7 research outputs found

    Peningkatan Keterampilan Guru Membuat LKPD Melalui Workshop Di SDN 026 Tanjung Selor

    Get PDF
    The problem in this study is the low skill of teachers in making LKPD at SDN 026 Tanjung Selor. The research subjects were 8 teachers. Data collection techniques with observation and documentation techniques. Data analysis was performed using a comparative descriptive technique. The results of the observation assessment of discussion activities showed that in the initial conditions the score showed 45.94 in the LACK criterion and no teachers were declared complete, in the first cycle it increased to 68.75 in the SUFFICIENT criteria with 4 teachers or 50% declared complete, and in the end of the second cycle increased to 81.82 in the GOOD score qualification with 8 teachers declared complete (4 teachers or 50% in the VERY GOOD category and 4 teachers or 50% in the GOOD score criteria). From the research data in the activity it can be concluded that the Workshop on 8 teachers at SDN 026 Tanjung Selor was declared SUCCESSFUL in improving teacher skills in making LKP

    IMPLEMENTASI LARANGAN PARKIR BAGI PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR DI FLYOVER KOTA PEKANBARU BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

    Get PDF
    But in reality, in the observations of the authors of the vehicles that we encountered, both four-wheeled and two-wheeled, almost every evening until evening, vehicles were found parked on the Flyover on the Sudirman street, Tuanku Tambusai, Sukarno Hatta and HR Subrantas. While the government has clearly provided a symbol of prohibition to stop on the bridge and in the traffic law it clearly states that everyone driving a motorized vehicle on the road is obliged to comply with the stopping and parking requirements. This is dangerous because the flyover is built only for passing vehicles and the vehicle is prohibited from parking or stopping along the body of the flyover because the flyover is not prepared not for stopping vehicles. This type of research is research conducted by identifying the law on how the effectiveness of the law applies in society. The conclusion is that the implementation of the prohibition on parking for motorized vehicle riders in Pekanbaru City flyovers based on Law Number 22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation which results in disruption of road functions based on Law Number 22 of 2009 is less effective and maximal. This is because there are still many people who do not know about these regulations, Lack of Socialization of Law Number 22 Year 2009 from Law Enforcement Officials, Lack of firm law enforcement officials in implementing criminal sanctions, and Lack of Legal Awareness of the Community itself. Obstacles Faced in the Implementation of the Parking Prohibition for Motorized Vehicle Riders on Flyover in Pekanbaru City Based on Law Number 22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation are the Legal Substance, Legal Structure, Legal Culture and Facilities or Facilities and the limited facilities and infrastructure. Efforts made to overcome obstacles in the Implementation of the Parking Prohibition for Motorized Vehicle Riders at Pekanbaru City Flyovers Based on Law Number 22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation are that peace and traffic order is by fostering mutual assistance and assistance among the enforcement officers and the public, the public workers' office of transportation without neglecting their respective interests in the framework of increasing obedience and compliance, thus the Government's hope of improving services in traffic order in a peaceful and orderly condition in the regions can be realized. Apart from that, the implementation of traffic control, tranquility and orderliness can also be carried out by utilizing public facilities and facilities, increasing legal awareness, increasing the number of police personnel in the traffic sphere and repressive actions. Keywords: Implementation, No Parking, Flyover  Namun pada kenyataannya dalam pengamatan penulis kendaraan yang kami jumpai baik roda empat maupun roda dua, hampir setiap sore hingga malam hari ditemukan kendaraan yang parkir di Flyover yang ada dijalan Sudirman, Tuanku Tambusai, Sukarno Hatta dan HR Subrantas. Sementara pemerintah sudah dengan jelas memberikan simbol larangan untuk berhenti dijembatan tersebut serta didalam undang-undang lalu lintas tersebut dengan tegas mengatakan setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan berhenti dan parkir akan diberikan sanksi. Hal ini berbahaya karena Flyover tersebut dibangun hanya untuk kendaraan yang melintas dan kendaraan dilarang parkir atau berhenti di sepanjang badan jalan Flyover karena Flyover itu tidak disiapkan bukan untuk kendaraan yang berhenti. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan identifikasi hukum bagaimana efektivitas hukum itu berlaku dalam masyarakat. Kesimpulan adalah Implementasi Larangan Parkir Bagi Pengendara Kendaraan Bermotor Di Flyover Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 kurang efektif dan maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui peraturan tersebut, Kurangnya Sosialisasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dari Aparat Penegak Hukum, Kurang tegasnya Aparat penegak Hukum dalam menerapkan Sanksi Pidana, Serta Kurangnya Kesadaran Hukum Masyarakat itu sendiri. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Larangan Parkir Bagi Pengendara Kendaraan Bermotor Di Flyover Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan adalah Substansi Hukum, Struktur Hukum, Budaya Hukum dan Sarana atau Fasilitas dan masih terbatasnya sarana dan prasarana. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Implementasi Larangan Parkir Bagi Pengendara Kendaraan Bermotor Di Flyover Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan adalah bahwa ketentraman dan ketertiban lalu lintas adalah dengan membina saling membantu dan menolong diantara aparat penertiban dan masyarakat, dinas perhubungan dinas pekerja umum tanpa mengabaikan kepentingan masing-masing dalam rangka peningkatan ketaatan dan kepatuhan, dengan demikian harapan Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan dalam ketertiban lalu lintas dalam keadaan tenteram dan tertib di daerah dapat terwujud. Selain itu pelaksanaan penertiban, ketentraman dan ketertiban lalu lintas juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas umum, meningkatkan kesadaran hukum, Menambah Jumlah Personil Kepolisian di lingkup lalu lintas serta Tindakan represif

