21 research outputs found
FORM OF MODERN MASK CREATED BY IDA BAGUS ANOM
Mask is an artificial face made of a thin material or a material which is made thin in such a way that it is feasible to be worn on the human face. It is worn to make the face partly or entirely covered. It is a man’s cultural product which has been in existence since a long a time ago. It is historically recorded that it has been in existence since the pre-history era, exactly since what is termed as perundagiaan era (± 600-800 AD). The modern mask art currently developing is derived from the traditional one, functions for aesthetic purposes only and is related to what is needed by tourism. The process during which the modern mask art has been created is basically inspired by the traditional mask art. In addition, in the creation process, an artist always tries to acquire his personal identity. Ida Bagus Anom, as a mask artist, in creating mask art with special characteristics, is considered to be able to combine traditional values with modern elements. He still adopts the Balinese cultural values as the identity of the masks he has created. Apart from that, he has also adopted creatively foreign cultural values in his works. Through his modern masks, what he has contributed to arts still refers to the principle of Balinization. What is meant is that he has adopted the foreign cultural values to enrich the modern Balinese masks he has created. His creative, productive, and innovative works have aesthetical and ethic values as the soul. In other words, he has given priority to change or comodification as a basis for interacting symbols. The change taking place in the modern mask art created by Anom is not a product but a process of creativity based on Tri Semaya teaching which includes Atita, Wartamana and Negata (the past time, the present time and the future time). What is meant is that what is being done should refer to the past values, atita, and what is expected in the future, nagata. It is the past values and what is expected in the future which are combined in such a way that a basis for what is currently done (wartamana) can be created. What is currently done by Anom does not neglect the past cultural roots and will be regarded as being creative in the future. As far as the modern works created by Anom are concerned, the supra-empirical aspects of arts based on aesthetical values make them regarded as creative works, and empirically, they are highly realistic
Estetika Visual Kriya Keramik Berornamen Wayang Khas Bali
The Balinese puppets in the traditional paintings as a cultural heritage has inspired Balinese craftsmen created ceramic works of aesthetic value. The efforts these craftsmen can be read as resistance to entry the ceramic works from outside and the production of the ceramic art in Indonesia that ignore Indonesian characters. This study aims to discuss the aesthetics of visuals ceramic works that apply Balinese puppets ornaments. The data collection method by observation and documentation. The results showed that the aesthetics of the ceramic craft products with Balinese puppets ornaments seen from unity, harmony, symmetry, balance, and contrast are quite good, although not yet optimal. Besides, the visual aesthetics of the ceramic works have not displayed good complexity, so the beauty that obtained was not optimal. The visual aesthetic assessment of this work was subjective in nature, so it was possible that there will be different judgments. The conclusion that aesthetics can be achieved by elevating the cultural traditions of the past and at the same time as a form of appreciation for that culture and become a differentiator amid the rise of Chinese ceramics in Indonesia
Prosiding: STYLE WAYANG BALI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI KERAMIK KARAKTER INDONESIA
