17 research outputs found

    HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS IMT DAN LILA IBU PRAKONSEPSIONAL DI KECAMATAN UJUNG TANAH DAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    Perbaikan gizi pada wanita prakonsepsi merupakan paradigma baru dalam menangani masalah gizi ibu hamil di Indonesia, mengingat keterlambatan ibu hamil adalah kontak pertama dengan pelayanan antenatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan energi dan protein dan hubungannya dengan indeks massa tubuh (BMI) dan lingkar lengan atas (LILA) status perempuan prakonsepsi di kota Makassar.. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan total 64 sampel. Konsumsi energi dan protein diukur dengan recall 24 jam, status gizi ditandai dengan lingkar lengan atas (LILA) dan indeks massa tubuh (BMI). Analisis data dilakukan menggunakan uji Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi rata-rata pada usia 18 tahun adalah (64,4%), usia 19-29 tahun (69,04%), dan pada usia> 30 tahun adalah (81,1% RDA). Ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan IMT (p = 0,004, r = 0,333), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan LILA (p = 0,064, r = 0,192). Asupan protein pada kelompok usia 18 tahun dengan rata-rata 51 g (102% RDA), usia 19-29 tahun di 48,8 g (97,6% RDA), dan kelompok usia> 30 tahun 53,1 g (106,2% RDA). Ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan BMI (p = 0,044, r = 0,215), sementara tidak ada hubungan yang signifikan dengan LILA (p = 0,333), r = 0,055). Konsumsi energi rata-rata di bawah kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA), sementara konsumsi protein memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan LILA, LILA menggambarkan kronis malnutrisi protein-energi, sementara recall tidak bisa mengukurnya. Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa semakin besar konsumsi energi dan status protein juga meningkat BMI ibu dan LILA

    Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bina Keluarga Bebas Stunting Di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor Jawa Barat

    Get PDF
    Permasalahan yang dialami mitra adalah kurang pengetahuan tentang stunting. Kecamatan Tanah Sareal, merupakan salah satu Kecamatan di Jawa Barat yang menjadi prioritas penanganan stunting. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, Kota Bogor merupakan daerah dengan kasus balita pendek dan sangat pendek dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan rata-rata indonesia sebesar 34,07%. Hal ini dapat disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang gizi bagi anak di masyarakat. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan ibu terkait stunting. Kontribusi dan manfaat yang diperoleh oleh mitra adalah penggunaan instrumen yang telah dikembangkan berupa tempelan kulkas, video dan buku saku yang berisi pesan cegah stunting. Selain itu, mitra memperoleh pendampingan selama program berlangsung. Adapun tahapan pelaksanaan program dimulai dari persiapan, pengembangan instrument, cegah stunting, penyuluhan, serta pendampingan program BKBS. Penyuluhan dilakukan pada tanggal 30 September 2021 di kantor Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor dan dihadiri sebanyak 55 peserta. Hasil pre post menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan signifikan (p<0.05). Hal ini diharapkan dapat memotivasi ibu balita untuk merubah sikap terkait tumbuh kembang balita dalam pencegahan stunting.Kata kunci: Edukasi Gizi, Penyuluhan, Stuntin

    Pengaruh Pemberian Susu Tinggi Protein terhadap Tingkat Nafsu Makan dan Kadar Glukosa Postprandial

    Get PDF
    High protein milk is a complex food that contains several potential bioactive compounds that might effecton appetite control. However, the mechanism of high protein milk effect on appetite is still poorly understood inunderweight adults. This study aimed to analyze the effect of high protein milk on appetite level and postprandialglucose. This study used experimental trial with design randomized controlled trial. The subjects were divided intotwo groups, 24 subjects in the treatment group and 23 subjects in the control group. Treatment group was givenhigh protein milk and control group was given glucose. Subjective feelings including hunger, satisfaction, anddesire to eat were evaluated using Visual Analogue Scale (VAS), which is analyzed in the incremental Area Underthe Curve (iAUC). The results showed that there was a significant increase in iAUC value of hunger level in thetreatment group compared with control (p<0.05), 8881±638.4 min.mm treatment group and 7297.8±439.6 min.mm control group. There was no significant difference in the level of satisfaction and desire to eat between the twogroups (p>0.05). Postprandial glucose levels in the treatment group were significantly (p<0.05) lower than thecontrol group. The study concluded that high protein milk intervention was increase hunger levels in underweightadults

    Pengaruh Pemberian Susu Tinggi Protein terhadap Tingkat Nafsu Makan dan Kadar Glukosa Postprandial