    PENAPISAN STREPTOMYCES DARI RIZOSFER JAGUNG UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI

    Get PDF
    Produksi jagung dipengaruhi oleh perkembangan hama dan penyakit tanaman. Salah satu masalah dalam meningkatkan produksi jagung nasional adalah cekaman lingkungan biotik dan abiotik berupa gangguan hama dan penyakit, salah satunya adalah penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis. Gejala dimulai adanya klorotik pada daun, tulang daun dan warna daun pucat, tanaman kerdil dan tidak dapat melangsungkan proses tumbuh sehingga tidak menghasilkan buah. Beberapa hasil usaha pengendalian yang dilakukan mulai dari perlakuan rindomil sampai pemakaian pestisida lainnya masih belum efektif hingga sehingga diperlukan upaya lain, yaitu salah satunya dengan penggunaan mikroba tanah Streptomyces spp. untuk ketahanan tanaman terhadap penyakit. Efektivitas Streptomyces spp. untuk pengendalian penyakit di tanah disebabkan oleh mekanisme antibiosis dan menginduksi ketahanan tanaman. Perlakuan disusun dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), perlakuan terdiri dari 4 isolat Streptomyces spp. dan 1 kontrol, serta 3 kelompok. Satu unit percobaan terdiri dari 1 petak tanaman jagung 5 x 2 m2. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, serta penurunan penyakit bulai. Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa penggunaan empat isolat Streptomyces spp. dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, namun hanya dua diantara empat isolat Streptomyces dapat menurunkan intensitas penyakit bulai jagung melalui pengimbasan ketahanan terhadap penyakit. Jika dihubungkan antara pertumbuhan dan hasil tanaman dengan penurunan penyakit, maka perlakuan terbaik adalah Streptomyces spp. isolat Lingkar Barat dan isolat Surabaya

    STUDI PENGARUH PERLAKUAN PREHEAT DAN PWHT TERHADAP SIFAT MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA AISI 1017

