14 research outputs found

    APLIKASI PENGOLAHAN DATA PENDAFTARAN REKAM MEDIS PASIEN MENGGUNAKAN NETBEANS IDE 8.2 PADA UPT PUSKESMAS RAWAT INAP SUKADAMAI NATAR LAMPUNG SELATAN

    Get PDF
    Sistem perhitungan data rekapitulasi pasien di UPT Puskesmas Rawat Inap Sukadamai terutamabagian pendaftaran kunjungan pasien saat ini masih menggunakan media tertulis, dan diarsipkansecara manual, sehingga sering kesulitan dalam pencarian data pasien rawat jalan. Tujuanpenelitian adalah membuat sebuah aplikasi yang mampu mengolah data pendaftaran rekam medispasien pada UPT Puskesmas Rawat Inap Sukadamai Natar Lampung Selatan. Teknik pengumpulandata berupa observasi. interview, dan dokumentasi. Sedangakan metode perancangan aplikasimenggunakan SDLC (SysteM Develpoment Life Cycle) dan alat pengembangan sistemmenggunakan bagan alir dokumen, Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram. Bahasapemrograman yang digunakan adalah java, Sofware pembuatan aplikasi ini menggunakan NetbeansIDE 8.2 databasenya adalah Mysql dan laporan cetak data menggunakan Ireport. Aplikasipengolahan data pendaftaran rekam medis pasien yang dirancang dapat direalisiasikan dengan baiksehingga dapat mempermudah proses pengolahan data pendaftaran pasien dan pengolahan datapasien rawat jalan, mempermudah dalam proses pencarian data pasien rawat serta mempermudahdan mempercepat dalam proses pembuatan laporan bulanan pendaftaran kunjungan pasien padaUPT Puskesmas Rawat Inap Sukadama

    Produksi Film Pendek "Sebatang Kertas Sigaret"

    Get PDF
    Tindakan menirukan suatu tindakan adalah hal yang sering kita gunakan di kehidupan kita sehari - hari, mulai dari hal yang baik bahkan hal buruk dapat kita contoh tanpa kita sadari. tindakan mencontoh hal buruk perlu diperhatikan untuk mengatasi perubahan sifat. Tapi sayangnya, tindakan mencontoh perilaku seseorang sulit untuk diperhatikan remaja dimana mereka masih memiliki rasa penasaran, salah satu hal yang seharusnya tidak dicontoh oleh remaja adalah merokok. Salah satu faktor remaja merokok adalah karena ajakan berupa iklan, lingkungan pertemanan, bahkan hanya dengan melihat anggota keluarga yang menimbulkan rasa penasaran remaja menjadi terpacu untuk mencoba sesuatu hal yang baru. Dampak dari merokok adalah hal yang berbahaya bagi remaja, karena dapat merusak dan merubah pola pikir remaja dan bahkan menimbulkan kematian. Undang-undang di negara ini sudah menetapkan bahwa merokok dibawah usia sangat dilarang, bahkan dilarang keras untuk memperjualbelikan rokok kepada remaja. Maka dari itu, film pendek “Sebatang Kertas Sigaret” memiliki tujuan memberikan edukasi kepada remaja tentang bahaya merokok dan lebih bijak dalam meniru tindakan seseorang.The act of imitating an action is something that we often use in our daily lives, ranging from good things to even bad things we can sample without realizing it. the act of imitating bad things needs to be considered to overcome changes in character. But unfortunately, the act of imitating someone's behavior is difficult for teenagers to pay attention to where they still have curiosity, one thing that teenagers should not emulate is smoking. One of the factors that teenagers smoke is because of invitations in the form of advertisements, friendship circles, even just by looking at family members which causes the curiosity of teenagers to be motivated to try something new. The impact of smoking is a dangerous thing for teenagers, because it can damage and change the mindset of teenagers and even cause death. The law in this country has stipulated that underage smoking is strictly prohibited, it is even strictly forbidden to trade cigarettes to teenagers. Therefore, the short film “Sebatang Kertas Cigaret” has the goal of educating teenagers about the dangers of smoking and being wiser in imitating someone's actions