    Get PDF
    High protein milk is a complex food that contains several potential bioactive compounds that might effecton appetite control. However, the mechanism of high protein milk effect on appetite is still poorly understood inunderweight adults. This study aimed to analyze the effect of high protein milk on appetite level and postprandialglucose. This study used experimental trial with design randomized controlled trial. The subjects were divided intotwo groups, 24 subjects in the treatment group and 23 subjects in the control group. Treatment group was givenhigh protein milk and control group was given glucose. Subjective feelings including hunger, satisfaction, anddesire to eat were evaluated using Visual Analogue Scale (VAS), which is analyzed in the incremental Area Underthe Curve (iAUC). The results showed that there was a significant increase in iAUC value of hunger level in thetreatment group compared with control (p<0.05), 8881±638.4 min.mm treatment group and 7297.8±439.6 min.mm control group. There was no significant difference in the level of satisfaction and desire to eat between the twogroups (p>0.05). Postprandial glucose levels in the treatment group were significantly (p<0.05) lower than thecontrol group. The study concluded that high protein milk intervention was increase hunger levels in underweightadults

    Akselerasi Gaya Hidup Sehat dan Halal Melalui Kelompok Masyarakat Terintegrasi di Desa Pagelaran

    Get PDF
    Mitra yang terlibat dalam kerjasama pengabdian masyarakat ini adalah mitra dengan kategori kelompok masyarakat non produktif (masyarakat umum) yaitu Pemerintah desa Pagelaran dengan sasaran, meliputi kader posyandu, pondok pesantren dan karang taruna. Pondok pesantren yang akan menjadi bagian dari kegiatan adalah Pondok Pesantren Jam’iyyatul Mubtadi Tsani. Secara historis Pondok Pesantren Jam’iyyatul Mubtadi Tsani Kp. Simpang POM Desa cilangkahan Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak-Banten, telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan untuk skala Kabupaten Lebak, sehingga berpotensi besar untuk dilibatkan sebagai kader dari kegiatan ini. Berdasarkan permasalahan mitra yang ada saat ini, solusi yang ditawarkan untuk pemecahannya adalah dengan pola pemberdayaan kelompok masyarakat terintegrasi yang melibatkan karang taruna, kader posyandu, dan santri/santriwati pondok pesantren untuk mewujudkan desa sehat dan mandiri secara ekonomi. Pendekatan pemberdayaan kelompok masyarakat terintegrasi ini dipilih karena melihat prioritas masalah yang lintas sektoral baik itu pada bidang kesehatan, wirausaha dan akses informasi terhadap kesehatan dan gizi. Solusi yang akan diterapkan adalah pelatihan emo demo, pelatihan pengukuran status gizi serta penyuluhan gizi dan kesehatan, penyuluhan standar produksi pangan yang halal dan thoyyib, serta pembuatan media edukasi berupa video. Kegiatan diselenggarakan selama 8 bulan dengan luaran berupa artikel jurnal, publikasi pada media massa. Program pengabdian masyarakat di Desa Pagelaran ini telah dilaksanakan dengan menjalankan program terkait edukasi, yaitu edukasi mengenai pengukuran serta edukasi antropometri dan anemia untuk santri dan santriwati di Pondok Pesantren, edukasi halal untuk karang taruna dan UMKM, serta emo demo untuk Ibu Kader Posyandu. Dari ke-3 kegiatan yang dilakukan dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan dari 3 kelompok sasaran. Kemudian ke-3 kelompok sasaran pada saat diberikannya edukasi memiliki respon yang sangat positif dan responsif sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Adapun saran yang dapat dilakukan untuk kegiatan selanjutnya yaitu iharapkan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilakukan di desa lainnya. Selain itu, juga diharapkan jangka waktu kegiatan dapat diperpanjang mengingat adanya kendala teknis yang dapat terjadi dalam pelaksanaan program yang berkelanjutan.Kata kunci: Halal, Media Edukasi, Pagelaran, Seha

