96 research outputs found

    Dinamika Sosial Gerakan Guru di Indonesia Pasca Orde Baru

    Get PDF
    Tujuan penulisan artikel ini yaitu: 1) menjelaskan dinamika gerakan guru Indonesia setelah era Orde Baru. Fase ini ditandai dengan bermunculan berbagai organisasi guru di Indonesia dan 2) menjelaskan bagaimana kontribusi gerakan guru Indonesia dalam pentas demokrasi Indonesia. Ada dua kesimpulan penting dalam tulisan ini yaitu: 1) gerakan guru Indonesia yang berkembang setelah era Orde Baru merupakan manifestasi dan artikulasi dari sistem politik yang mendukung munculnya gerakan tersebut; 2) gerakan guru Indonesia menjadi kelompok social penting dalam transisi demokrasi di Indonesia setelah Orde Baru. Metodologi yang digunakan adalah kajian literature dengan mengkaji berbagai referensi terkait gerakan guru di Indonesia. Hal penting yang harus dilakukan oleh gerakan guru di Indonesia adalah melakukan penguatan dan konsolidari jaringan baik jaringan nasional maupun Internasional. Dengan cara ini gerakan mereka akan lebih solid, terstruktur dan terlembagakan sebagai actor penting dalam transisi demokrasi di Indonesia

    Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah

    Full text link
    Penelitian ini ingin menjelaskan Perubahan sosial yang mengakibatkan dipindahkannyanya Cagar Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Menggunakan perspektif Perubahan sosial, dengan jelas tergambarkan bahwa Condet mengalami transformasi sosial, ekonomi dan kebudayaan. Perubahan sosial yang terjadi di Condet tidak bisa dilepaskan dari struktur Jakarta sebagai pusat kekuasaan. Srengseng Sawah merupakan kawasan yang masih terjaga lingkungannya, yaitu lingkungan yang sejuk, asri dan cukup rindang dengan pepohonan. Daerah ini dipilih sebagai perkampungan budaya Betawi karena masih memiliki budaya Betawi sebagai ciri khasnya. Hal tersebut ditandai dengan masih bertahannya rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi. Selain itu, masih bertahan juga makanan khas maupun aksesoris khas Betawi. Faktor lainnya karena Srengseng Sawah dianggap memiliki potensi untuk mengembangan pariwisata budaya (cultural tourism)

    Bias Gender dalam Prestasi Akademik Siswa: Studi Tentang Perbandingan Prestasi Akademik Siswa Laki-laki dan Perempuan di SMA 12 Bekasi

    Get PDF
    Artikel ini memiliki dua tujuan penulisan. Pertama, menjelaskan perbedaan prestasi akademik antara siswa laki-laki dan perempuan pada mata pelajaran Fisika, Sosiologi dan Bahasa Indonesia? Kedua, menjelaskan kecenderungan perbedaan prestasi akademik antara siswa laki-laki dan perempuan pada mata pelajaran Fisika, Sosiologi dan Bahasa Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa pada mata pelajaran Fisika, perempuan mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Pada mata pelajaran Sosiologi dan Bahasa Indonesia, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh perkembangan pola pikir atau Perubahan nilai-nilai yang dianut masyarakat berkaitan posisi perempuan dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data sekunder (ADS). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Perlu dilakukan sosialisasi gender sejak dini kepada pelajar tentang kesetaraan gender dalam upaya meminimalisir terjadinya bias gender

    Analisis yuridis terhadap pencatatan perkawinan anak angkat yang menggunakan Wali Hakim: studi kasus di KUA Karangpilang Kota Surabaya