Produk Seni keramik yang dibuat dan dijual di Indonesia dominan ditemukan berindentitas Cina. Produk keramik jenis ini ditandai dengan penggunaan ornamen motif naga dan biasanya ditemukan dalam berbagai jenis guci dan vas. Penulis belum menemukan seni keramik bakaran tinggi berkarakter Indonesia. Oleh karena itu, penulis mencoba merancang seni keramik yang berornamen salah satu tradisi budaya Indonesia yaitu wayang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan produk seni keramik berornamen wayang style Bali. Metode penciptaan seni keramik mengikuti teori Gustami, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan perwujudan. Pada tahap eksplorasi, dilakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada tahap improvisasi dilakukan proses desain dan pada tahap perwu-judan dilakukan proses pembentukan, pembakaran dan finishing. Mitra yang dilibatkan dalam perwujudan seni keramik ini adalah UD Tri Surya Keramik di Desa Kapal, Badung Bali dan Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik (BTIKK) Bali. Hasil penciptaan menunjukkan be-berapa karya seni keramik tercipta terinspirasi dari bentuk-bentuk gerabah Bali, Lombok, dan Jawa yang dipasarkan di Bali, seperti sangku dan guci. Karya seni keramik ini dibuat dengan teknik putar dan dibakar sampai mencapai suhu 1250oC. Wayang style Bali menjadi ornamen karya seni keramik ini, dibuat dengan teknik lukis, dan beberapa karya menampilkan adegan cerita singkat. Karya seni keramik yang diciptakan berbentuk sangku dan guci dengan beber-apa variasi ornamen dan ukuran. Tampilan style khas wayang Bali dengan cerita singkatnya menjadi keunikan karya-karya seni keramik ini dan diharapkan mampu menampilkan pesan toleransi dan karakter Indonesia. Kata Kunci: wayang style Bali, seni keramik, penciptaan, karakter Indonesia
PROSIDING: Penciptaan Sangku Keramik Dengan Ornamen Gambar Wayang Khas Bali
Penciptaan sangku keramik dengan memnafaatkan gambar wayang khas
Bali sebagai budaya tradisi, masih sangat jarang dilakukan oleh pencipta
keramik di Bali maupun di Indonesia pada umumnya. Budaya tradisi
sangat penting diangkat dalam upaya menghadirkan karya-karya keramik
berkarakter Indonesia, di tengah menjamurnya karya-karya keramik
bernuansa asing di Indonesia. Tujuan penulisan ini adalah untuk
menjelaskan: proses pembentukan, proses pembakaran, proses ornamen
dan fungsi penciptaan karya sangku keramik yang menerapkan objek
ornamen wayang khas Bali. Penelitian penciptaan ini menggunakan
metode diskriptif kualitatif dengan teori pengmbilan data purposive
sampling. Metode penciptaan merujuk pada metode penciptaan SP.
Gustami yaitu eksplorasi, improvisasi, dan perwujudan. Teknik
pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi, analisis karya dengan kualitatif dan hermeneutik. Hasil
penelitian menunjukkan: proses pembuatan sangku keramik ini
menggunakan teknik putar, pembakaran karya melalui tiga tahapan yaitu
pembakaran bisquit, pembakaran glasir 1250
o
C dan pembakaran ornamen
mencapai suhu 1250
o
C; penerapan ornamen dilakukan dengan teknik lukis;
dan fungsi karya sangku keramik ini yaitu sebagai benda hias, sebagai
benda fungsi pakai, dan souvenir. Kesimpulannya adalah penelitian
penciptaan sangku keramik ini merupakan tahapan yang cukup panjang
mulai dari tahap pembentukan sampai tahap pembakaran akhir. Gambar
wayang khas Bali sebagai ornamen pada penciptaan sangku keramik ini
merupakan penciptaan yang cukup langka, juga sebagai upaya pelestarian
budaya tradisi dan juga mendukung upaya penciptaan kriya keramik
berkarakter Indonesia.
Kata Kunci: penciptaan, sangku, keramik, wayang khas Bali
Wayang Bali Sebagai Ide Penciptaan Keramik Karakter Indonesia
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk memunculkan karya-karya keramik
yang berkarakter Indonesia dengan mengangkat budaya daerah yang dimiliki bangsa ini.
Penciptaan ini juga diharapkan dapat mempertebal penghargaan masyarakat terhadap
kebinekaan budaya nusantara dengan keunikan masing-masing. Pada era globalisasi ini,
kebinekaan itu mulai mendapat “goyangan” dari beberapa kelompok warga karena
perbedaan keyakinan. Penciptaan ini menerapkan motif style wayang Bali sebagai
ornamen bertujuan untuk mencapai karya keramik yang memiliki karakter Indonesia.
