802 research outputs found
EVALUASI KETAHANAN PANGAN DALAM MENGATASI KRISIS PANGAN DI KABUPATEN ACEH UTARA
Berkurangnya luas sawah karena tingginya laju konversi lahan merupakan faktor utama yang dapat mengurangi produksi padi yang dapat mengancam ketahanan pangan di Kabupaten Aceh Utara. Konversi lahan sawah boleh dikatakan bersifat multidimensi. Oleh karena itu, upaya pengendaliannya tidak mungkin hanya dilakukan melalui satu pendekatan saja. Mengingat nilai keberadaan lahan sawah bersifat multifungsi, maka keputusan untuk melakukan pengendaliannya harus memperhitungkan berbagai aspek yang melekat pada eksistensi lahan itu sendiri. Hal tersebut mengingat lahan yang ada mempunyai nilai yang berbeda, baik ditinjau dari segi jasa yang dihasilkan maupun beragam fungsi yang melekat didalamnya. Sehubungan dengan isu tersebut, direkomendasikan tiga pendekatan secara bersamaan dalam kasus pengendalian konversi lahan sawah untuk mewujudkan ketahanan pangan, yaitu melalui kebijakan penetapan lahan sawah abadi, peningkatan produktivitas padi dan pemberian intensif kepada petani pad
ITTISHĂL AL-WUJĂD Telaah Hermeneutis atas Ajaran Mistik Al-FârâbĂŽ
Abstract: Al-FârâbĂŽ had mystical doctrines which are different from those of other philosophers, such as Shuhrawardi, al-H{allâj, al-Bust}ami, as well as Ibn 'ArabĂŽ. Al-FârâbĂŽâs mystical doctrines indeed are unique but very few researchers who had seriously studied them. In that context, this paper seeks to discuss mystical doctrines of Al-FârâbĂŽ. Discussion is directed to the basic assumptions, their structures, and their relevances for contemporary religious life. This study found that the basic assumptions underlying mystical Al-FârâbĂŽ are the view of wujĂťd and man's relationship with God. According to Al-FârâbĂŽ an attempt to obtain happiness is by tapping soul of nâmiyah (plant life) and soul of h}assiyah (animal spirit) in order to achieve  soul of nât}iqah (soul of thinking). Through soul of nât}iqah, someone will be able to reach a gifted reason ('aql al-mustafâd). With the attainment of the gifted reason, someone will be in touch with 'Aql Fa'âl (Tenth Intellect), as a reason in wujĂťd rĂťh}iyah which serves as an intermediary between the nature of rĂťh}iyah with the nature of mâdiyah. Al-FârâbĂŽ is theoretical mystics rather than practical one. Instead of the sufism of subjugation, the sufism of Al-FârâbĂŽ is of awareness and of theoretical one.  Al-FârâbĂŽ memiliki ajaran mistik yang berbeda dengan filosof lain, seperti Shuhrawardi, al-H{allâj, al-Bust}ami, dan juga Ibnu 'ArabĂŽ. Ajaran mistik Al-FârâbĂŽ sesungguhnya unik namun sangat sedikit para peneliti yang mengkajinya secara serius. Dalam konteks itulah, tulisan ini berupaya membahas ajaran mistik Al-FârâbĂŽ. Pembahasan diarahkan kepada asumsi dasar, konstruksi ajaran, dan implikasi ajaran mistik Al-FârâbĂŽ, serta relevansinya bagi kehidupan keberagamaan kontemporer. Kajian ini menemukan bahwa asumsi dasar yang melandasi ajaran mistik Al-FârâbĂŽ adalah pandangannya tentang wujĂťd dan hubungan manusia dengan Tuhan. Menurut Al-FârâbĂŽ, usaha untuk memperoleh kebahagiaan dilakukan dengan cara menekan jiwa nâmiyah (jiwa tumbuh-tumbuhan) dan jiwa h}assiyah (jiwa binatang) agar dicapai jiwa nât}iqah (jiwa berpikir). Melalui jiwa nât}iqah, seseorang akan bisa mencapai akal terlimpah (âaql al-mustafâd). Dengan pencapaian akal terlimpah, seseorang akan bisa berhubungan dengan âAql Faââl (Akal Kesepuluh), sebagai akal dalam wujĂťd rĂťh}iyah yang bertugas sebagai perantara antara alam rĂťh}iyah dengan alam mâdiyah. Ajaran mistik Al-FârâbĂŽ adalah ajaran mistik penalaran bukan sekedar tindakan praktis. Tasawuf Al-FârâbĂŽ adalah tasawuf kesadaran bukan penundukan dan bercorak teoritis. Keywords: mistik Islam, filsafat Islam, Alfârâbi, tasawuf
KONFLIK LAHAN DI HUTAN GAMBUT RAWA TRIPA PROVINSI ACEH
Provinsi Aceh termasuk daerah yang sangat rawan akan terjadi konflik, terutama konflik lahan yang melibatkan perusahaan dan masyarakat. Penyebab utama maraknya konflik ini berkaitan dengan formulasi kebijakan mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) terutama perkebunan kelapa sawit. Hutan gambut Rawa Tripa sebagian besar lahannya merupakan Kawasan Ekosistem Leuser yang merupakan kawasan strategis nasional, namun pada saat ini telah dirambah untuk pembukaan perkebunan sawit oleh perusahaan-perusahaan besar. Konflik lahan antara masyarakat dengan pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit di Hutan Gambut Rawa Tripa merupakan kondisi yang sengaja diciptakan. Sebelum diterapkan kebijakan Otonomi Daerah, para aktor birokrat pusat (lokal) dan partai politik berkolaborasi dengan pemilik modal dalam mengeksploitasi sumber daya perkebunan kelapa sawit. Caranya adalah dengan menerapkan berbagai kebijakan pembangunan yang menguntungkan pihak pemilik modal besar, birokrat dan para politisi dalam memperebutkan lahan dan akses ke pembuat keputusan perizinan. Sementara itu, para tokoh lokal tidak bisa berbuat banyak. Disini memberikan suatu gambaran kepada kita tentang lemahnya peran pemerintah dalam menyelesaikan konflik lahan. Peran aktif pemerintah sangat diperlukan dalam mengawal berbagai masalah yang berkaitan dengan tanah agar tidak terjadi perselisihan karena ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas kebijakan yang dibuat