    Effect of high-protein milk on lipid profiles and blood glucose in young adult

    Get PDF
    Background: High-protein milk is a complex food that contains several potentially bioactive compounds that might affect blood glucose and cholesterol. Epidemiological data indicate that high-protein milk consumption is associated with a decrease in the prevalence of metabolic disorders or maintaining metabolic health.Objective: This study aimed to analyze the effect of high-protein milk on cholesterol, low-density lipoprotein (LDL), high-density lipoprotein (HDL), triglycerides, and fasting blood glucose.Methods: This study used an experimental trial with the designed randomized controlled trial. The subjects were divided into two groups: 24 subjects in the treatment group and 23 subjects in the control group. The treatment group was given high-protein milk and nutritional education for 90 days. The control groups were given nutritional education.Results: The results showed that blood glucose did not have a significant difference between the two groups (p>0.05), but it decreased 1.75±3.6 mg/dl after high-protein milk intervention. Blood cholesterol and LDL showed significant differences between the two groups (p0.05).Conclusion: Intervention of high-protein milk could significantly reduce cholesterol and LDL levels and reduce blood glucose after 90 days of intervention in the young adult age group. High-protein milk can be a recommendation to prevent metabolic syndrome

    Penyuluhan menggunakan Whatsapp Chatbot dalam Meningkatkan Pengetahuan Anemia Remaja di SMP Al Fityan Tangerang

    Get PDF
    Anemia adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan hemoglobin dalam darah. Menurut data Riskesdas 2018, 26,8% anak berusia 5-14 tahun dan 32% anak berusia 15-24 tahun mengalami anemia. Aktivitas ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang anemia. Sasaran kegiatan ini adalah 92 siswa kelas 7 s.d. 9 SMP Al-Fityan Tangerang. Metode yang digunakan adalah edukasi gizi dengan cara penyuluhan menggunakan media power point dan whatsapp chatbot. Pengetahuan siswa diukur sebelum dan setelah edukasi dengan menggunakan kuesioner yang diakses melalui google form. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan secara signifikan antara sebelum dan sesudah edukasi gizi (p<0,005). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa edukasi gizi dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang pencegahan anemia pada remaja.Kata kunci: Canva, literasi komputasi, Microsoft Exc

    High Protein Milk Intervention in Malnourished Children and Its Effect on Weight Gain and Renal Function

    Get PDF
    This study aimed to determine the effect of high-protein milk intervention on weight gain and renal function in malnourished children. This research is a randomized controlled trial (RCT). A total of 52 wasting children (BAZ -3<SD<-2) aged 3-12 years were selected by simple random sampling from five primary schools (6-12 years) and two Community Health Center (children below 6 years). Subjects were divided into two groups; control group (26) and intervention group (26). The intervention group was given high-protein milk (HPM) 3x25 g each day for 12 weeks. Body weight, serum creatinine, and urea were measured at week 0 (baseline), 6th (midline), and 12th (endline). The study showed that the body weight of the intervention group significantly increased by 1.54 kg after 12 weeks of high-protein milk consumption. Serum urea and creatinine levels in the intervention group also significantly increased (p<0.05). The increase in serum urea and creatinine levels in the intervention group were still within the normal range (normal serum urea level 15-43 mg/dl and normal creatinine level 0.6-1.2 mg/dl). This suggests that significant increases in urea and creatinine levels of the intervention group were normal because of increased protein intake and body muscle mass and it did not lead to renal function abnormalities

    “Vegetables Everyday”: Indeks Kualitas Diet Ibu dengan HIV/AIDS di Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI)

