397 research outputs found

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

    Get PDF
    This study aims to describe the application of direct learning models and describe the effectiveness of direct learning models to increase  the self-reliance and learning achievement of learners in the XII class of science at SMA Negeri 1 Kota Agung. The design of the research used was Class Action Research (PTK) and experimental research. The subject in this study is an XII class science at SMA Negeri 1 Kota Agung during semester 2 of the 2020/2021 school year. As for number of students for the PTK class was 25 people, for the experimental class there were 25 people, and for the control class there were 26 people. The method of collecting data in this study uses the teacher activity, observation sheet application of a direct learning model (direct instruction), a self- reliance observation sheet learning and student learning result. The data analysis uses an average score and tests made up of different tests between cycles and two separate samples that are unrelated. Research shows that application of direct learning models can enhance efficiency, learn and effectively improve students learning on XII science class economics at SMA Negeri 1 Kota Agun

    POLA ASUH PEMBERIAN STIMULASI BERBAHASA TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PUSKESMAS WILAYAH BANTEN

    Get PDF
    Abstrak Peran orang tua dalam mengasuh merupakan faktor yang penting dalam mencapai perkembangan anak yang optimal termasuk perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa yang optimal dapat didukung dengan pemberian stimulasi berbahasa secara berkesinambungan, seperti bermain bersama, membaca buku dongeng, mengajak anak bernyanyi, memberikan buku bergambar, bahkan berdialog dengan anak mampu meningkatkan pemahaman dan respon anak dalam berbahasa. Interaksi antar aorag tua dan anak juga dibutuhkan untuk pemantauan tumbuh kembang agar dapat melakukan deteksi dini bila terjadi perkembangan bahasa yang tidak sesuai atau keterlambatan bicara. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemberian stimulasi berbahasa terhadap perkembangan bahasa pada anak usia 3-5 tahun di Puskesmas Wilayah Banten. Penelitian merupakan studi analitik observatif menggunakan metode potong melintang. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik konsekutif dengan subyek orang tua serta anak usia 3-5 tahun sebanyak 71 responden. Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan kuesioner pemberian stimulus dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), kedua kuesioner tersebut digunakan untuk menilai frekuensi orang tua dalam pemberian stimulus dan perkembangan bahasa pada anak. Analisis hasil penelitian menggunakan uji statistik Chi-square, dan dari hasil analisis pada penelitian ini didapatkan nilai p < 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi berbahasa dengan perkembangan bahasa anak. Kata kunci: Pola asuh, stimulasi berbahasa, perkembangan bahasa, keterlambatan bicara Abstract Parenting is important in achieving optimal child development, including language development. Providing continuous language stimulation, such as playing together, reading fairy tales, singing together, giving illustrated magazine and having dialogue with children can improve children’s understanding and response in language. Parent-child interaction is also needed to monitor growth and development so that early detection can occur if there is speech delay. This study was made to know the relationship between language stimulation and language development in children aged 3-5 years at the Health Center in Banten region. Design of the research used analytic observational and the study used cross sectional  method. The sampling method was carried out by consecutive technique, parents and children aged 3-5 years as subjects and total 71 respondents collected. Research data collected using language stimulation questionnaire and Developmental Pre Screening Questionnaire to asses language development in children. Analysis of the study used the Chi-Square statistical test, and the p-value < 0,05 was obtained, therefore it can be conclude that there is a significant relationship between the language stimulation and language development in children Keywords: Parenting, language stimulation, language development, speech delay

