45 research outputs found

    PERAN MEDIA MASSA DALAM EDUKASI PENYADARAN SATWA DILINDUNGI (STUDI KASUS PENAYANGAN KAKAKTUA DILINDUNGI DI NET TV DAN TRANS TV)

    Get PDF
    Peran dan fungsi media massa dalam masyarakat sangat besar. Mengacu pada pemikiran McQuail, salah satu peran media massa adalah cerminan dari perilaku masyarakat yang diwakilinya. Melalui pemikiran media massa maka kita dapat memahami bagaimana opini dan perilaku masyarakat tersebut. Dalam konteks perlindungan lingkungan khususnya satwa dilindungi, peran media massa di Indonesia masih jauh dari fungsinya sebagai fasilitator edukasi masyarakat. Riset ini menunjukkan betapa rentannya media massa arus utama khususnya televisi dalam menayangkan satwa dilindungi dalam program hiburan mereka. Di sisi lain, media massa arus utama juga beberapa kali memuat kasus penyelundupan satwa dilindungi dan penangkapan pedagang satwa tersebut. Hal ini seharusnya memberikan masukan kepada pengelola media tersebut bahwa satwa dilindungi tidak boleh diperjual belikan, diburu, dikonsumsi, dan dipelihara tanpa ijin yang jelas dari pihak berwenang. Dengan menggunakan studi kasus intrinsik dari Stake, serta pisau analisis menggunakan teori jurnalisme lingkungan, komunikasi lingkungan, dan teori konservasi satwa, riset ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam menggali pemahaman pengelola media Net TV dan Trans TV dalam kasus penayangan satwa dilindungi khususnya burung Kakaktua dalam program hiburan mereka. Hasil riset ini menunjukkan adanya ketidakpahaman pada pengelola program hiburan tersebut tentang peraturan mengenai satwa dilindungi seperti yang tercantum dalam peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999 tentang Pemanfaatan dan Pengelolaan Tanaman dan Satwa Liar Dilindungi, serta Undang-Undang no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Umumnya mereka mencari sensasi dalam penayangan satwa tersebut dan tidak mencari tahu tentang aturan-aturan ini. Dampak dari penayangan ini dapat memberi pengaruh yang buruk secara signifikan kepada khalayaknya. Kata Kunci : Komunikasi Lingkungan, Satwa Dilindungi, Jurnalisme Lingkungan, Media Massa, Studi Kasu

    PERAN MEDIA MASSA DALAM EDUKASI PENYADARAN SATWA DILINDUNGI (STUDI KASUS PENAYANGAN KAKAKTUA DILINDUNGI DI NET TV DAN TRANS TV)

    Get PDF
    Peran dan fungsi media massa dalam masyarakat sangat besar. Mengacu pada pemikiran McQuail, salah satu peran media massa adalah cerminan dari perilaku masyarakat yang diwakilinya. Melalui pemikiran media massa maka kita dapat memahami bagaimana opini dan perilaku masyarakat tersebut. Dalam konteks perlindungan lingkungan khususnya satwa dilindungi, peran media massa di Indonesia masih jauh dari fungsinya sebagai fasilitator edukasi masyarakat. Riset ini menunjukkan betapa rentannya media massa arus utama khususnya televisi dalam menayangkan satwa dilindungi dalam program hiburan mereka. Di sisi lain, media massa arus utama juga beberapa kali memuat kasus penyelundupan satwa dilindungi dan penangkapan pedagang satwa tersebut. Hal ini seharusnya memberikan masukan kepada pengelola media tersebut bahwa satwa dilindungi tidak boleh diperjual belikan, diburu, dikonsumsi, dan dipelihara tanpa ijin yang jelas dari pihak berwenang. Dengan menggunakan studi kasus intrinsik dari Stake, serta pisau analisis menggunakan teori jurnalisme lingkungan, komunikasi lingkungan, dan teori konservasi satwa, riset ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam menggali pemahaman pengelola media Net TV dan Trans TV dalam kasus penayangan satwa dilindungi khususnya burung Kakaktua dalam program hiburan mereka. Hasil riset ini menunjukkan adanya ketidakpahaman pada pengelola program hiburan tersebut tentang peraturan mengenai satwa dilindungi seperti yang tercantum dalam peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999 tentang Pemanfaatan dan Pengelolaan Tanaman dan Satwa Liar Dilindungi, serta Undang-Undang no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Umumnya mereka mencari sensasi dalam penayangan satwa tersebut dan tidak mencari tahu tentang aturan-aturan ini. Dampak dari penayangan ini dapat memberi pengaruh yang buruk secara signifikan kepada khalayaknya. Kata Kunci : Komunikasi Lingkungan, Satwa Dilindungi, Jurnalisme Lingkungan, Media Massa, Studi Kasu