    Get PDF
    Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan (field research) dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Pencatatan Perkawinan Anak Angkat Yang Menggunakan Wali Hakim (Studi Kasus Di KUA Karangpilang Kota Surabaya)”. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang dituangkan ke dalam dua rumusan masalah, yaitu: Bagaimana kronologi kasus Pencatatan Perkawinan Anak Angkat Yang Menggunakan Wali Hakim (Studi Kasus Di KUA Karangpilang Kota Surabaya) dan bagaimana analisis yuridis terhadap pencatatan perkawinan anak angkat yang menggunakan wali hakim (studi kasus di KUA Karangpilang Kota Surabaya). Data penelitian dihimpun melalui studi documenter dan wawancara. Selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dengan pola pikir induktif. Hasil penelitian mengenai pencatatan perkawinan anak angkat yang menggunakan wali hakim di KUA karangpilang, dapat disimpulkan kronologi kasus pecatatan perkawinan di KUA Karangpilang Kota Surabaya ialah terjadi ketidak sesuaian ketika mencantumkan nama wali dalam buku kutipan akta nikah. Wali yang seharusnya ditulis adalah wali nasab, akan tetapi pada KUA Karangpilang Kota Surabaya justru tertulis nama ayah angkat. Pencatatan perkawinan tersebut bertentangan dengan PMA Nomor 19 Tahun 2018 Pasal 6 mengenai Tertib Administrasi Pencatatan Perkawinan, bahwasannya pencatatan dalam buku kutipan akta nikah dapat dicatatkan atas nama ayah angkat sesuai dengan pasal 103 kompilasi hukum Islam serta kebijakan dari pihak KUA Karangpilang Kota Surabaya. Oleh sebab itu permasalahan diatas telah memenuhi syarat-syarat yuridis. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut maka Kantor Urusan Agama di kecamatan Karangpilang disarankan agar lebih tegas dalam mencatat buku kutipan akta nikah yang sesuai dengan fakta riil bukan yang bersifat sementara dan untuk masyarakat agar lebih menumbuhkan kesadaran pentingnya mencatat identitas perkawinan dalam buku kutipan akta nikah, kemudian apabila seseorang mengangkat anak harus memberitahu bahwa anak tersebut bukan anak kandungnya

    The Rational Choice of Outer Baduy People Choosing Non-Formal Education: Case Study at PKBM Kencana Ungu, Leuwidamar Village Lebak District