    KARAKTERISTIK KELIMPAHAN MAKRO GASTROPODA DI PADANG LAMUN PULAU KEDINDINGAN KOTA BONTANG KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2021 – Januari 2022. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kelimpahan makrozoobentos gastropoda di padang lamun P. Kedindingan Kota Bontang Kalimantan Timur. Pengambilan sampel gastropoda dilakukan secara purposive sampling pada 4 stasiun pengamatan kemudian identifikasi gastropoda dilakukan di Laboratorium Kualitas Air FPIK Unmul. Hasil penelitian ditemukan 29 spesies yang terdiri dari 16 famili yaitu, Cerithiidae, Collumbellidae, Conidaei, Costellariidae, Cypraeidae, Hydrobiidae, Littorinidae, Nassariidae, Naticidae, Planaxidae, Strombidae, Stromboidae, Strombidae, Tegulidae, Turbinidae, dan Trochidae. Komposisi persentase gastropoda yang mendominasi terdapat 3 famili yaitu dari famili Cerithiidae, Collumbellidae, dan Cypraeidae dengan masing-masing kelimpahan relatif 13,8% sedangkan spesies dengan kelimpahan relatif yang ditemukan dari famili Collumbellidae dengan spesies Pyrene scripta dengan kepadatan relatif sebesar 43,6%. Nilai indeks keanekaragaman (H’) menunjukan kriteria sedang, Nilai indeks keseragaman (E) menunjukan kriteria sedang, dan Nilai indek dominasi (C) menunjukan tidak terdapat spesies yang mendominasi. Berdasarkan hasil Correspondence Analysis (CA) untuk sebaran gastropoda Cerithinium literatum, Pyrene scripta, Conus  tesolatus dan Tectus pyramis berasosiasi erat dengan karakteristik Stasiun Utara dan Stasiun Timur, Conus scabriusculus dan Littorina carinivera berasosiasi erat dengan karakteristik Stasiun Selatan, Euplica fesfita, Pyrene flava, Vexillium caffrum, Cypraea lynx, Hydrobia acuta, Lentigo lentiginosus, Astralium calcar, Turbo pentholatus, dan Turbo ticaonicus berasosiasi erat dengan karakteristik Stasiun Barat. Hubungan antara keanekaragaman makro gastropoda dengan kerapatan lamun adalah berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi jumlah gastropoda maka semakin rendah pula kerapatan lamun begitu pun sebaliknya, semakin tinggi persentase kerapatan lamun maka keanekaragaman makro gastropoda semakin rendah

    Kesesuaian dimensi kursi terhadap data antropometri anak sekolah dasar di Jakarta Utara

    Get PDF
    BACKGROUND In Indonesia, primary school begins at 6 years old and continues until 12, where most of their growth is experienced at that age. Non-ergonomic school furniture can harm the musculoskeletal system. This study evaluates the suitability of chair dimensions to elementary school student’s anthropometry in North Jakarta. METHODSA cross-sectional study of 98 students in North Jakarta. Chair dimension data and student anthropometry were measured using a tape measure, which was then analyzed using the Chi-Square Goodness of Fit Test to evaluate their suitability. RESULTSThe ages of the students ranged from 5 to 11 years. Anthropometric measurements of students show that the mean Sitting Shoulder Height is 41.81±4.36 cm, Popliteal Height 36.83±3.77 cm, Hip Breadth 25.88±3.47 cm, and Buttock-Popliteal Length 36.56±4.33 cm. While the average size assessed from the seat dimensions is Seat Height 41.71±0.22 cm, Seat Width 37.2±1.26 cm, Seat Depth 37.2±1.42 cm, and Backrest Height Above Seat 35.54±3.19 cm. The results of Goodness of Fit with Kendall's Tau-b critical value for the suitability of chair dimensions to student anthropometry were 0.37, and vice versa 0.672, which stated a discrepancy. CONCLUSIONThere is a mismatch between chair dimension and anthropometry of elementary school students in North Jakarta. Adjustment of chair dimensions needs to be done using a student's average size approach to prevent musculoskeletal disorders.LATAR BELAKANG Di Indonesia, sekolah dasar (SD) dimulai saat anak-anak berusia 6 tahun hingga 12 tahun di mana sebagian besar pertumbuhan mereka dialami pada usia tersebut. Perabot belajar yang tidak ergonomis dapat menimbulkan efek buruk pada tulang belakang siswa SD. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian dimensi kursi terhadap antropometri siswa sekolah dasar di Jakarta Utara. METODEPenelitian potong lintang pada 98 siswa di Jakarta Utara. Data dimensi kursi dan antropometri siswa diukur dengan menggunakan pita meteran yang kemudian dianalisis dengan Uji Chi-square Goodness of Fit untuk mengevaluasi kesesuaiannya. HASILUsia siswa memiliki rentang usia 5 hingga 11 tahun. Ukuran antropometri siswa menunjukkan bahwa rerata Sitting Shoulder Height adalah 41.81±4.36 cm, Popliteal Height 36.83±3.77 cm, Hip Breadth 25.88±3.47 cm, dan Buttock-Popliteal Length 36.56±4.33 cm. Sedangkan rerata ukuran yang dinilai dari dimensi kursi adalah Seat Height 41.71±0.22 cm, Seat Width 37.2±1.26 cm, Seat Depth 37.2±1.42 cm, dan Backrest Height Above Seat 35,54±3.19 cm. Hasil Goodness of Fit dengan nilai kritis Kendall’s Tau-b untuk kesesuaian dimensi kursi terhadap antropometri siswa adalah 0.37, dan sebaliknya 0.672 yang menyatakan ketidaksesuaian. KESIMPULANTerdapat ketidaksesuaian antara dimensi kursi dan antropometri siswa sekolah dasar di Jakarta Utara. Penyesuaian dimensi kursi perlu dilakukan dengan pendekatan rerata ukuran antropometri untuk mencegah gangguan muskuloskeletal