    Utilization Of Social Media In Giving Information Related To Activities And Performance Of Legislative Members (-A Case Study of Women Legislative Members in the Aceh People\u27s Representative Council (DPRA)

    Get PDF
    The existence of communication media cannot be separated from everyday human life today. Social media provides extraordinary benefits for members of Aceh House of Representatives (DPRA) to get closer to its people. The use of social media to socialize the performance of board members, absorb aspirations and information from the public. The qualitative research method and the case study approach used in this study, this study intends to describe the use of social media in providing information related to the activities and performance of women legislative members in the DPRA in carrying out political communication in Aceh\u27s local parliament. The results of the study conclude: 1). The importance of disseminating information on the performance of DPRA as part of the accountability of legislative members to the community that he represented. 2). The use of communication media provides both institutions and personal opportunities for their existence in carrying out their duties and functions in making qanun, supervision and budgeting. 3). There are diverse responses among women legislators in the management of communication media, especially social media, namely: a). A number of women legislators optimally utilizing this communication media, b). Some of these women legislators are still minimal in using social media to conduct political communication. c). There are women legislators who do not use this communication media properly and according to her the delivery of information to the media as riya

    STUDI KASUS PERGULATAN PEREMPUAN SELAKU LEGISLATOR ACEH DI PANGGUNG POLITIK PASCA ORDE BARU

    Get PDF
    Hasrat menjadi legislator bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba pada diri seorang perempuan, namun semuanya melalui proses pemikiran yang matang, Keinginan yang kuat dari dalam diri, memiliki kompetensi komunikasi politik yang baik dan baru menentukan pilihan dalam mengisi ruang publik. Selama ini politik diidentikkan dengan dunianya laki-laki, karenanya butuh motivasi yang kuat dari dalam diri calon legislator perempuan untuk mengisi ruang ini dan diperkuat dengan motivasi dari luar dirinya, ini yang kemudian akan membuat legislator perempuan akan mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Fenomenologi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus, kajian ini bermaksud untuk mendeskripsikan motivasi perempuan Aceh hadir di ruang publik dengan menjadi seorang legislator di dalam parlemen lokal Aceh. Hasil kajian menyimpulkan bahwa: 1). Ada dua motivasi yang mendorong perempuan Aceh untuk hadir dalam ruang politik dengan menjadi anggota legislatif dalam parlemen Aceh, yaitu motivasi interen dan motivasi ekstern. 2) motivasi interen itu adalah rasa empati,  kesadaran pada perempuan akan pentingnya kehadiran mereka dalam politik dan pengalaman organisasi. 3). Motivasi eksteren itu adalah; motivasi emosional, motivasi sosial, motivasi agama, motivasi politik dan motivasi ekonomi. 

    Communication Strategy Of The Nasdem Party “Politics Without Dowry” (Case Study Of Political Marketing Communication Strategies In The 2014 And 2019 Elections)

    Get PDF
    The large number of parties in the 2014 and 2019 elections meant that political parties must compete for political power. Political marketing strategies are needed to gain the most votes and become the winner of the five-year Democratic Party. Nasdem Party became one of the parties that experienced fierce political rivalries between political parties, due to the fact that many old political parties have experienced. Nonetheless, the Nasdem Party as the new party won the most votes and won the 2014 and 2019 elections. Therefore, the purpose of this research is to understand how the political marketing communication strategy used by Nasdem's party to win the 2014 and 2019 elections. The research uses concepts of political parties, political campaigns, and political marketing communications using qualitative methods with a case study approach and in-depth interviewing techniques. As a result, the sales oriented party political marketing communications strategy used by the Nasdem Party in the 2014 and 2019 elections led to the most votes cast in various places. The strategy aims to gain a share of the votes of the electorate, and a representation of the party and the figures being 'sold' by the political party. Candidates' figures are personally more likely to have strong implications for winning the elections than political parties' ideology. The strategy aims to gain a share of the votes of the electorate, and a representation of the party and the figures being 'sold' by the political party. Candidates' figures are personally more likely to have strong implications for winning the elections than political parties' ideology. The strategy aims to gain a share of the votes of the electorate, and a representation of the party and the figures being 'sold' by the political party. Candidates' figures are personally more likely to have strong implications for winning the elections than political parties' ideolog