    Get PDF
    This research was conducted because there is a phenomenon of customary and educational dilemmas in the Baduy Tribe. The Baduy tribe has a usual prohibition for requiring their children to access formal education. This dilemma makes Non-Formal Education (PNF) an alternative mechanism for the Baduy Tribe to access education. The PNF was carried out through the existence of the Society Learning Center or Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kencana Ungu. This paper explains two critical things. Firstly, it describes the learning culture of the Outer Baduy people in PNF at PKBM Kencana Ungu. Secondly, it tells the people of the Outer Baduy Tribe choosing PNF at PKBM Kencana Ungu from the perspective of rational choices. This research uses a qualitative approach with descriptive methods—the data is obtained through observation, interviews, and documentation. The researchers interviewed 12 informants in-depth, namely traditional leaders, the Head of PKBM Kencana Ungu, three (3) tutors from PKBM Kencana Ungu, and seven (7) people from the Outer Baduy Tribe who accessed education at PKBM Kencana Ungu. The research location was at the Kencana Ungu PKBM in Dukuh Village, Leuwidamar Village, Leuwidamar District, Lebak Regency. The conclusion of this paper shows that the learning culture of the Outer Baduy Tribe has changed from an oral culture that was passed down from generation to generation to a written culture. This change in learning culture causes changes in the behavior of the Outer Baduy Tribe towards customary arrangements. This change in learning culture causes changes in the conduct of the Outer Baduy Tribe towards everyday arrangements. In addition, the primary considerations for the Outer Baduy people accessing education at PKBM Kencana Ungu are rational choices based on a calistung learning culture, rational choices based on social status, and rational choices based on mindset. The rational choice theory used in this paper refers to James Coleman. These various preferences have various implications for several aspects of the life of the Outer Baduy people, namely educational implications, socio-cultural implications, economic implications, and psychological implications.  Pilihan Rasional Suku Baduy Luar Memilih Pendidikan Non Formal: Studi Kasus  di PKBM Kencana Ungu Desa Leuwidamar Kabupaten LebakPenelitian ini dilakukan karena ada fenomena dilema adat dan pendidikan di Suku Baduy. Suku Baduy memiliki larangan adat untuk mewajibkan anaknya mengakses pendidikan formal.  Adanya dilema tersebut menjadikan Pendidikan Non Formal (PNF) sebagai mekanisme alternatif bagi Suku Baduy untuk mengakses pendidikan. PNF tersebut dilakukan melalui keberadaan PKBM Kencana Ungu. Paper ini menjelaskan dua hal penting. Pertama, mendeskripsikan budaya belajar masyarakat Suku Baduy Luar pada PNF di PKBM Kencana Ungu. Kedua, mendeskripsikan masyarakat Suku Baduy Luar memilih PNF di PKBM Kencana Ungu dalam perspektif pilihan rasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti mewawancarai 12 informan secara mendalam, yakni tokoh pemimpin adat, Kepala PKBM Kencana Ungu, tiga (3) orang tutor PKBM Kencana Ungu dan tujuh (7) orang Suku Baduy Luar yang mengakses pendidikan di PKBM Kencana Ungu. Lokasi penelitian dilakukan di PKBM Kencana Ungu yang berada di Kampung Dukuh Desa Leuwidamar Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Kesimpulan dari paper ini menunjukkan bahwa  budaya belajar pada Suku Baduy Luar mengalami perubahan dari budaya lisan yang didapatkan secara turun-temurun saat ini berubah menjadi budaya tulisan. Perubahan budaya belajar ini menyebabkan perubahan perilaku Suku Baduy Luar terhadap tatanan adat. Selain itu, pertimbangan dasar masyarakat Suku Baduy Luar mengakses pendidikan di PKBM Kencana Ungu yaitu, pilihan rasional berdasarkan budaya belajar calistung, pilihan rasional berdasarkan status sosial dan pilihan rasional berdasarkan pola pikir. Teori pilihan rasional yang digunakan dalam paper ini mengacu kepada James Coleman.Berbagai preferensi tersebut memberikan berbagai implikasi pada beberapa aspek kehidupan masyarakat Suku Baduy Luar, yaitu implikasi pendidikan, implikasi sosial budaya, implikasi ekonomi dan implikasi psikologis

    PENGARUH VARIASI LATIHAN LADDER DRILL LEG HOP DAN LATIHAN TEST SITUATION TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN

    Get PDF
    Kelincahan merupakan komponen kondisi fisik penting dalam sepakbola. Setiap pemain sepakbola yang memiliki kelincahan, dapat menjadi penentu dalam sebuah pertandingan. Karena pemain yang lincah mampu menghindari kawalan pemain lawan bahkan melewati goalkeeper (penjaga gawang). Kelincahan dapat ditingkatkan dengan adanya latihan yang disiplin, terstruktur dan terprogram. Latihan adalah proses berlatih secara berulang-ulang untuk kondisi tubuh yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mencari jawaban dari rumusan masalah yang telah diajukan, yaitu (1) Apakah ada pengaruh variasi latihan ladder drill leg hop terhadap peningkatan kelincahan?, (2) Apakah ada pengaruh latihan test situation terhadap peningkatan kelincahan?, (3) Apakah ada perbedaan pengaruh antara latihan variasi ladder drill leg hop dan latihan test situation terhadap peningkatan kelincahan? Metode penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen dengan pendekatan deskriptif. Sasaran penelitiannya adalah 20 siswa SSB PGMS Situbondo U12-U14 yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan menggunkan teknik ordinal pairing dalam pengelompokannya. Teknik pengumpulan data menggunakan ilinois agility run/ilinois test untuk mengetahui kelincahan pada setiap anggota kelompok. Hasil penelitian menggunakan perhitungan statistik uji t paired sample t test, diketahui bahwa kelompok latihan variasi ladder drill leg hop terdapat pengaruh terhadap kelincahan karena nilai Sig. (2-tailed) 0,000<0,05 dan kelompok latihan test situation juga terdapat pengaruh terhadap kelincahan karena nilai Sig. (2-tailed) 0,000<0,05. Dapat disimpulkan bahwa kedua latihan tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan. Hasil perhitungan statistik uji t menggunakan independent sample t test, dipaparkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 yaitu (0,56>0,05) dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan diantara kedua latihan tersebut. Data peningkatan kemampuan kelincahan, kelompok latihan test situation memiliki persentase kenaikan yang lebih besar dari kelompok latihan variasi ladder drill leg hop, yaitu 11,22% persentase milik kelompok latihan test situation berbanding 10,73% persentase milik kelompok variasi latihan ladder drill leg hop. Berikut merupakan data hasil dari penelitian sehingga bisa dijadikan kajian dan masukan kepada para pelatih sekolah sepakbola Kabupaten Situbondo, tetapi pelatih perlu memperhatikan, mengkaji, dan menganalisa kebutuhan yang sesuai untuk atlet dalam meningkatkan kualitas serta prestasi kedepannya. Kata kunci: pengaruh, latihan ladder drill leg hop, latihan test situation, kelincahan, sepakbola