    HUBUNGAN STRES, CEMAS, DAN DEPRESI DENGAN KEJADIAN MIGRAIN PADA MAHASISWA KEDOKTERAN DI JAKARTA

    Get PDF
    Introduction: Mental disorders such as stress, anxiety, and depression are becoming a global concern for young adults, especially among medical students. The tight schedule of medical education curriculum has shown to contribute to a high prevalence of mental disorders among students, which may increase the risk of physical symptoms such as migraines. Methods: Carried out at School of Medicine and Health Sciences Atma Jaya Catholic University of Indonesia - Jakarta, this cross-sectional study used a proportional sampling method. Depression, anxiety, and stress were measured by using DASS 42 scale and the incidence of migraine was measured by Migraine Screen Questionnaire (MS-Q). Data were statistically analyzed by using Chi-Square test with 95% significance level. Results: A total of 196 students had participated, consisting of 98 male and 98 female students, aged 18-21 years old, and they experienced stress (41.3%), anxiety (57.1%), and depression (26.5%). Migraine was found in (28.1%) of respondents with higher incidence among female students (61.8%). Stress, anxiety, and depression had a significant relationship with the incidence of migraines (p <0.01). Conclusion: Depression, anxiety, and stress are common among medical student in Atma Jaya Catholic University of Indonesia, and were significantly associated with the incidence of migraines. Further research is needed to describe other factors that can trigger migraines such as hormonal, physical, and dietary factors.Pendahuluan: Gangguan mental emosional seperti stres, cemas, dan depresi saat ini menjadi perhatian global bagi kaum dewasa muda, khususnya pada mahasiswa kedokteran. Kurikulum pendidikan dokter dapat berkontribusi terhadap tingginya prevalensi gangguan mental emosional di kalangan mahasiswa kedokteran yang dapat meningkatkan risiko timbulnya migrain. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (FKIK UAJ) Jakarta dengan menggunakan metode proportional sampling. Stres, cemas, dan depresi dinilai menggunakan kuesioner DASS 42 sedangkan migrain dinilai menggunakan Migraine Screen Questionaire (MS-Q). Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil: Sebanyak 196 mahasiswa yang terdiri dari 98 laki-laki dan 98 perempuan dengan rentang usia 18-21 tahun mengalami stres (41,3%), cemas (57,1%), dan depresi (26,5%). Migrain ditemukan sebanyak (28,1%), responden, di antaranya lebih tinggi pada perempuan (61,8%). Stres, cemas, dan depresi memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian migrain (p<0,01). Simpulan: Stres, cemas, dan depresi ditemukan pada mahasiswa kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, dan secara signifikan berhubungan dengan kejadian migrain. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggambarkan faktor-faktor lain yang dapat memicu migrain seperti faktor hormonal, fisik, dan diet

    KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT GLASS EEL (BENIH SIDAT) UNTUK MENUNJANG INDUSTRI PEMBESARAN SIDAT DI PALABUHANRATU

    Get PDF
    The utilization of glass eel (eel seeds) in the Cimandiri River Palabuhanratu has a very important role to support the supply chain for the eel culture industry. The purpose of this study was to estimate the amount of glass eel catch, describe the glass eel eel supply chain system, and measure the performance of the supply chain in eel culture. The research method uses quantitative methods through direct observation and interviews, as well as case studies of supply chain actors. The results showed that the highest catch of glass eel in 2019 was in June at an average of 14,859 grams (14.9 kg). The highest catch of glass eel occurred in the dry season (June - August), with a total catch of 21,884 grams (21.8 kg). The glass eel supply chain mechanism consists of supply chain flow pattern on the product flow, a good and transparent flow of information on each link, and the distribution of two payment systems, namely cash and credit payments. The supply chain performance in the eel culture industry obtained a performance value of 82.63 which indicates that the achievement of the company's supply chain performance is in the good category, and improvements need to be made especially on the deliver process performance indicators with a value of 2.70. Keywords: : glass eel, supply chain, eel, Cimandiri Rive

