INDIKATOR KETIMPANGAN DALAM PEMBANGUNAN DAN PENYEBARAN PANDEMI COVID-19: STUDI KASUS KOTA DAN KABUPATEN DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki penyebaran pandemi COVID-19. Salah satu fokusnya adalah pengaruh indikator pembangunan pada skala kewilayahan, terhadap jumlah terkonfirmasi COVID-19 maupun tingkat mortalitas. Studi sebelumnya sejauh ini banyak dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat, dengan hasil yang bervariasi. Sebagai contoh, masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi memiliki jumlah kasus terkonfirmasi yang lebih besar, ataupun sebaliknya.  Sehubungan dengan variasi hasil penelitian sebelumnya dan kurangnya penelitian serupa untuk konteks Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk mengungkapkan kondisi empiris hubungan indikator pembangunan pada konteks Indonesia, dengan jumlah terkonfirmasi COVID-19. Studi kasus yang digunakan adalah kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan statistik deskriptif yang dikombinasikan dengan regresi berganda sebagai teknik analisis. Regresi berganda dilakukan dengan menggunakan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di setiap kota dan kabupaten (y) terhadap dua puluh variabel yang merupakan indikator pembangunan wilayah, yang terkait dengan urbanisasi, struktur demografi, pembangunan dari aspek ekonomi, spasial, dan aspek pembangunan manusia (x). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan pembangunan antar kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Secara umum, kota berada pada tingkat pembangunan yang lebih baik. Selanjutnya, jumlah penduduk usia lanjut dan garis kemiskinan wilayah merupakan dua variabel yang berpengaruh pada jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di kota dan kabupaten dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dan Banten

BOJAR HURIKA MEDIA PEMBELAJARAN RAMAH LINGKUNGAN WUJUD AKOMODASI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

ABSTRAKGuru dihadapkan dengan keberagaman karakteristik di kelas, salah satunya keberagaman kemampuan kesiapan belajar, ada siswa yang mampu cepat memahami suatu materi pembelajaran tanpa mengalami kesulitan, ada siswa yang berada pada tingkat sedang sehingga membutuhkan bantuan dari guru, serta ada pula siswa yang membutuhkan bantuan penuh dalam memahami materi pelajaran. Keberagaman kemampuan tersebut harus disikapi dengan positif melalui upaya memberikan layanan pendidikan yang terbaik dari mulai perencanaan sampai pada penilaian yang bervariasi agar semua siswa mampu mencapai prestasi belajar mereka. Variasi cara belajar dimunculkan dengan salah satunya pengembangan media yang disediakan guru untuk belajar kreatif, praktek secara langsung dan dengan memberikan petunjuk yang bermakna akan membantu siswa memahami apa yang mereka pelajari serta memunculkan keterlibatan dan partisipasi seluruh siswa cermin pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusif. Tujuan dari artikel ini adalah menguraikan pengembangan media yang dirancang guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda serta karakteristik siswa yang beragam. Media ini dinamakan dengan nama Bojar Hurika atau Botol Belajar Huruf Hitung Angka. Media ini dalam pelaksanaannya dapat dikemas dalam bentuk permainan edukatif, sehingga siswa bisa aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran tematik, serta memenuhi kebutuhan belajar kemampuan siswa yang beragam di kelas inklusif. Kata Kunci: bojar hurika, media pembelajaran, ramah lingkungan, akomodasi, temati

ECOCULTURAL CITY – HOW ACTUAL IS THIS CONCEPT IN THE ERA OF DISRUPTION OF PANDEMIC COVID 19?

This research explored the implementation of concept of Surakarta ecocultural city platform in the era of Pandemic Covid-19 in 2 case study areas of Balekambang Park as the Natural and Heritage Park and Jayengan Jewelry Kampung (JKP) as Heritage Creative Industry-based Kampung Tourism. Eco city is basically the concept to create new urban development to be more ecologically, liveable and Sustainable, while the cultural city refers to the city, which focusing on cultural and performance for branding the city.  Ecocultural city is mainly related to connectivity among people, place and culture and this concept is mostly applicated in the tourism world, where to maintain this sustainably, this has to address people, place and its cultural relationship with biophysical aspects. Therefore, in the era of disruption of COVID-19, the ecocultural based of tourist destination areas are highly affected due to the loss of tourists visiting the areas. The research found that the model of People, place, technology and government proposes for increasing adaptability of people to the disruption condition, initiating resilient, creative, healthy and smart places, exhalating technology for added value of tourism product and improving resilience  government to adapt, absorb the change, collaborating multi stakeholder partnership

Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta (Whose Decision? Communal Participation in Sanimas Program Implementation in Kadipiro Village, Surakarta City)

Abstrak: Sanimas adalah program yang diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai respon terhadap masalah sanitasi di permukiman padat perkotaan. Dengan menggunakan pendekatan partisipatif, warga menjadi inisiator utama dalam penyusunan rencana tindak, pembangunan fisik, pengelolaan dan pengembangan sistem sanitasi yang lebih ramah lingkungan. Namun, konsep partisipasi komunitas sering dipahami hanya sebagai kehadiran dalam pertemuan atau sosialisasi, atau hanya kehadiran perwakilan masyarakat dalam proses pelaksanaan program. Padahal, partisipasi komunal harus dipandang sebagai keputusan komunal, baik dari asal-usul inisiatif, sumber daya atau kontrol dalam proses dan pemanfaatan. Artikel ini mencoba mengenali tingkat partisipasi dalam pelaksanaan Sanimas di Kadipiro, Surakarta sebagai partisipasi komunal, tidak semata-mata partisipasi individu dalam sebuah komunitas. Partisipasi komunal menjamin keberlanjutan yang lebih baik dalam pengembangan infrastruktur permukiman karena perubahan perspektif telah diinternalisasi sebagai bagian dari nilai serta norma dalam komunitas.Kata Kunci: Sanimas, partisipasi komunal, pengambilan keputusanAbstract: Sanimas is a program organized by the Department of Public Works as a response to the problem of sanitation in dense urban settlements. Using a participatory approach, people become a major initiator in the preparation of action plans, physical development, management and development of sanitation systems are more environmentally friendly. However, the concept of community participation is often understood as attendance at a meeting or socialization, or just the presence of community representatives in the process of implementing the program. In fact , communal participation should be viewed as a communal decision, both from the origin of the initiative, resources, or control in the process and utilization. This article attempts to identify the level of participation in the implementation of Sanimas in Kadipiro, Surakarta as a communal participation, not merely the individual's participation in a community. Communal participation ensures better sustainability in the infrastructure development of the settlement, in which perspective changes have been internalized as part of the values and norms in the community.Keywords: Sanimas, communal participation, decision makin

SISTEM PERALATAN DAN TEKNOLOGI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA UNTUK ALTERNATIF BAHAN AJAR MEMBACA ARTIKEL BUDAYA DI SMA KELAS XII

