perlu adanya recoveriy atau pengurangan kadar amonium dalam limbah. Struvite (MgNH4PO4.6H2O) memiliki karakteristik yang slow release, artinya pupuk dapat melepas secara lambat senyawa yang diperlukan tanaman. Limbah garam (bittern) adalah pereaksi yang merupakan sumber Mg2+ pada produksi struvite. Untuk menurunkan biaya produksi sedapat mungkin digunakan limbah sebagai pereaksi untuk menghasilkan produk tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk menurunkan konsentrasi limbah cair industri pupuk urea dengan pembuatan struvite. Pembentukan kristal struvite  dengan variabel tetap yaitu pH 9 dan variabel bebas yaitu perbandingan reaktan Mg:PO4. Hasil penelitian dari perbandingan molar Mg:NH4+:PO4 1:1:1 penurunan NH4+ maksimum adalah 132.5 mg/L. Penurunan konsentrasi  NH4+ meningkat pada molar reaktan Mg2+ yang lebih besar yaitu pada rasio molar Mg:PO4 1,2:1 mencapai penurunan konsentrasi optimum 75 mg/L. Produk struvite yang dihasilkan juga diperoleh pada molar reaktan pada Mg:PO4 1,2:1 yaitu 11.4 gr. Produk pupuk struvite dianalisa menggunakan XRD

    PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI PEMBUATAN BRIKET DENGAN PEREKAT TEPUNG SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

    Get PDF
    Briket merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar yang dihasilkan dari bahan-bahan organik atau biomasa yang kurang termanfaatkan. Diantara jenis limbah biomasa yang memiliki potensi besar seperti ampas tebu, serbuk kayu, kulit jagung, cangkang kelapa sawit dan sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah cangkang kelapa sawit  yang biasanya banyak terbuang diolah menjadi briket yang bernilai ekonomis dengan parameter pengujian meliputi kadar air, kadar abu dan nilai kalor. Pembuatan briket ini berbahan baku dari cangkang kelapa sawit yang dimulai dengan proses pengarangan kemudian dihaluskan dan disaring dengan ukuran variasi yang ditentukan, kemudian dicampur dengan perekat variasi yang ditentukan dan dicetak lalu dikeringkan dengan sinar matahari selama 1 hari, lalu dikeringkan lagi menggunakan oven selama 1 jam. Pada penelitian ini divariasikan ukuran partikel yaitu 20 mesh, 50 mesh, 80 mesh dan 100 mesh untuk meningkatkan nilai kalor. Adapun perekat yang digunakan adalah tepung singkong dengan variasi perekat masing 5%, 10%, 15%, dan 20%. Hasil penelitian menunjukan bahwa briket sudah memenuhi standar mutu SNI 1/6235/2000 briket arang. Hasil terbaik diperoleh pada variasi 15% perekat tepung singkon dan ukuran partikel 100 mesh dan 80 mesh dengan kadar air masing-masing 4,6006% dan 4,5723%, kadar abu masing-masing sebesar 6,1161% dan 6,5593%, lalu nilai kalor 6.231,25 kal/gr, dan 6.119,47 kal/gr. Dengan melihat hasil penelitian ini bahwa cangkang kelapa sawit dari limbah pabrik kelapa sawit dapat dimanfaatkan menjadi salah satu bahan baku alternatif dalam pembuatan briket

    Pembuatan Pupuk Cair Menggunakan Air Kelapa Tua Dan Buah Nanas Busuk Dengan Bioaktifator EM4 Dan TRICO

    Get PDF
    Pupuk merupakan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih zat senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Selain dibutuhkan oleh tanaman pupuk juga bertujuan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologis tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan air kelapa tua yang banyak terdapat di pasar tradisional dan buah nanas busuk yang banyak terdapat pada pedagang buah - buahan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair. Penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, yang belum pernah dilakukan adalah menggunakan bioaktifator trico g dan EM 4 dengan variasi volume bioaktifator Pada penelitian ini yang ingin diketahui adalah unsur hara makro yaitu nitrogen, phosfor, kalium serta kandungan pH dari air kelapa dan buah nanas busuk yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman dengan cara memfermentasikan dengan bantuan bioaktivator effective mikroorganisme (EM-4) dan Tricoderma sp dan Gliocladium sp (TRICO G). Pada penelitian ini yang divariasiakan adalah volume bioaktivator effective mikroorganisme (EM-4) dan Tricoderma sp dan Gliocladium sp (TRICO G)  yaitu 10, 15, 20, 25, dan 30 ml yang dicampur secara silang menggunakan waktu  15 hari. Hasil pengukuran pH volume effective mikroorganisme (Em-4) dan Trico G 30 ml pada hari ke 15 yaitu berkisar antara 6,1. Dari kandungan tersebut menunjukkan pH pupuk organik cair sudah memenuhi SNI 19-7030-2019

    PENGEMBANGAN PROSES PENGERINGAN OPTIMAL PADA PLANT BIOMASSA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN PEMODELAN ASPEN PLUS V.10.10

    Get PDF
    Pertumbuhan industri sawit yang tinggi dalam dua decade terakhir menempatkan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia. Industri sawit selain menghasilkan minyak nabati, juga menghasilkan limbah padat antara lain serat dan cangkang. Sebagian dari limbah padat ini dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar di boiler untuk menghasilkan uap yang dimanfaatkan untuk pemrosesan dan menghasilkan energi listrik. Paper ini melaporkan hasil kajian simulasi pengaruh rasio serat dan cangkang pada berbagai kondisi udara berlebih terhadap emisi gas hasil pembakaran yang dihasilkan. Penelitian ini menjadi penting mengingat pabrik minyak kelapa sawit ditengarai sebagai salah satu penghasil gas rumah kaca (GRK) dan pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2010 bertekad mengurangi emisi GRK. Perangkat lunak ASPEN Plus (Versi 10.10) digunakan untuk memvariasikan rasio serat : cangkang berkisar 80:20, 75:25 dan 67:33 dengan udara berlebih 90, %, 120% dan 150% di atas kebutuhan stoikiometri. Bahan bakar dialirkan dengan laju tunak ke dalam proses sebesar 1500 kg/jam. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kualitas emisi terbaik dihasilkan ketika rasio serat dan cangkang 80:20 dengan udara berlebih sebesar 90%. Pada kondisi seperti ini, gas CO2 yang dihasilkan sebesar 1337 kg/jam, CO 2010 kg/jam, dan NO yang dihasilkan sebesar 0,032 kg/jam . Hasil ini menunjukkan bahwa kehadiran serat di dalam bahan bakar memberikan kontribusi negatif terhadap emisi. Kajian lebih mendalam masih diperlukan untuk meminimalisir limbah padat serat ini untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar
    corecore