    Studi Numerik Karakteristik Aliran Gas-Solid Dan Pembakaran Pada Tangentially Fired Pulverized-Coal Boiler 315mwe Dengan Variasi Sudut Tilting Dan Nilai Kalor Batubara (Studi Kasus Pltu Pacitan Unit 1)

    Get PDF
    Pada kebanyakan tangentially fired pulverized-coal boiler dilengkapi fasilitas tilting burner. Fasilitas ini memungkinkan burner untuk dapat diarahkan ke atas maupun ke bawah membentuk sudut tertentu terhadap garis horizontal. Perubahan arah burner ini mengakibatkan fire-ball bergerak ke atas maupun ke bawah mengikuti pergerakan arah burner. Pergerakan fire-ball akan memberikan pengaruh heat transfer pada area waterwalltube, superheater dan reheater. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengaturan sudut tilting dengan menggunakan batubara low rank coal (LRC) dan medium rank coal (MRC) terhadap kecepatan aliran gas-solid, distribusi temperatur, distribusi fraksi massa O2, distribusi fraksi massa CO2 dan distribusi fraksi massa NOx. Penelitian ini dilakukan pada tangentially fired pulverized-coal boiler dengan beban 100% MCR dengan menggunakan batubara LRC dan MRC dengan memvariasikan sudut tilting. Proses simulasi menggunakan software Ansys Fluent 13.0. Model turbulensi yang digunakan adalah k-ε standart dan combusting material yang digunakan adalah lignite untuk batubara kategori LRC dan coal-hv untuk batubara kategori MRC. Pada penelitian ini variasi sudut tilting yang dilakukan adalah - 30o, -15o, 0o, +15o dan +30o terhadap garis horizontal. Perubahan tilting -15o, akan menurunkan temperatur flue gas outlet furnace 15oC dengan LRC dan 25,87oC dengan MRC, menurunkan temperatur flue gas inlet reheater 13,48oC dengan LRC dan 25,59oC dengan MRC. Perubahan tilting -30o, akan menurunkan temperatur flue gas outlet furnace 52,05oC dengan LRC dan 28,91oC dengan MRC, menurunkan temperatur flue gas inlet reheater 30,32oC dengan LRC dan 29,19oC dengan MRC. Perubahan tilting ke +15o, akan menaikkan temperatur flue gas outlet furnace 18,3oC dengan LRC dan 13,2oC dengan MRC, menaikkan temperatur flue gas inlet reheater 25oC dengan LRC dan 12,16oC dengan MRC. Perubahan tilting ke +30o, akan menaikkan temperatur flue gas outlet furnace 42,42oC dengan LRC dan 34,51oC dengan MRC, menaikkan temperatur flue gas inlet reheater 72,25oC dengan LRC dan 51,36oC dengan MRC. =============================================================================================== In most tangentially fired pulverized-coal boilers, it’s equipped with tilting burners. This facility allows the burner to be directed upwards or downwards to form a certain angle to the horizontal. This resulted in a change of fire-ball moves up and down following the movement direction of the burner. Fire-ball movement will have an impact on the area of heat transfer waterwall tube, superheater and reheater. This study was conducted to determine the effect of tilting angle by using low rank coal (LRC) and medium rank coal (MRC) of the gas-solid flow, temperature distribution, the distribution of the mass fraction of O2, CO2 and NOx. This study was conducted in a tangentially fired pulverized-coal boiler with a load of 100% MCR using LRC coal and MRC by varying the tilting angle. Process simulation using ANSYS FLUENT 13.0 software. Turbulence model used is the standard k-ε and combusting material used is lignite for LRC category and coal_hv for MRC category. In this study conducted tilting angle variation is -30o, -15o, 0o, +15°and +30° to the horizontal. Tilting changes to -15o, will decrease the flue gas temperature of furnace outlet 15oC at LRC and 25,87oC at MRC, decresing the flue gas temperature of reheater inlet 13,48oC at LRC and 25,59oC at MRC. Tilting changes to -30o, decrease the flue gas temperature of furnace outlet 52,05oC at LRC and 28,91oC at MRC, decresing the flue gas temperature of reheater inlet 30,32oC at LRC and 29,19oC at MRC. Tilting changes to +15o, will raise the flue gas temperature of furnace outlet 18,3oC at LRC and 13,2oC at MRC, raising the flue gas temperature of reheater inlet 25oC at LRC and 12,16oC at MRC. Tilting changes to +30o, will raise the flue gas temperature of furnace outlet 42,42oC at LRC and 34,51oC at MRC, raising the flue gas temperature of reheater inlet 72,25oC at LRC and 51,36oC at MRC

    Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Dari Condet ke Srengseng Sawah

    Get PDF
    This study will explain the social changes as a resulted of moved Betawi Cultural Area to Srengseng Sawah. By using the perspective of social change, clearly reflected that Condet transformed the social, economic and cultural. Social changes in Condet not be separated from the structure of Jakarta as a center of power. Srengseng Sawah is the area that still maintained its environment, a coolenvironment, beautiful and quite shady with trees. Srengseng Sawah chosen as the Township Betawi of Culture because they still have the Betawi culture as his trademark. It is characterized by the persistence of the homes still using typical stage Betawi. Also, still survive Betawi’s food and many accessories of Betawi. Other factors because Srengseng Sawah is considered to have potential to develop cultural tourism. ABSTRAKPenelitian ini ingin menjelaskan perubahan sosial yang mengakibatkan dipindahkannyanya Cagar Budaya Betawi dari Condet ke Srengseng Sawah. Menggunakan perspektif perubahan sosial, dengan jelas tergambarkan bahwa Condet mengalami transformasi sosial, ekonomi dan kebudayaan. Perubahan sosial yang terjadi di Condet tidak bisa dilepaskan dari struktur Jakarta sebagai pusat kekuasaan. Srengseng Sawah merupakan kawasan yang masih terjaga lingkungannya, yaitu lingkungan yang sejuk, asri dan cukup rindang dengan pepohonan. Daerah ini dipilih sebagai perkampungan budaya Betawi karena masih memiliki budaya Betawi sebagai ciri khasnya. Hal tersebut ditandai dengan masih bertahannya rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi. Selain itu, masih bertahan juga makanan khas maupun aksesoris khas Betawi. Faktor lainnya karena Srengseng Sawah dianggap memiliki potensi untuk mengembangan pariwisata budaya (cultural tourism).</p