    KESESUAIAN ERGONOMI MEJA BELAJAR DENGAN DATA ANTROPOMETRI SISWA DI SEKOLAH DASAR JAKARTA UTARA

    Get PDF
    Analisis kesesuaian ergonomi meja belajar dengan antropometri anak belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah dasar di Indonesia, padahal meja belajar yang ergonomis penting untuk kesehatan tulang belakang dalam masa pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian ergonomi meja belajar dengan data antropometri anak sekolah dasar di Jakarta Utara.Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dan melibatkan 98 siswa dari kelas 1 sampai 6 SD di sebuah sekolah dasar di Jakarta Utara. Alat ukur yang digunakan adalah pita meteran. Terdapat 100% ketidaksesuaian antara ergonomi meja belajar dengan data antropometri anak sekolah dasar yang dianalisis melalui persentil data antropometri. Panjang meja memiliki rerata presentase ketidaksesuaian terbesar (61.1%) dan presentase ketidaksesuaian panjang meja yang tertinggi terdapat pada kelas 1 (87.3%). Terdapat ketidaksesuaian antara ergonomi meja terhadap antropometri anak sekolah dasar di Jakarta Utara Kata Kunci: ergonomi, antropometri, anak, sekolah dasar  &nbsp

    KORELASI KEKUATAN GENGGAMAN TANGAN DENGAN KARAKTER ANTROPOMETRI LENGAN BAWAH DAN TANGAN SERTA INDEKS MASSA TUBUH

    Get PDF
    Introduction: An individual’s overall muscle strength is commonly assessed by a power grip measurement, a reliable indicator of functional capacity and physical condition. The development of muscle parallels the changes of body composition during growth. Aim of this study is to examine the correlationship between hand grip strength and anthropometric. Methods: This cross-sectional study involved 76 male students of Dhammasavana School, aged between 12 – 16 years old, North Jakarta. Hand grip strength was examined using a digital dynamometer on the dominant side. Statistical analysis was computed using SPSS ver. 15.0 program with Spearman correlations test. Significance was set at p<0.05. Results: Dominant hand grip strength was found to have significant (p<0.05 - 0.001) positive correlation with height (r=0.612), lower arm muscle-and-bone cross-sectional circumference and area (CSA) (r=0.553 and r=0.553 respectively), hand length (r=0.548), forearm length (r=0.540), age (r=0.520), weight (r=0.416), and forearm girth (r=0.376). Conclusion: No significant correlation between grip strength and body mass index was found. Positive correlations between the variables mentioned above conclude that the higher the value of the anthropometric measurements, the greater the strength generated in a power grip.Pendahuluan: Kekuatan otot secara umum dapat dinilai dari kekuatan menggenggam yang merupakan salah satu suatu indikator kebugaran fisik dan kemampuan fungsional. Perkembangan kekuatan otot berjalan bersamaan dengan perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada puncak masa pertumbuhan, maka dicari korelasi antara kekuatan genggaman tangan dengan beberapa nilai-nilai antropometri tubuh.Metode: Penelitian dilakukan secara potong-lintang di Sekolah Dhammasavana, Jakarta Utara pada 76 responden laki-laki yang berusia 12-16 tahun. Pengambilan data pada daerah lengan dan tangan dilakukan pada tangan yang dominan menggunakan dynamometer digital. Pengolahan data menggunakan program SPSS ver. 15.0 dengan uji korelasi Spearman. Signifikansi p<0,05.Hasil: Pada responden laki-laki, kekuatan genggaman tangan pada tangan dominan memiliki korelasi positif yang bermakna (p<0,05-0,001) dengan tinggi badan (r=0,612), lingkar dan luas otot-tulang lengan bawah (keduanya bernilai r=0,553), panjang tangan (r=0,548), panjang lengan bawah (r=0,540), usia (r=0,520), berat badan (r=0,416), dan lingkar lengan bawah (r=0,376).Simpulan: Tidak ditemukan korelasi bermakna antara kekuatan genggaman tangan dengan indeks massa tubuh. Hasil korelasi positif antar variabel menyimpulkan bahwa semakin tinggi karakter antropometri tersebut, semakin tinggi kekuatan genggaman tangan yang dapat dihasilkan