Penelitian ini dilatarbelakangi dari penggunaan peralatan dan teknologi pada masarakat umumnya sudah mengalami perubahan yang signifikan. Masyarakat era modéren seperti saat ini, selalu berpikir dan mengharapkan sesuatu dengan instan, yaitu serba cepat dan mudah dalam pemanfaatan produk, serta peralatan dan teknologi yang digunakan. Sehingga, mengakibatkan pergeseran nilai adat dan budaya masyarakat secara luas. Namun, ada sebagian masyarakat yang dinilai sampai saat ini masih kuat mempertahankan nilai adat dan budaya nenek moyang yang diwariskan turun temurun, di antaranya adalah masyarakat Kampung Naga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) masyarakat dan daerah Kampung Naga; (2) sistem peralatan dan teknologi masyarakat Kampung Naga; dan (3) cara masyarakat Kampung Naga mempertahankan peralatan dan teknologi tradisional; serta (4) menyusun alternatif bahan pembelajaran membaca artikel budaya untuk siswa SMA kelas XII tentang Masarakat Kampung Naga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik observasi, studi pustaka, studi dokumenter, wawancara, dan analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) masyarakat Kampung Naga masih kuat mempertahankan nilai-nilai adat dan budaya Sunda dan keasrian alamnya; (2) sistem peralatan dan teknologi secara umum, masih memanfaatkan warisan dan tradisi nenek moyang, namun juga ditemukan beberapa peralatan modéren digunakan sebagai alternatif untuk mendukung kebutuhan pokok serta penggunaanya dengan wajar dan batas-batas tertentu; (3) dalam mempertahankan pemanfaatan peralatan dan teknologi tradisional, dilakukan dengan memberikan pendidikan dan doktrin pewarisan kepada keturunannya secara turun-temurun, dan (4) sistem peralatan dan téknologi masyarakat Kampung Naga dapat disusun sebagai alternatif bahan ajar membaca artikel budaya di SMA. This research based on an issue about the significant transformation of equipment and technology which used by community in general. The current modern community always think and wishes instantly, everything is so quick and easy by using the equipment and technology. Therefore, it causes the widespread transformation of customs and cultural values. However, there is still some community who still maintain the customs and cultural values of their ancestor hereditarily, such as Kampung Naga. Based on that, this research aims to describe: (1) the community of Kampung Naga; (2) the system of equipment and technology in Kampung Naga community; (3) the method of maintaining traditional equipment and technology in Kampung Naga community; and (4) to arrange alternative learning materials of cultural articles reading about Kampung Naga for class XII Senior High School student. The method of this research are descriptive method, by using observation technique, literature study, documentary study, interview, and data analysis. The result of research shows that: (1) the community of Kampung Naga still strongly maintain their customs and Sunda cultural values; (2) the system of equipment an technology in general still using their ancestor tradition and heritage, but some of the modern equipment also found as an alternative way to provide basic needs and it is used properly in a certain term; (3) the traditional equipment and technology is used by giving educational learning and inheritance doctrine to their descendant hereditarily; and (4) the system of equipment and technology in Kampung Naga can be arranged as an alternative learning material for Senior High School cultural articles reading

Changes in The Coverage of Essential Services Along The Rural Provincial Border as a Result of Informal Collaboration (Case: D.I. Yogyakarta Province Rural Provincial Border)

The Sustainable Development Goals prioritize universal essential public services as the second most important development goal after human basic needs in a global perspective. Indonesia implements a public service provision standard with a territorial approach and a set of minimum population requirement that lead to urban bias, resulting in border areas failing to meet the requirements for the provision of public services. Daerah Istimewa Yogyakarta Province is one of Indonesia's provinces with more than 70% of its border areas being rural, and more than 40% of border villages having limited essential public services. Because of the territorial delivery system for essential public services, formal cross-border services require a significant number of resources. Using quantitative approach by indexing essential public services availability, this paper examines changes of essential public services coverage when cross-border services are provided informally. The case of Pustu Panggang informal cross border service delivery provides lessons on how informal collaboration works. Although it involves misdeeds and omissions, the application of informal collaboration in cross-border services increases essential public service coverage by 57 percent in Daerah Istimewa Yogyakarta Province's rural border areas. As a result, informal collaboration should be viewed as a low-cost coping strategy in Indonesia's efforts to provide universal public service coverage

Understanding the Acceptance of Local Public Officers on Computer-based Urban Spatial Information System

Information technology is developed to assist people in minimizing processing time, reducing errors, increasing the accuracy and simplifying the overall process. The process of recording, retrieving and displaying data and information can thus be easily and accurately undertaken. Information technology in its initial development, however, tends to be too costly and complicated to make a real particularly for people in developing countries. Fortunately, universities as the centers of innovation, can be a game changer for the adoption of the innovative processes, for the benefits of the community at large. In all Indonesian universities, this role is associated with a, so called Tri Dharma Perguruan Tinggi (Three Devotions of Higher Education, TDHE). This paper examines the acceptance of the collaborating officials and the obstacles i.e. internal and environmental factors. We proposed the use of GIS-based technology to coordinate the administrative units of local government at all levels, particularly the Kelurahan as the lowest hierarchy of the administrative unit in local government system. The Kelurahan will then be the spearhead in a local government system in Indonesia in promoting administrative services to all Citizens. We undertook an integrated training and tutorial for select official staff of the Kelurahan on the system. Evaluation of shows that the information system can be used to simplify the collaborators’ activities. The evaluation was done through in-depth interview to the collaborating officials. The collaborators interested in learning more about the system as an innovative way in providing service to the community as well as spatial data input to support urban planning and management