Islamic Policy of the Dutch East Indies Colonial Government in Madura in the First Quarter of the 20th Century
At first the Dutch East Indies government policy towards Islam was wrong, because Islam in the Dutch East Indies was considered a strict religion like the hierarchical priesthood and the pope in Christianity where there was a high relationship of loyalty to the Turkish caliph, so that Islam was considered a formidable enemy. Starting with the implementation of a massive policy by the Dutch East Indies government to suppress Muslims, for example, one of them was in terms of limiting and heavier the regulations for the implementation of the pilgrimage, but in reality, regardless of the obstacles, the frequency of going on hajj was still high. Awareness of the mistakes in political policy towards Islam, the figure of Cristian Snouck Hurgronje, one of the supporters of ethical currents in the Netherlands, appeared, submitting a letter to the minister of the colonies on June 2, 1889 to participate in solving problems in the Dutch East Indies. In this case Snouk Hurgronje was the main advisor and was assisted by advisers consisting of one for Arab affairs and two experts in regional languages ââin the Dutch East Indies. Based on Snouck Hurgronje's advice, the Dutch colonial government distinguished between Islam in the meaning of worship and Islam as a social, social and political force. This policy towards Islam is divided into three categories, namely the socio-religious field, the socio-cultural sector, and the socio-political sector
PENGELOLAAN LAHAN KRITIS HUTAN LINDUNG BUKIT BATABUH BERKELANJUTAN
Hutan Lindung Bukit Batabuh merupakan salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terletak di Provinsi Riau. Saat ini telah mengalami tekanan terhadap kawasan hutan dan sumberdaya hutannya yang mengancam keutuhan kawasan hutan akibat bertambahnya luas lahan yang termasuk kategori kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luasan lahan kritis dan faktor-faktor dominan yang mendorong laju kerusakan Hutan Lindung Bukit Batabuh. Parameter yang digunakan dalam penilaian tingkat kekritisan lahan sesuai dengan Peraturan Dirjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial No: P.4/V-SET/2013. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kekritisan lahan lahan agak kritis mendominasi untuk tingkat kekritisan secara keseluruhan, yakni seluas +17.511,66 ha (39,04%). Faktor dominan yang mendorong laju kerusakan Hutan Lindung Bukit Batabuh adalah tekanan penduduk dalam bentuk konversi Hutan Lindung dan pemanfaatan lahan Hutan Lindung untuk menyangga sumber mata pencaharian penduduk, pengembangan wilayah pemukiman penduduk, serta penguasaan/pemilikan lahan sebagai aset produksi keluarga
Paradigma Pendidikan Desain di Indonesia
The design activity in Indonesia has done for years ago, equal with development ofthis nation. Even traditional design education was educated before prehistory periods, then through to palaces periods in this Archipelago by personal activity in the villages or in workshop that palaces need. The institution of modem design education begin at Dutch Government, because based on "ethical politics" to support the society to get their development. After Indonesia got their freedom, especially institution oftop design education has to be growth and are path in all college that have fine arts subject. Especially for ITB that considered as pioneer to yield modem design product because have succeed to transform Bauhaus Curricuhim as center ofworld modem design institution. Because Indonesia became a industrial country, the consequently is some ofmaterials to fulfil ~esign is increase, and its spreader to all ofmy region with the product and can be makes vacancy. Based on the symptom was found paradigm ofdesign education, and stay up anticipation ofdesign and to path product ofIndonesia design in International society
The Maslahat Epistemology in Cigarette Law: Study on The Fatwa Law on Cigarettes