    Get PDF
    Abstrak - HIV (Human Immunodeficiency Virus) masih menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memiliki peluang yang besar untuk mengalami kekurangan asupan gizi karena hilangnya nafsu makan, gangguan metabolisme dan penyerapan makanan. Kualitas diet yang baik erat kaitannya dengan penurunan risiko kematian pada ODHA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas diet pada ibu dengan HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang (cross sectional). Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga Oktober 2019, data dikumpulkan terdiri dari karakteristik ibu, riwayat pengobatan serta data konsumsi makanan. Kualitas diet ditentukan diawali dengan tahapan pengelompokan pangan kemudian dikonversi ke dalam bentuk skor dengan menggunakan instrument Indeks Gizi Seimbang (IGS) 3-60. Hasil penelitian pada 14 responden ibu dengan HIV/AIDS menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden berstatus gizi Normal 57,1%, Gemuk 35,7%, dan paling sedikit responden dengan status gizi Kurus 7,2 %. Indeks Kualitas Diet ibu dengan HIV/AIDS hanya memenuhi 47% dari total skor maksimal IGS 3-60, skor terkecil ditunjukkan oleh indikator kecukupan sayur-sayuran dan konsumsi susu yang berarti kurang. Responden dalam penelitian ini hanya mengonsumsi sayur kurang dari 1 porsi dalam satu hari sedangkan anjuran untuk mengonsumsi sayur adalah minimal 5 porsi/hari. Saran penelitian ini agar responden  menjaga kosumsi sayur-sayuran dan harus secara rutin mengontrol berat badan. Selain itu dibutuhkan penelitian lanjutan terkait Kualitas Diet pada ibu dengan HIV/AIDS dengan responden yang lebih banyak dan beragam profesi, tidak dalam lingkup IPPI saja.Abstract - HIV (Human Immunodeficiency Virus) is still an unsolved health problem until now. People with HIV/AIDS (PLWHA) have a great opportunity to experience low nutritional intake due to loss of appetite, metabolic, and food absorption disorders. A good quality diet is closely related to a reduced risk of death of people with HIV. The purpose of this study was to determine the diet quality of mothers with HIV / AIDS. This research was a quantitative study with a cross-sectional design. The study was conducted from January to October 2019, data collected included respondent characteristics, drug/treatment history, and food consumption data. Food consumption data were processed with food grouping stages and then converted to a score using the Balanced Nutrition Index (IGS) 3-60. The study results from 14 mothers with HIV/AIDS showed that more than half of them had normal nutritional status 57.1%, 35.7% of them were overweight, and 7.2% of them were thin. The diet quality index (DQI) of mothers with HIV/AIDS only met 47% of the maximum total score of IGS 3-60, the smallest score was indicated by the adequacy indicator of vegetables and milk consumption, respondents in this study only consumed vegetables less than 1 serving per day. The suggestion of this research was for respondents to maintain the consumption of vegetables and must routinely control their body weight, further research is also needed on the Diet Quality Index in mothers with HIV / AIDS with a higher respondent number.Keyword - HIV/AIDS, DQI, Nutritional Statu

    Analisis Status Gizi serta Asupan Energi dan Zat Gizi Anak Down Syndrome di Rumah Ceria Down Syndrome

    Get PDF
    Abstrak – Anak Down Syndrome merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah gizi gemuk dan obese.Masalah gizi yang terjadi umumnya berkaitan erat dengan asupan zat gizi yang tidak proporsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis status gizi serta asupan energi dan zat gizi anak Down Syndrome di Rumah Ceria Down Syndrome. Desain penelitian ini merupakan cross sectional study yang dilaksanakan pada bulan Februari – September 2019 di Rumah Ceria Down Syndrome. Pengambilan subjek dilakukan dengan metode purposive sampling yang terdiri dari 29 anak.Data berat badan dan tinggi badan subjek dikumpulkan melalui penimbangan dan pengukuran secara langsung. Data asupan energi dan zat gizi subjek dikumpulkan menggunakan kuesioner recall 2x24 jam, sedangkan data karakteristik subjek dikumpulkan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44,8% anak Down Syndrome dalam penelitian ini berstatus gizi normal, 24,1% berstatus gizi gemuk, 20,7% berstatus gizi obese, dan 10,3% sisanya berstatus gizi kurus. Asupan energi maupun zat gizi sebagian besar subjek berada dalam kategori tidak proporsional. Hanya sebagian kecil subjek yang memiliki tingkat kecukupan energi, protein, dan karbohidrat dengan kategori normal (masing-masing 17,2%, 27,6%, dan 24,1%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak Down Syndrome (p<0,05).                                                               Abstract – Down Syndrome children have a higher risk of nutritional problems, especially overweight and obese. Nutritional problems generally related to disproportional nutrition intake. This research was aimed to analyze the nutritional status, energy and nutrition intake of Down Syndrome children in Rumah Ceria Down Syndrome. The design of this study was cross-sectional study conducted from February – September 2019 in Rumah Ceria Down Syndrome. Subjects in this study were selected using purposive sampling consisting of 29 children. Weight and height were collected through direct measurement. Energy and nutrition intake was collected using a 2x24 recall questionnaire, while characteristics of the subject were collected using a questionnaire. The results showed that 44,8% of subjects in this study had normal nutritional status, 24,1% of subjects classified as overweight, 20,7% obese, and 10,3% thin. Most of the subjects had disproportional energy and nutrition intake. Only a few subjects had energy, protein and carbohydrate adequacy level in normal category (17,2%, 27,6%, and 24,1%, respectively). Bivariate analysis showed that there was a significant correlation between family income and nutritional status of Down Syndrome children (p < 0,05)Keywords - Down syndrome, Nutritional status, Energy intake, Nutrition intak
    corecore