    OPTIMASI KADAR KALSIUM KARBONAT BUATAN SEBAGAI REPLACEMENT SEBAGIAN PORTLAND CEMENT PADA KUAT TEKAN BETON

    Get PDF
    Proyek akhir ini bertujuan untuk mengoptimasi kadar kalsium karbonat buatan sebagai replacement sebagian semen pada kuat tekan beton. Prosentase kadar kalsium karbonat pada penelitian ini sebesar 3%. Proyek akhir ini dimulai dengan pengujian modulus kehalusan butir kalsium karbonat buatan dan kadar air kalsium karbonat kemudian dilanjutkan dengan pengujian agregat kasar dan agregat halus. Langkah selanjutnya adalah pembuatan benda uji berupa silinder beton dimensi 15cm x 30cm dengan 9 buah silinder, untuk masing-masing beton tanpa kalsium karbonat buatan 9 buah silinder dan beton dengan kalsium karbonat buatan 9 buah silinder. Pengujian untuk beton tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu dengan Hammer Test dan alat uji tekan. Pengujian dilakukan pada saat beton berumur 14, 21, dan 28 hari. Dari hasil proyek akhir menunjukan bahwa kuat tekan beton tanpa kalsium karbonat buatan sebesar 14,4166 MPa. Sedangkan beton dengan kalsium karbonat buatan 3% memiliki kuat tekan sebesar 14,537 MPa. Berdasarkan hasil korelasi rumus persamaan kuadrat dari data sebelumnya yaitu 3%, 5%, dan 10%, untuk beton dengan kadar kalsium karbonat buatan 15% terprediksi dengan bantuan grafik kuat tekan beton sebesar 9,74 MPa. Dari proyek akhir diperoleh besar kuat tekan beton terprediksi pada kadar 15% dengan data kuat tekan beton kadar kalsium karbonat buatan 3%, 5%, dan 10%. Dan optimasi kadar kalsium karbonat buatan terprediksi 7,6% dengan kuat tekan 17,908 MPa berdasar campuran beton diantara kadar 3%, 5%, dan 10%

    PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI USIA 3-5 TAHUN DI PUSKESMAS WALANTAKA

    Get PDF
    Pola asuh didefinisikan sebagai gaya pengasuhan orang tua saat membimbing serta mendampingi anak dalam berkembang menjadi dewasa. Terdapat empat tipe pola asuh, seperti authoritarian, authoritative, permissive, dan neglectful. Masa prasekolah yang terjadi pada usia anak 3-5 tahun mengalami golden period sebagai tahapan utama terhadap dampak perkembangan selanjutnya meliputi perkembangan kognitif, motorik, bahasa, emosi dan perilaku. Perkembangan sosial mengacu pada kemampuan anak untuk membentuk dan menjaga hubungan yang bermakna dengan orang lain. Perkembangan emosi adalah kecakapan anak dalam hal mengekspresikan, mengelola emosinya serta menanggapi emosi orang lain dengan tepat. Penelitian ini bertujuan dalam mengetahui hubungan pola asuh yang dijalankan oleh orang tua terhadap perkembangan sosial emosi anak usia 3-5 tahun, pada penelitian ini digunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional kepada 71 responden. Variabel bebas adalah pola asuh. Variabel terikat adalah perkembangan sosial dan emosi. Pola asuh orang tua dinilai menggunakan PSDQ, perkembangan sosial menggunakan KPSP serta perkembangan emosi menggunakan KMPE. Hasil penelitian didapatkan 70 (98,6%) orang tua menerapkan pola asuh otoritatif yang berdampak terhadap perkembangan sosial tidak delay pada 59 (84,3%) anaknya, namun terdapat suspek gangguan perkembangan emosi pada 63 (90%) anaknya. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dengan perkembangan sosial anak (p=0,666) dan perkembangan emosi anak (p=0,739). Di sisi lain, terdapat faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosi anak usia 3-5 tahun yakni, profesi orang tua terhadap perkembangan emosi terlihat p-value sebesar 0,018 dan faktor jumlah anak dengan perkembangan emosi yang dilihat dari p-value 0,04 &lt; 0,05

    WAJIB BELAJAR (WAJAR) SEMBILAN TAHUN DALAM PERSPEKTIF PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR

    Get PDF
    Education for all has been stipulated in the Preamble of 1945 Constitution of Republic of Indonesia. As from the proclamation of Independence Day, the Indonesian government has been developing national education to give the Indonesians equal and broad opportunity to have access for education. This article discusses the implementation of nine years’ compulsory education program to provide the citizens with equal access for education and simultanously to improve basic education quality. The discussion is focused in planning, implementation, and outcomes of the program, as it is assumed that the three aspects are inter-related each others in achieving the target. The discussion concludes, the nine years’ compulsory education program in Indonesia is implemented through improving the opportunity to have basic education for all school age children and simultaneously to accelerate the quality of education. However, to reach the target of quality some recommendations are provided

    PENDAMPINGAN MENAPIS DENGAN PAPAN TEKANG BAGI PENGRAJIN PEMULA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DI DESA BANDING KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