Penilaian capaian keramik karakter Indonesia diserahkan kepada penilaian masyarakat
sebagai apresiator karya seni. Figur-figur wayang yang digambarkan sebagai ornamen
adalah tokoh-tokoh yang berada dalam suatu kisah singkat yang memiliki nilai-nilai
kebaikannya sebagai ornamen. Penciptaan ini diharapkan dapat diakui sebagai bagian dari
pengembangan keramik Indonesia dan juga mampu menjadi ikon keramik Indonesia pada
persaingan global. Metode penciptaan karya kriya keramik ini mengacu pada teori
penciptaan Gustmi (2007:329) yaitu eksplorasi, improvisasi (eksperimen) dan perwujudan,
pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penentuan sumber data (subyek penelitian) dilakukan dengan pendekatan purposive
sampling (penentuan sumber data dengan sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan) dan juga snowball sampling. Misalnya menentukan pakar keramik, ahli
pewayangan, budayawan, praktisi keramik, karya-karya keramik, menentukan tempat
pembakaran keramik dan lain-lain. Perwujudan karya dilakukan dengan teknik putar dan
ornamen dilterapkan dengan teknik lukis. Perwujudan karya ini melibatkan dua mitra yaitu
usaha keramik Tri Surya Keramik dan Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik (BTIKK)
Bali.
Penciptaan seni keramik ini menghasilkan karya-karya yang bentuknya sederhana,
menampilkan budaya seni tradisi Indonesia yaitu style wayang Bali. Bentuk sederhana
yang ditampilkan dimaksudkan supaya masyarakat umum dengan mudah mengenali
keramik khas Indonesia. Penciptaan ini menghasilkan beberapa desain dan desain yang
terpilih diwujudkan ada 6 desain. Masing-masing deain dibuat dalam beberapa varian
ukuran, motif ornamen dan pewarnaan. 6 desain tersebut adalah desain tempat tirta/sangku,
guci handle, guci botol, guci bulat, guci panjang dan vas botol. Masing-masing desain ada
2 sampai 3 varian ukuran, masing-masing desain digandakan 2 sampai 8 buah dengan
variasi ornamen yang berbeda. Jumlah satuan produk yang dibuat mencapai 55 karya.
Peneliti memandang karya-karya penciptaan seni keramik ini masih terus harus
dimaksimalkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Misalnya perbaikan dalam teknik
pembentukan badan supaya kualitas ketebalan karya sesuai dengan besarnya karya. Hasil
penciptaan ini diikutkan pada seminar Nasional yang dilaksanakan FRSD ISI Denpasar 4
Agustus 2018, Seminar Internasional di UNS Surakarta 25 September 2018, dan Seminar
Internasional di Malaysia 21 Oktober 2018. Demikian juga karya-karya ini diikutkan pada
pameran kriya Prodi Kriya Seni FSRD ISI Denpasar di DAS Denpasar 15 Agustus - 1
Oktober 2018 dan dipublikasikan pada jurnal Mudra ISI edisi bahasa Ingris 2018.
Kata Kunci: wayang Bali, penciptaan, karakter, keramik Indonesi
Characteristics and Intensity of “Warnabali” Colors and Their Meanings
Balinese traditional interior and architecture used to utilize natural materials such as stone, sand stone, and brick for the foundation and walls of a building, and its frame and roof used to be made of wood, bamboo, coconut leaves and ijuk (palm fiber from the sugar palm). The development in technology and design has made them impossible to be used for the interior parts and architecture of the building, due to the dusts they produce and their inability to endure. The development of technology and building materials has also made people choose other building materials such as concrete and plaster covered with wall paint. Wall paint is good enough for finishing the interior parts of the building. In addition, it is also good enough for finishing
the outer parts of the building as it is dustless and endures the weather and is easily maintained. To enrich
the treasury of final finishing, the warnabali, which used to be referred to as cat Bali (Bali paint) has been used in paintings, painting statues and arca (another type of statue) and masks. In addition, it has also been used with the architecture using wood as the material such as door ornaments, pillars and other ornaments. The warnabali is basically made of mangsi, taum, kencu, deluge, atal and bone. It consists of seven basic colors such as black, blue, red, jingga (colors ranging from orange to bright red), brown, yellow and white. The concepts on which the warnabali is based on are Tri Kono and Nawa Sanggha prescribed in some palm-leaf manuscripts such as Kereb Buwana, Dewa Tatwa and so forth.