Shaykh Ihsan Jampes gave the fatwa of the cigarette law as makrĹŤh, while Majelis Tarjih gave the fatwa ḼarÄm. Although Sheikh Ihsanâs fatwa is individual, this fatwa deserves to be a comparison for the collective fatwa of the Majelis Tarjih. This is because Sheikh Ihsanâs fatwa is a complete picture of the NU fatwa in general. This paper is based on two essential questions: the two fatwas use the arguments in formulating the cigarette law and whether there are conceptual differences from these arguments. To answer these two questions, the method used is descriptive-critical-analysis with a critical hermeneutic approach. This article finds that both fatwa of Sheikh Ihsan Jampes and Majelis Tarjih have the same argument in deciding the cigarette law, namely the argument of utility or usefulness (maĹlaḼat). However, the two fatwas are various in formulating the maĹlaḼat model used. Shaykh Ihsan used maĹlaḼat taḼsÄŤniyyÄh while Majelis Tarjih put it in the shade of maĹlaḼah darĹŤriyyah. This article implies, not only from the various variants of the different choices of cigarette law but also providing insight into the epistemology that underlies these differences in law. This article educates smokers to choose between continuing or leaving smoking. Epistemology, as is well known, is open the door to one's actions. This article also provides a perspective for policy-makers between legalizing or banning cigarettes based on the theory of maĹlaḼat.Syeikh Ihsan Jampes memberi fatwa hukum rokok sebagai makrĹŤh, sementara Majelis Tarjih memberi fatwa ḼarÄm. Walau fatwa Syeikh Ihsan bersifat individual, fatwa ini layak menjadi pembanding bagi fatwa Majelis Tarjih yang kolektif. Hal ini disebabkan karena fatwa Syeikh Ihsan adalah gambaran lengkap bagi fatwa NU pada umumnya. Tulisan ini dilandasi oleh dua pertanyaan penting yaitu argumentasi apakah yang digunakan oleh kedua fatwa tersebut dalam merumuskan hukum rokok serta apakah ada perbedaan konseptual dari argumentasi tersebut. Untuk menjawab dua pertanyaan tersebut, metode yang digunakan adalah diskriptif-analisis-kritis dengan pendekatan hermeneutika kritis. Artikel ini menemukan jawaban bahwa fatwa Syeikh Ihsan Jampes dan fatwa Majelis Tarjih memiliki argumen yang sama dalam memberi hukum rokok yaitu argumentasi utilitas atau kebermanfaatan (maĹlaḼat). Hanya saja, kedua fatwa tersebut berbeda dalam merumuskan model maĹlaḼat yang digunakan. Syeikh Ihsan menggunakan maĹlaḼah taḼsÄŤniyyÄh sementara Majelis Tarjih meletakkannya dalam naungan maĹlaḼah darĹŤriyyah. Artikel ini memberi implikasi, tidak saja dari berbagai varian pilihan hukum rokok yang berbeda, tetapi juga memberi pengetahuan tentang epistemologi yang melatari perbedaan hukum tersebut. Artikel ini mencerdaskan para perokok untuk mengambil pilihan antara melanjutkan merokok atau meninggalkannya. Epistemologi, seperti diketahui, adalah pintu pembuka bagi tindakan seseorang. Artikel ini juga memberi perspektif bagi pengambil kebijakan antara melegalkan rokok atau melarangnya yang didasarkan kepada teori maĹlaḼat
Studi Pengembangan Pengarah Angin sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Turbin Angin Dua Tingkat Darrieus Type H
Semakin pesatnya perkembangan suatu teknologi dan ilmu pengetahuan menjadikan manusia berlomba untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi yang telah ada. Salah satu pengembangan yang dilakukan di dunia saat ini adalah pengembangan energi fosil. Pengembangan ini dilakukan untuk mengurangi pemanfaatan energi fosil di alam. Energi fosil adalah energi yang berasal dari alam seperti fosil-fosil yang menghasilkan gas, batu bara, minyak bumi, matahari, air dan angin merupakan energi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sifatnya yang dapat menggerakkan berbagai hal di dunia (Novelaayu, 2014). Indonesia merupakan salah satu Negara dengan potensi energi terbarukan yang melimpah. Sayangnya sumber-sumber energi terbarukan tersebut masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu pemanfaatan energi angin adalah menggunakan alat turbin angin. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental (experimental research). Penelitian ini meliputi penambahan pengarah angin dengan beban yang berbeda namun dengan kecepatan yang sama pada model turbin angin dua tingkat darrieus type H yang terdiri dari 3 variasi pengarah angin, yaitu dengan menggunakan 1 sekat, 2 sekat dan tanpa sekat (tanpa deflektor). Pengambilan data dilakukan dengan mengukur daya dan efisiensi turbin angin untuk setiap variasi pengarah angin pada kecepatan angin yang sama dan beban turbin yang sama. Hasil penelitian studi pengembangan pengarah angin pada turbin angin darrieus tipe H menunjukan daya maksimal yang diperoleh pada kecepatan 6 m/s dengan beban 5400 gram adalah sebesar 2,10 watt dan efisiensi maksimal turbin angin sebesar 19,20 % dengan menggunakan pengarah angin 2 sekat