    Analisis Wacana Kritis Objektivikasi Anak Perilaku Sharenting di Instagram Risa Saraswati

    Get PDF
    AbstrakPerilaku sharenting yang mengarah pada objektivikasi anak sering ditemui di media sosial Instagram. Perilaku ini sering dilakukan oleh selebriti Instagram, yaitu selebgram. Selebgram sebagai orang tua yang memiliki anak mengunggah foto, video, dan keterangan teks tentang keseharian anak mereka. Informasi yang dibagikan juga tidak jarang terkait dengan informasi privasi anak mereka. Salah satu selebgram yang melakukan perilaku sharenting di Instagram adalah Risa Saraswati. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Van Dijk guna untuk membongkar wacana teks yang diproduksi dengan berdasarkan kognisi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui objektivikasi anak pada perilaku sharenting di Instagram Risa Saraswati. Penelitian ini menemukan empat macam objektivikasi anak yang dilakukan pada perilaku sharenting di Instagram pada analisis teks, yaitu objektivikasi anak pada tumbuh kembang anak, objektivikasi anak sebagai endorsement, objektivikasi anak pada tingkah lucu anak, dan objektivikasi anak menjadi selebgram. Pada analisis kognisi, Risa Saraswati tidak sadar secara penuh tentang dampak yang didapat dari mengunggah konten anak secara visualisasi maupun keterangan teks dimedia sosial. Risa Saraswati berpikir bahwa membagikan foto dan video anak di Instagram merupakan cara yang baik untuk berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat dekat lainnya. Pada analisis konteks sosial, penelitian ini menemukan banyak masyarakat, khususnya pengguna Instagram yang mendukung perilaku sharenting yang mengarah pada objektivikasi sharenting dengan komentar yang dominan positif terhadap unggahan Risa Saraswati tentang anaknya di Instagram. Hak privasi anak dikesampingkan oleh orang tua mereka. Hak anak dianggap menjadi bias karena usia anak yang belum dapat menentukan pilihannya. AbstractSharenting behavior that leads to objectification of children is often found on Instagram social media. This behavior is often carried out by Instagram celebrities, namely celebrities. Celebgrams as parents who have children upload photos, videos, and text descriptions about their children's daily lives. The information shared is also often related to the privacy information of their children. One of the celebrities who does sharenting behavior on Instagram is Risa Saraswati. This research uses Van Dijk's critical discourse analysis method in order to dismantle the discourse of texts produced based on social cognition. This study aims to determine the objectification of children in sharing behavior on Risa Saraswati's Instagram. This study found four kinds of objectification of children carried out on sharenting behavior on Instagram in text analysis, namely objectification of children to child development, objectification of children as endorsements, objectification of children to funny behavior of children, and objectification of children to celebrities. In the cognitive analysis, Risa Saraswati is not fully aware of the impact that can be obtained from uploading children's content through visualization and textual information on social media. Risa Saraswati thinks that sharing photos and videos of children on Instagram is a good way to communicate with family and other close relatives. In analyzing the social context, this study found that many people, especially Instagram users, support sharenting behavior which leads to the objectification of sharenting with predominantly positive comments on Risa Saraswati's uploads about her child on Instagram. Children's right to privacy is overridden by their parents. Children's rights are considered to be biased because the child's age has not been able to determine his choice

    Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis

    Get PDF
    Reformasi di Indonesia membawa iklim demokrasi yang makin terbuka, artinya tidak harus orang yang berasal dari pendidikan jurnalistik, namun saking terbukanya di beberapa tempat tidak ada saringan terhadap profesi ini. Fenomena seperti ini sangat mungkin terbuka adanya potensi penyalahgunaan profesi yang berkedok jurnalis. Tulisan yang dihimpum melalui action research dengan metode kualitatif ini ini akan mengungkap beberapa fenomena penyalahgunaan profesi wartawan, khususnya untuk memperoleh penghasilan dengan menggunakan profesi wartawan sebagai kedok, antara lain dengan melakukan ancaman memberitakan sesuatu yang dilakukan oleh narasumber atau objek berita yang pada akhimya meminta sejumlah imbalan agar masalah yang menimpa narasumber tidak dipublikasikan atau meminta paksa profil dan aktivitas narasumber untuk dipublikasikan kemudian meminta jasa atas publikasi tersebut. Kekurangpahaman narasumber atau masyarakat tentang profesi wartawan itu sendiri makin menyuburkan praktek penyimpangan profesi wartawan