Keyword: Revitalisation, character , meaning, intensity, warnabali, and nawa sanggh
Dominasi Patra Punggel Sebagai Hiasan Dekorasi Pada Bangunan Wadah Di Badung
Patra punggel adalah bentuk ornament Bali, yang lebih dominan di terapkan pada bangunan wadah
yang ada di Bali. Patra punggel bila dipisah-pisahkan, akan menjadi bentuk dekorasi yang bermotif
monotun, yang disebut dengan keketusan, yang biasanya digunakan untuk menghias bagian
pepalihan yang memanjang. Jika patra punggel digabungkan dengan bentuk muka, topeng, yang
berbentuk manusia atau binatang, akan menjadi ornament kekarangan, yang biasanya digunakan
untuk mendekorasi bentuk pepalihan segi empat, segi empat panjang, atau menhias pada bagian
sudut dari bangunan wadah atau bangunan suci. Patra punggel adalah kumpulan bentuk motif,
menjadi satu kesatuan yang harmonis, jumlahnya lima bentuk karakter motif, diantaranya: Ada
yang disebut dengan janggar ayam, yang bentuknya melingkar, mengambil bentuk tanaman paku
yang muda, Ada yang disebut dengan batu poh, yang bentuknya mengambil bentuk biji mangga, ada
pula yang disebut kuping guling, yang mengambil bentuk telinga babi yang dipanggang, ada bentuk
ampas nangka yang mengambil bentuk ari dari buah nangka, ada pula bentuk pepusuhan, adalah
mengambil bentuk tunas muda dari tumbuhan yang masih muda, ada bentuk util atau ikut celedu,
mengambil bentuk ekor kala jengking, yang penuh dengan racun pada ujung ekornya. Bentuk
janggar ayam, batu poh, kuping guling, ampas nangka, pepusuhan dan ikut celedu, menjadi satu
kesatuan yang harmonis disebut patra punggel. Bentuk patra punggel ini mendominasi dekorasi
pada bangunan wadah, yang digunakan sebagai tempat menaruh jenazah, yang nantinya diusung
dibawa kekuburan, sebagai bagian dari sarana upacara ngaben di Bali. Pepalihan adalah suatu
bentuk yang menyerupai anak tangga yang disusun secara beraturan sebanyak tiga tingkatan yang
diulang-ulang baik susunannya naik maupun turun, terbalik maupun mendatar. Dimana fungsi
dari pepalihan ini untuk membentuk suatu menara yang makin mengecil, menyerupai menara
tower. Kegunaannya pepalihan untuk merekatan atau menempelkan beberapa ragam hias yang
memberikan kesan megah berwibawa bagi seseorang telah meninggal yang akan diaben/dibakar.
Makin rumit ragam hias yang digunakan, ini akan menampilkan keluarga yang meninggal orang
berkasta. Bangunan wadah adalah bangunan yang mengambil bentuk pepalihan, pada bagian
atasnya mempunyai atap atau tidak menggunakan atap, tergantung pemesannya, berfungsi untuk
menaruh jenazah, sebagai simbol kendaraan memuju kealam lain, bangunan wadah digotong
diarak menuju kekuburan, sesampainya di kuburan bangunan wadah dibakar, juga jenazah
dibakar sebagai symbol pengembalian unsur-unsur alam atau unsur panca maha bhuta (air,tanah,
api,angkasa, udara). Luaran Penelitian yang ingin dicapai salah satunya artikel pada jurnal nasional
terakreditasi (terindek sinta), dan Satu buah buku hasil penelitian ber-isbn. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana data yang didapat, kebanyakan diambil dari
hasil observasi, wawacara dan dokumentasi, dengan nara sumber dari para seniman, Ketua adat
istiadat, Kepala desa dan masyarakat pengguna dari bangunan wadah.
Kata kunci: Patra punggel, pepalihan, bangunan wadah
Balinese Puppet Style As An Idea Of Ceramic Art Creation
Ceramic art products distributed in Indonesia are dominantly found as Chinese identity. This creation is aimed to create the art ceramics by Balinese style puppet ornaments. The creation method followed Gustami’s theory, namely exploration, improvisation, and embodiment. At the exploration stage, the data collection wasconducted through observation, interviews, and documentation. The design process was conducted in the improvisation stage, while the process of forming, burning, and finishing were conducted in the embodiment stage. The partners involved in this creation are UD Tri Surya Keramik and Bali Technology Center of Creative Ceramic Industry (BTIIK). The results of the creation show several works which have been created were inspired by the forms of potteries from Bali, Lombok, and Java which are marketed in Bali, namely sangku (rice bowl) and vase with various ornaments and sizes. This ceramic artwork was made using rotary technique and burned to a temperature of 1250oC. Balinese puppet style ornaments were applied using painting techniques.