RESPONSE OF VEGETATIVE GROWTH OF PULLE PLANTS (Rauvolfia serpentina Benth.) TO THE ORGANIC NUTRITION TREATMENT AND WATER AIR
This research aims to study how far the effect of water stress and organic nutrition types on the pule pandakâs growth. This research was conducted in BPP Mondromino, Village Pokoh Subdistrict Wonogiri, Regency Wonogiri. This research employed Completely Randomized Design consisting of two treatment factors. The first factors : water stress, consists of 3 levels (100% field capacity, 60% field capacity and 30% field capacity). The second factors : organic nutrition (20 ton/ha dose), consists of 4 types (without nutrition, cow nutrition, goat nutrition and compost nutrition). Interaction of water stress and organic nutrition treatments affects high significantly the number of leaves per plant, plant height, and root length, but affects non significantly the leave width and leave weight. The result of observation on 5th month after plant shows that the water stress treatment affects high significantly the number of leaves per plant, leave width, leave weight, plant height, and root length. The result of organic nutrition treatment affects high significantly the number of leaves per plant, leave width, leave weight, plant height, and root length. Interaction of water stress and organic nutrition treatments affects high significantly the number of leaves per plant, leave width, plant height, and root length
PKM PEMBUATAN MINUMAN HERBAL UNTUK MITIGASI COVID 19 KEPADA MASYARAKAT GAMPONG SIMPANG WIE, LANGSA TIMUR
ABSTRAKPermasalahan utama yang dihadapi masyarakat Gampong Simpang Wie pada masa wabah Covid 19 seperti saat ini adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang mitigasi wabah Covid 19, mahal dan sulitnya memperoleh multivitamin dan tingkat perekonomian yang rendah. Mencermati permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan edukasi pemanfaatan bahan-bahan herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang jenis-jenis bahan herbal dan manfaatnya serta melakukan pelatihan pembuatan minuman herbal untuk mitigasi Covid 19. Setelah Kegiatan pengabdian ini selesai dilakukan, diharapkan peserta pelatihan mengetahui berbagai jenis bahan herbal serta manfaatnya dan mampu mengolah bahan-bahan tersebut menjadi minuman herbal. Ada lima tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian ini, yaitu: observasi dan pengurusan izin pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada kepala desa, sosialisasi jenis-jenis bahan herbal dan manfaatnya bagi kesehatan, praktek pembuatan minuman herbal, evaluasi terhadap kegiatan pengabdian yang telah dilakukan dan pemberian bantuan bibit tanaman herbal. Dari hasil evaluasi terhadap kegiatan  pengabdian yang telah dilakukan terlihat bahwa pengetahuan peserta pelatihan terhadap jenis, manfaat dan cara pembuatan minumam herbal semakin meningkat. Kata Kunci : Covid 19; herbal; imunitas tubuh; mitigasi; minuman herbal. ABSTRACTThe main problem which was the Simpang Wie Village community during the Covid 19 outbreak as it is today is the lack of public knowledge about the mitigation of the Covid 19 outbreak, expensive and difficult to obtain multivitamins and a low economic level. Observing this problem, it is necessary to educate on the use of herbs ingredients to increase body immunity. This community service activity aims to provide information about the types of herbs ingredients and their benefits and conduct training in making herbs drinks to mitigate Covid 19. After this service activity is completed, it is hoped that the training participants will see various types of herbs ingredients and their benefits and be able to process these ingredients these ingredients become herbs drinks. There are five stages carried out in this service activity, namely: observing and obtaining permits for the implementation of community service activities to the village head, socializing the types of herbs ingredients and their health benefits, the practice of making herbs drinks, evaluating community service activities that have been carried out and providing assistance for herbs plant seeds. From the results of the evaluation of the service activities that have been carried out, there has been an increase in the knowledge of the training participants on the types, benefits and ways of making herbs drinks. Keywords: Covid 19; herbs; body immunity; mitigation; herbs drinks
- âŚ