10 research outputs found

    Stigmatisasi terhadap Tiga Jenis Seni Pertunjukan di Banyuwangi: dari Kreativitas Budaya ke Politik

    Get PDF
    This research aims to fi nd out how stigmatization toward Banyuwangi people throughthree performing arts: Damarwulan, Gandrung and Banyuwangi local music. At thefi rst emergence of three performing arts come from cultural creativity has backgroundof each. In their developments, these three performing arts genres becomes even morepopularized, for not only Banyuwangi people but also Javanese people especially EastJava and Middle Java. This popularization happened along with social, cultural andpolitical change in Java, especially Banyuwangi. Along with this, all of this social,cultural and political change becomes stigmatized towards the three performing artsin Banyuwangi. This stigmatization is related to social reality and political events inBanyuwangi especially in the postcolonial era.This research concludes that there is no purpose from artists to create a stigmatizationtoward three performing arts in Banyuwangi; Damarwulan, Gandrung and Banyuwangilocal music. There is no evidence of giving stigmatization when the artists produce thespecifi c art forms. This stigmatization happens along with social, cultural, political changein the history of Banyuwangi

    PERANCANGAN BUKU KOSTUM DAN TATA RIAS GANDRUNG BANYUWANGI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DAERAH

    Get PDF
    Gandrung merupakan salah satu seni tari tradisional khas Kabupaten Banyuwangi. Seni tradisional sangat rentan terhadap modernisasi dan pengaruh perkembangan global. Berbagai upaya dilakukan sebagai bentuk pelestarian aset budaya lokal ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil perancangan buku kostum dan tata rias tari Gandrung Banyuwangi sebagai upaya peletarian kesenian daerah. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan menggali informasi di lapangan. Sumber data penelitian ini didapat dengan metode snowball dengan teknik wawancara. Nara sumber terdiri dari 3 golongan narasumber yaitu seniman dan penari gandrung, tokoh masyarakat dan tokoh budaya serta perias dan sanggar tari. Wawancara dilakukan dengan melakukan pencatatan hasil wawancara, rekaman proses wawancara dan dokumentasi. Bahan wawancara meliputi deskripsi masing-masing nara sumber terhadap bagian-bagian kostum dan tata rias penari Gandrung. Wawancara juga dilakukan dengan media gambar atau foto penari Gandrung untuk memudahkan pembahasan dengan nara sumber. Data wawancara disusun sesuai dengan kategori jawaban atau informasi dari nara sumber. Analisis data dilakukan dengan metode triangulasi 3 nara sumber. Hasil analisis triangulasi menjadi bentuk pendekatan standar kostum dan tata rias tari Gandrung Banyuwangi. Tahap selanjutnya, melakukan penyusunan buku kostum dan tata rias dengan melibatkan seorang penari Gandrung dan seorang tata rias serta fotografer profesional

    Budidaya Naga di Kebun: Pengolahan Buah Naga dalam Rangka Peningkatan Produksi Ekonomi Desa Bululor, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memotong mata rantai kemiskinan di Desa Bululor, Kecamatan Jambon. Mata rantai kemiskinan di Desa Bulu Lor dapat dipotong jika masyarakat mampu mengubah pola pikir terkait tanaman pertanian. Tanaman pertanian untuk konsumsi didiversifikasi dengan tanaman alternatif untuk produksi. Berubahnya pola pikir ini akan mengubah jenis tanaman pertanian dari padi ke buah naga. Efeknya adalah lahan pertanian tidak hanya untuk tanaman padi (baca=konsumsi), tetapi masyarakat sudah berpikir lahan pertanian dan pekarangan kosong juga digunakan untuk buah naga (baca=produksi). Perubahan pola pikir dan diversifikasi tanaman pertanian akan mampu meningkatkan income lebih untuk kenaikan taraf ekonomi masyarakat. Nantinya dengan banyak munculnya wirausahawan buah naga maka pendapatan masyarakat meningkat. Peningkatan pendapatan masyarakat berelasi dengan meningkatnya tingkat pendidikan generasi muda. Jika tingkat pendidikan sudah mulai mengalami peningkatan maka secara perlahan angka kemiskinan di tahun berikutnya sedikit dapat dikurangi. Melalui tulisan ini disimpulkan adanya agen dari luar sangat diperlukan bagi masyarakat Desa Bulu Lor. Agen berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang budidaya buah naga. Dengan adanya agen akan dapat memotong mata rantai pola pikir masyarakat yang cenderung take it for granted, sehingga masyarakat terbuka peluangnya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri

    Perempuan Dan Gaya Hidup Barat Di Kota Yogyakarta Pada Awal Kemerdekaan Indonesia

    No full text
    The article came as the inheritance reconstruction of the colonial effect phenomenon in Yogyakarta after the declaration of independence. It is interesting to discuss how the people of Yogyakarta show an anti-Netherland attitude toward colonial heritage, which is interpreted widely as anticolonial and anti-Netherland, but accept western lifestyle in daily life. The spread of western lifestyles makes Yogyakarta women begin to reconstruct culture to look for a new identity in their life which is paradoxical with the mainstream attitude and behavior of Yogyakarta people at the beginning of Independence Day. The paper aims to explain the acceptance of women in Yogyakarta to western lifestyles in daily life amidst the strengthening of anti-western sentiment. This paper presents the historical study result using the historical method with the stage of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. This study used modernization theory. Modernization has a significant influence on the easy access of women in Yogyakarta to keep up with the times. The study shows how western lifestyles grew and became a trend of women?s appearance in Yogyakarta at that time