Produk Seni keramik yang dibuat dan dijual di Indonesia dominan ditemukan berindentitas Cina. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan produk seni keramik berornamen wayang style Bali. Metode penciptaan mengikuti teori Gustami, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan perwujudan. Tahap eksplorasi, dilakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap improvisasi dilakukan proses desain dan pada tahap perwujudan dilakukan proses pembentukan, pembakaran dan finishing. Mitra yang dilibatkan dalam perwujudan adalah UD Tri Surya Keramik di Desa Kapal, Badung Bali dan Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik (BTIKK) Bali. Hasil penciptaan menunjukkan beberapa karya seni keramik tercipta terinspirasi dari bentuk-bentuk gerabah Bali, Lombok, dan Jawa yang dipasarkan di Bali, seperti sangku dan guci. Karya seni keramik ini dibuat dengan teknik putar dan dibakar sampai mencapai suhu 1250oC. Karya seni keramik yang diciptakan berbentuk sangku dan guci dengan beberapa variasi ornamen dan ukuran. Wayang style Bali menjadi ornamen karya seni keramik ini, dibuat dengan teknik lukis
Studi Uang Kepeng Sebagai Produk Seni Kerajinan Dan Hubungannya Dengan Konsep Ajeg Bali Di Bali
Abstrak:
SUMMARY
This research use approach rasional-empiris (inductive qualitative), started with problematik researcher. Problems researcher is information about money of kepeng scientifically not yet to society as object of upakara, product development and also related to concept ajeg Bali. Technique data collecting done by observation, interview, and photograph. As according to specified variable. the source of its data is money of kepeng weared product, artistic crafting product using money materials of kepeng, craftman making artistic product crafting, culture figure, religion figure and academician figure. Intake of data done by technique of sampel especially made crafting product of money materials of kepeng. Because a lot crafmans of kepeng money as focused in 3 region that is Sub ¬Province of Gianyar, Klungkung and Town of Denpasar. made Type Product much the same to so approach of sampel.
Money of Kepeng as crafting product in Bali in this time (2007) can be grouped in 3 type that is idol type, tamiang/lamak, and functioning objects. Idol type like rambut sedana idol, dewa-dewi idol, saraswati idol, elephant idol, legong ido, Kresna idol and others. Money of Kepeng as tamiang, its form can be seen like domed tamiang, square, salang, capah, ceniga, and others. Money of kepeng as functioning objects wear can be seen like bokor, place of daksina, ornament place, pabuan, and others. Functioning objects wear the least compared to other form. All made object type money of kepeng this in the beginihg only made for Hindu -ritual in Bali. Because its unique and beautiful, hence enthused by tourist. Craftmans make this objects to fulfill request of tourist.
Printing money of kepeng in Bali done by UD. Kamasan in Sub-Province of Klungkung printing money of kepeng write down Bali letter and UD. Mulya Mengwi in Sub-Province of Badung printing money of kepeng write down Chinese letter. Printing money of kepeng as effort to fulfill Bali society from rare of kepeng money.
Related printing money of kepeng with Bali ajeg, do not clearly by guest speaker, but from its opinion we have indication that effort printing money of kepeng mentioned as effort preserve usage money of kepeng in cultured life and believe Hindu in Bali. If careful preserve in this case meaning look after of Bali culture by usage money of kepeng in cultured life and believe in Bali. Because a lot worry if printing money of kepeng do not he done the rare of money of kepeng still going on and in a moment will vanish s;owly. According to them the effort printing money of kepeng this make proper to be supported for the minimum usage money of kepeng artless by society with materials no content of Panca Datu. if this matter be done continuously will slowly degrade money meaning and values of kepeng in upakara yadnya in Bali. In turn will have an effect on to keajegan of Bali in general