    Cervical Cancer Campaign: Correlation Between HPV Vaccine and Cervical Cancer Knowledge with HPV Vaccination Rate

    Get PDF
    Introduction: Cervical cancer ranks second for the highest cancer cases in Indonesia. The main cause is recurring HPV infection. HPV infection commonly occurs when transmission by skin-to-skin contact or skin to mucosa contact is enough to spread it. One prevention effort is HPV vaccination, but there are still obstacles such as a lack of education and expensive prices. Methods: This study is an analytic cross-sectional study. Data was collected from February through March of 2023 gathering a total of 121 respondents. Questionnaires are used for data collection with 10 questions concerning cervical cancer and 11 questions regarding HPV vaccine knowledge. The Fisher exact probability test was used as bivariate analysis. Results: This study shows that students of the Faculty of Medicine and Health Sciences at Atma Jaya Catholic University of Indonesia have great knowledge regarding cervical cancer, adequate and great knowledge concerning the HPV vaccine with the majority reporting not being vaccinated (69,4%). Bivariate analysis shows no significant correlation between cervical cancer and HPV vaccine knowledge with HPV vaccination rate (p = 0,499 and p = 0,808). Conclusions: There is no significant correlation between cervical cancer and HPV vaccine knowledge with HPV vaccination rate among preclinical students of Faculty of Medicine and Health Sciences at Atma Jaya Catholic University of Indonesia

    Hubungan antara Intensitas Aktivitas Fisik dan Derajat Keparahan Dysmenorrhea Primer Pada Mahasiswi Preklinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

    No full text
    ABSTRACT Background: Primary dysmenorrhea is the most common gynecological problem in women and is often the cause of disturbance in daily activities. The prevalence of primary dysmenorrhea in Indonesia reaches 54,89 % and is most often found during productive age. A lot of factors can affect dysmenorrhea, and one of them is physical activity. Globally, about 84 % of women are said to be physically inactive. Both the high prevalence of primary dysmenorrhea and the high percentage of physically incantive women are the basis for the interest in conducting this study. Objective: To see the correlation between physical activity intensity and primary dysmenorrhea severity. Method: This study is an analytic cross-sectional study approach. The data was collected in August 2020 with a total of 107 respondents ranging from 17 to 22 years old in age. The data was collected by using Baecke questionnaire to assess physical activity intensity and Verbal Multidimensional Scoring System and Visual Analog Scale to determine the degree of primary dysmenorrhea.. Bivariate analysis to see the correlation between physical activity intensity and primary dysmenorrhea severity is done using Kendall’s Tau correlation test. Result: The results of the study show that most of the respondents experience degree 1 primary dysmenorrhea (45,8 %) and have moderate level of physical activity intensity (58,9 %). Bivariate analysis didn’t show any significant relation between physical activity intensity and primary dysmenorrhea severity (p = 0,290) Conclusion: There is no correlation between physical activity intensity and primary dysmenorrhea severity.ABSTRAK Latar belakang: Dysmenorrhea primer merupakan masalah ginekologis yang paling umum pada wanita dan seringkali menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari. Prevalensi dysmenorrhea primer di Indonesia mencapai 54,89 % dan paling banyak ditemukan pada usia produktif. Dysmenorrhea dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah aktivitas fisik. Secara global, 84 % wanita dinyatakan kurang melakukan aktivitas fisik. Tingginya prevalensi dysmenorrhea primer dan persentase wanita yang kurang melakukan aktivitas fisik merupakan dasar ketertarikan dilakukannya penelitian ini. Tujuan: Melihat hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan derajat keparahan dysmenorrhea primer. Metode: Penelitian ini merupakan sebuah studi analitik potong lintang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2020 dengan total 107 responden yang memiliki usia berkisar antara 17 hingga 22 tahun. Pengambilan data penelitian menggunakan Kuesioner Baecke untuk menilai intensitas aktivitas fisik dan Verbal Multidimensional Scoring System dan Visual Analog Scale untuk menentukan derajat dysmenorrhea primer. Analisis bivariat hubungan intensitas aktivitas fisik dengan derajat keparahan dysmenorrhea primer menggunakan uji korelasi Kendall’s Tau.  Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami dysmenorrhea primer derajat 1 (45,8%) dan memiliki tingkat intensitas aktivitas fisik sedang (58,9%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas aktivitas fisik dengan derajat keparahan dysmenorrhea primer (p = 0,290).                                                                                     Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan derajat keparahan dysmenorrhea primer.&nbsp
    corecore