    DANGDUT: SEBUAH REALITA GLOBALISASI KEBUDAYAAN TIMUR DAN BARAT

    Get PDF
    This research come from a reason how to reconstruction of development dangdut music as a national identity. During this time we know that dangdut music has a label as a nusantara music which come from acculturation and adoption from India music. Dangdut music that we enjoying today cannot be separated from political influence from old orde till new orde. This political power interesting to explored not only from art and culture perspective but also from the existence of dangdut music today. To answer those curiousity, this research using historical methode. Book and archive is a primary source in this research. Purpose of this research is reconstruction of rising dangdut music till making dangdut music as a national identity. Conclusion of this research is dangdut is genre of music which seen as identity, actually dangdut music come from acculturation between India, China, Melayu and Far East. In the Rhoma Irama era that called as Raja Dangdut (King of Dangdut) the rock music feel so deep in dangdut music. This is because influence of westernization come to Indonesia in new orde. Penelitian ini muncul sebagai sebuah upaya untuk merekonstruksi perkembangan music dangdut sebagai identitas nasional. Selama ini dangdut mendapat label sebagai music nusantara yang lahir dari hasil akulturasi atau adobsi dari music India. Nyatanya dangdut yang sekarang kita nikmati tidak telepas dari pengaruh politik dari masa orde lama hingga orde baru. Kuasa politik inilah yang menarik untuk diteliti tidak hanya dari perspektif kesenian dan budaya namun juga dalam melihat music dangdut saat ini. Untuk menjawab kuriositas tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Buku dan arsip menjadi sumber primer dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini antara lain: untuk mengonstruksi munculnya music dangdut hingga pembentukan music dangdut sebagai identitas nasional. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu: Dangdut, sebagai suatu genre musik yang dipandang sebagai identitas, ternyata jika lihat sejarah perkembangannya, merupakan suatu yang hadir atau tercipta berkat akulturasi. Budaya yang bercampur tersebut dari India, China, Melayu, Timur Tengah. Bahkan pada era Rhoma Irama (raja dangdut) muncul, nuansa rock yang sangat terlihat sekali dalam dangdut. Nuansa Rock ini sebagai hasil dari pengaruh westernisasi yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru

    CORRELATION STUDY BETWEEN EXTRA CULICULAR ACTIVITIES SCOUT WITH STUDENT LEARNING DISCIPLINE CLASS XI IPS SMA PGRI PURWOHARJO EVEN SEMESTER 2014/2015 DOCTRINE

    No full text
    AbstractExtracurricular activities are a series of programs of teaching and learning activities outside the programmed lesson hours, which are intended to increase motivation and learning discipline. For example: in extracurricular activities scouts are camps that teach students to be independent, disciplined and get to know the surrounding environment. Likewise, groups of sports and arts activities which are extra activities that are more engaged in developing the talents and creativity of students, in the field of sports, students can express their physical functions through movements such as jumping, running and so on.Keywords: Extracurricular, learning disciplin

    THE UTILIZATION OF HISTORICAL OBJECTS IN THE NATIONAL MUSEUM AS A SOURCE OF HISTORY LEARNING IN SMA NEGERI 1 BANYUPUTIH, BANYUPUTIH DISTRICT, SITUBONDO REGENCY

    No full text
    AbstractIn carrying out teaching and learning activities as a teacher, it is appropriate to use learning resources, because the use of learning resources is very important in the context of teaching and learning. It is said that because the use of learning resources will be able to help and provide learning opportunities that participate and can provide concrete learning lessons. Then it can also broaden the horizons in the classroom, so that the predetermined learning objectives can be achieved efficiently and effectively. The current phenomenon, learning resources available in the environment are still underutilized so that the implementation of the teaching and learning process is also less than optimal resulting in the expected quality of education has not yet been achieved. One of the learning resources that can be used and considered cheap is a museum. Keywords: Museum, history, teaching and learnin

    THE ROLE OF THE SINDEN IN THE PERFORMANCE OF THE JANGER BONGKORAN GROUP

    No full text
    ABSTRACT Janger art is a drama or theater arts that is equipped with stage or stage, musical instruments, songs, jokes and dances that have uniqueness mix between culture of Bali and Java. Janger art is an art that displays the story or story that mostly taken from the story puppet, legend, and other folklore.In the performance, janger has many components and members who have their respective duties. Like musical instruments such as gamelan accompaniment, then there are also players or plays in the staging, as well as sinden as a singer during the show. In singing, sinden accompanied by Javanese gending songs. Sinden is a woman who sing with accompaniment of Javanese gending songs in janger art performances. Sinden has a role as a voice to accompany dance to narrate the way the story is played in a janger show. Sinden also has another role that is as the attraction of janger art, by bringing the songs of Java with a melodious voice and makeup and beautiful costumes are able to attract a lot of audience attention to watch the janger show.   Keyword : Sinden, Janger culture, Bongokoran Villag
    corecore