    Get PDF
    The decline in the skills of the community in weaving the distinctive original pepadun tapis is a challenge in preserving the authentic tapis cloth of Lampung's indigenous culture. The purpose of this activity is to enhance the skills of novice tapis weavers in weaving the distinctive original pepadun tapis using a tekang board in the Banding Village, Banding District, Desa Banding&nbsp; &nbsp;Regency. Offline training was conducted, involving 15 novice tapis weavers with pepadun motifs. The training process consisted of three stages: preparation, implementation, and evaluation. The primary materials and tools used in this training activity included a set of tapis weaving tools, consisting of gold thread, regular thread, fabric, needles, scissors, and the tekang tapis board. The training instructor was a senior tapis weaver of the distinctive original pepadun tapis, also serving as the coordinator of tapis weavers in Banding Village, who were part of the Tapis Jejama group. The results of the activity show that novice tapis weavers in Banding Village have a basic understanding of weaving the distinctive original pepadun tapis but lacked honing of these skills. Designing pepadun tapis motifs and sewing are fundamental skills that novice weavers need to continuously practice. Novice tapis weavers of the distinctive original pepadun tapis expressed that this training activity has rekindled their awareness of weaving as an authentic Lampung cultural tradition and has renewed their skills in weaving using the tekang board

    HUBUNGAN MOVEMENT BEHAVIOUR DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN PADA SISWA/I SMP

    Get PDF
    Sejak bulan Maret 2020, Indonesia dan negara-negara di dunia dihadapkan dengan pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 ini memiliki tingkat penularan yang tinggi sehingga pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kebijakan yang membatasi pergerakan. Kebijakan dirasakan dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pendidikan yaitu pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh tersebut mengubah pola perilaku sehari-hari atau movement behaviour pada anak dan remaja. Movement behaviour tersebut mencakup penurunan tingkat aktifitas fisik, durasi tidur yang tidak sesuai dan peningkatan kegiatan sedentary. Perubahan perilaku tersebut dapat berpengaruh terhadap berat badan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan movement behaviour dengan perubahan berat badan sebelum dan selama pandemi COVID-19 pada siswa SMP di Sekolah Menengah Pertama Tarakanita, Tangerang. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain potong-lintang dengan jumlah responden adalah 239 siswa. Pengambilan sampel secara online dengan pengisian kuesioner. Hasil yang didapatkan, karakteristik movement behaviour sebagian siswa 177 (74,1%) melakukan aktifitas fisik kurang dari 1680 MET-menit/ minggu, 157 (65,7%) siswa tidur dengan durasi 6-8 jam, 70 (29,3%) siswa melakukan sedentary behaviour dengan durasi 3-4 jam dan 123 (51,5%) siswa tidak memenuhi ketiga pedoman Movement Behaviour. Sebagian besar siswa 226 (94,6%) mengalami perubahan berat badan dan 13 (5,4%) siswa tidak mengalami perubahan berat badan sebelum dan selama pandemi. Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara movement behaviour dengan perubahan berat badan dengan r=-0,195 dan p=0,003

    HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP STATUS GIZI ANAK 3-5 TAHUN DI PUSKESMAS WALANTAKA

    Get PDF
    Status gizi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan dalam metabolisme tubuh. Banyaknya anak yang menderita gizi kurang, gizi lebih atau gizi buruk disebabkan dari dari ketidak tahuan atau kurangnya pengetahuan orang tua di Indonesia. Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi yang bayak terjadi di Indonesia. Ada dua hal yang dapat mempengaruhi status gizi anak yaitu asupan gizi yang kurang dan penyakit infeksi. Nutrisi memainkan peran penting dalam menyembuhkan penyakit. Dengan nutrisi akan memberikan makanan tinggi kalori, protein, dan vitamin-mineral yang cukup untuk mencapai status gizi yang optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dalam pemberian nutrisi dengan status gizi anak. Penelitian analitik dengan desain cross sectional. Variabel bebasnya adalah pemberian asupan nutrisi. Variabel terikatnya adalah status gizi anak. Penelitian dilakukan di Puskesmas Walantaka Kota Serang. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan pengukuran berat badan serta tinggi badan. Jumlah sampel adalah 70 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 46 ibu (65,7%) yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian asupan nutrisi yang tepat dan 24 ibu (34,4%) yang memiliki informasi atau pengetahuan kurang tepat tentang gizi. Terdapat anak dengan status gizi normal sebanyak 36 orang (51,4%), anak dengan status gizi kurang sebanyak 31 orang (44,3%) dan anak dengan status gizi lebih sebanyak 3 orang (4,3%). Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian asupan nutrisi oleh orang tua terhadap status gizi anak usia 3 – 5 tahun di Puskesmas Walantaka Kota Serang dengan p-value &lt;0,05
    • …
    corecore