    Peluang dan Tantangan LPP TVRI NTT dalam Mengemas Program Acara Kemas Budaya Sebagai Upaya Melestarikan Kebudayaan di Provinsi NTT

    Get PDF
    Budaya adalah sesuatu yang sangat berharga yang diwariskan turun-temurun untuk dijaga dan juga dilestarikan. Perkembangan pada era teknologi digital masa kini semakin canggih, pada dasarnya perkembangan seharusnya tidak membuat kita melupakan asal-usul kebudayaan lokal daerah dan warisan kebudayaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Peluang dan Tantangan Televisi Lokal dalam mengemas Program  Acara Kemas Budaya sebagai Upaya Melestarikan Kebudayaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jenis penelitian metode analisis data kualitatif dan model interaktif ini berusaha untuk membahas dan mendeskripsikan bagaimana mekanisme produksi program acara kemas budaya pada LPP TVRI NTT sebagai bentuk upaya melestarikan budaya di NTT dengan mengembangkan konsep mengumpulkan data dan fakta. Isi pesan yang mengandung informasi nilai-nilai kebudayaan yang ada di Provinsi NTT bisa dipromosikan secara sistematis, terstruktur, dan persuasif apabila didukung oleh segenap pemangku kepentingan baik itu pemerintah, termasuk oleh media lokal dalam hal ini LPP TVRI NTT sebagai stasiun Televisi lokal. Melalui pemanfaatan teori komunikasi, diharapkan informasi kebudayaan dapat menjadi angle/headline program acara yang menarik minat khalayak serta memberikan pemahaman yang kuat bagi masyarakat untuk dapat terus menjaga dan juga mewariskannya kepada generasi mendatang

    The role of celebrity radio DJs in contemporary radio industry: a case study of Prambors network

    Get PDF
    In music radio broadcasts, radio DJs play an important role in the success of broadcast programs. The words and expressions used are very important in building relationships with the listener. As a form of business development, Prambors Radio forms a network that broadcasts homogeneous content simultaneously. For efficiency reason, the company uses national television celebrities as radio DJs for the listeners’ needs. This study uses the commercial radio station Prambors Radio Network broadcast in nine cities in Indonesia as an exemplar for understanding the commodity process of radio workers. Using Vincent Mosco's key theories, the commodification of labor, to explain how services and ideas transform into commodities or trade objects, this research argues that Prambors Network uses national celebrity radio DJs not only to broaden the broadcast reached, but also to attract advertisers as well. Celebrity radio DJs, in particular, are leased by the company to the fans and are expected to increase audience number (share) for the benefit of client products. Through qualitative interviews with radio owners, workers, and observations, this research shows that Prambors Network has created a new strategy to build proximity with listeners by utilizing celebrity radio DJs for AC Nielsen radio rating and number of listeners. Their fame is used in all radio promotional materials, both on prime time morning show and promotion of the radio brand itself. The results of the exploitation of national celebrities as radio DJs are marginalization of local human resources and the broadcasting of Jakarta-centric information

    Broadcasting Law 32/2002: A Case of the Indonesian Government’s Indecisiveness towards the Implementation of Radio Network

    Get PDF
    Even though the growth of radio networks in Indonesia has only reached number 15, these networks have branches in all major cities by transferring the ownership of local radios. Radio network is regulated but only in terms of quantity and share of ownership. Broadcast licenses are issued only for limited areas, but with the development of technology, broadcast coverage area becomes unlimited. The 2002 Indonesian Broadcasting Law No.32 manages the amount of local content percentage, and regulatory process and actions for violating local content regulations are difficult to do. The duality of regulatory authority between the Ministry of Communication and Informatics of the Republic of Indonesia and the Indonesian Broadcasting Commission causes the regulations to be very flexible, leaving gaps that tend to benefit radio owners and exclude public interests. This article investigates the extent of the implementation of the Indonesian Broadcasting Law on radio network in Indonesia. This study uses a critical paradigm to uncover the reality and criticism of the dominant system formed by a series of social, political, and economic factors. Mosco identifies the existence of relations between social agents and social practices in which structuration in the theory of political economy of the media means building relationships for the interests of the capitalists. This is reinforced by Antonio Gramsci’s concept of hegemony, stating that the authorities want to dominate profits. The discussion on networked radio in this article identifies that regulatory loopholes are used by established radio owner groups for opportunities to concentrate radio ownership nationally
    corecore