    Perspektif Sosiologi tentang Kurikulum

    Get PDF
    This article aims to explain the thinking of four sociologist:Pierre Bourdieu, Michael W. Apple, Henry Giroux and Carlos Alberto Torres about the curriculum and explains the definition of curriculum in sociological perspective. The methodology used is by conducting literature review of books written by the four sociologists. There are two important conclusions in this paper (1) states practice a set of mechanisms of power through the use of discourse that is by forming educational texts to produce a variety of compliance in the form of values, worldview, and so forth. Curriculum as a form of state power is used in producing various world outlook which should be in line with the state perspective, (2) curriculum is a space where the agents with the interests and different capital fight each other to fight for position, influence, prestige and position. Need to do more in-depth discussion and review of curriculum in various aspects. The on putting pedagogical studies curriculum as a micro study. So far, the study of curriculum has been emphasizing more. ABSTRAKTujuan kajian ini dimaksudkan untuk menjelaskan pemikiran empat sosiolog yaitu Pierre Bourdieu, Michael W. Apple, Henry Giroux dan Carlos Alberto Torres tentang kurikulum dan menjelaskan definisi kurikulum dalam perspektif sosiologis. Metodologi yang digunakan adalah melakukan kajian pustaka dari buku-buku yang ditulis oleh empat sosiolog tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) negara menjalankan praktek kekuasaannya melalui penggunaan seperangkat mekanisme wacana yaitu dengan pembentukan teks-teks pendidikan untuk menghasilkan berbagai kepatuhan berupa nilai, cara pandang dunia, dan sebagainya. Kurikulum sebagai bentuk kekuasaan digunakan negara dalam memproduksi berbagai cara pandang dunia yang harus sejalan dengan cara pandang negara dan 2) kurikulum merupakan sebuah ruang dimana para agen dengan kepentingan dan modalnya yang berbedabeda saling bertarung untuk memperjuangkan posisi, pengaruh, prestis dan kedudukan. Perlu dilakukan diskusi dan kajian lebih mendalam tentang kurikulum dalam berbagai aspek. Selama ini kajian tentang kurikulum lebih banyak ditekankan pada kajian pedagogik yang lebih menempatkan kurikulum sebagai kajian mikro

    Aggressive Thoracic Spine Hemangioma Treated by Total En Bloc Spondylectomy: A Case Report

    Get PDF
    Introduction: Vertebral hemangioma (VH) is the most widely faced tumor in the vertebral column. It is generally asymptomatic and slowly growing. Moreover, the appearance of extraosseous extensions in vertebral hemangiomas is locally aggressive, causing neurological deficits, and should be distinguished from other vertebral hemangiomas based on its prognosis and treatment. Here we present a rare case of vertebral hemangioma caused by thoracic cord compression and healed by total en block spondylectomy.Objectives: We present a case of VH with extraskeletal expansion that caused the progressive neurologic deficit and was medicated by resection of the entire tumor.Methods: A 33-year-old female came to the Soetomo General Hospital outpatient clinic with the main complaints of back pain and being unable to move her legs since September 2021. In July 2021, the patient felt tingling in her lower extremities. The patient was still able to walk, but she felt the weakness develop. She still can urinate, but she has a defecation problem. There is no history of a palpable mass in some places. The patient is a housewife and she has no previous history of any disease.Results: The patient felt tingling in her lower limbs. She didn’t lose her to walk, but she felt the weakness develop. On the physical examination, there was a neurological deficit at the lower extremity. According to radiographic and histopathologic examination, the patient was diagnosed with VH at the T5 level. We then performed total en-block spondylectomy and posterior stabilization. As a result, the motoric part improved but sensory deficits still occurred. Neurological improvement happened during the follow-up in three months. An inevitable challenge awaits in terms of the medication of VH with extraskeletal expansion that causes neurologic deficits. &nbsp;Pre-operative diagnosis including radiologic and pathologic findings is essential for the strategy and decision for combative hemangioma. An unjustified diagnosis may lead to an inappropriate surgical strategy or the emergence of various complications.Conclusions: Vertebral hemangiomas with extraosseous extension causing spinal cord compression should be considered an aggressive benign tumor, and total excision that includes a tumor margin is indicated
    • …
    corecore