    No full text
    Panas yang timbul pada proses pengelasan mengakibatkan sifat dan komposisi struktur material berubah, untuk mengurangi perubahan akibat proses pengelasan maka diberikan perlakuan preheat dan post weld heat treatment (PWHT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan preheat dan PWHT terhadap sifat mekanik sambungan las SMAW baja AISI 1017. Penelitian ini menggunakan bahan sheet type baja AISI 1017 dengan ukuran tebal 6 mm, lebar 20 mm dan panjang 200 mm. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan las shielded metal arc welding (SMAW) dengan jenis elektroda E6013. Perlakuan yang dilakukan pada raw material, material las, preheat temper 80°C, preheat temper 90°C, PWHT temper 650°C, PWHT annealing 900°C dengan holding time selama 30 menit. Hasil pengamatan struktur mikro pada spesimen menunjukkan bahwa pada daerah logam las, HAZ, dan logam induk dihasilkan struktur perlit dan ferit. Hasil pengamatan pada spesimen perlakuan PWHT annealing 900°C memperlihatkan butiran ferit dan perlit lebih seragam dibandingkan dengan spesimen lain. Hasil pengujian kekerasan pada spesimen pengelasan menunjukkan nilai kekerasan tertinggi di daerah logam las sebesar 84,37 HRB pada spesimen material las dan terendah sebesar 66,43 HRB pada spesimen PWHT annealing 900°C yang mengalami penurunan kekerasan sebesar 21,26%. Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa tegangan tarik tarik baja AISI 1017 pada spesimen raw material adalah 390 MPa dan tegangan tarik maksimal pada pengelasan sebesar 333,68 MPa pada spesimen material las. Regangan maksimal terjadi pada perlakuan PWHT annealing 900°C sebesar 18,50% yang menandakan material tersebut bertambah ulet

    Efektivitas Penambahan Serum Sapi Pesisir Fase Berahi terhadap Pematangan Oosit Kerbau secara In Vitro

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase oosit kerbau yang matang dalam media TCM-199 yang disuplementasi serum sapi pesisir Fase berahi secara in vitro. Selanjutnya untuk meningkatkan efisiensi produksi embrio in vitro pada ternak kerbau dengan suplementasi serum sapi pesisir Fase berahi. Oosit ternak kerbau dimatangkan dalam media TCM-199 pada inkubator Co2 5% dan masing-masing perlakuan ditambahkan serum sapi pesisir Fase berahi dengan konsentrasi yang berbeda (0%, 10% dan 20%). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase oosit kerbau yang matang tanpa penambahan serum sapi pesisir Fase berahi, persentase oosit yang matang dengan penambahan serum sapi pesisir Fase berahi 10 % dan persentase oosit kerbau yang matang dengan penambahan serum sapi pesisir Fase berahi 20 % secara in vitro. Persentase oosit kerbau yang matang dengan penambahan serum sapi pesisir Fase barahi sebanyak 20% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) yaitu 70.04% bila dibandingkan dengan pematangan dengan penambahan serum sapi pesisir 10% yaitu 56.00 % dan tanpa serum sapi pesisir Fase berahi yaitu 36.96% secara in virto. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi serum sapi pesisir Fase dengan konsentrasi 20% dalam media pematangan TCM-199 nyata (P<0.01) meningkatkan tingkat maturasi oosit kerbau secara in vitro dibandingkan dengan penambahan serum sapi pesisir Fase berahi 10% dan tanpa penambahan serum sapi pesisir (kontrol). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase oosit kerbau yang matang dalam media TCM-199 yang disuplementasi serum sapi pesisir Fase berahi secara in vitro. Selanjutnya untuk meningkatkan efisiensi produksi embrio in vitro pada ternak kerbau dengan suplementasi serum sapi pesisir Fase berahi. Oosit ternak kerbau dimatangkan dalam media TCM-199 pada inkubator Co2 5% dan masing-masing perlakuan ditambahkan serum sapi pesisir Fase berahi dengan konsentrasi yang berbeda (0%, 10% dan 20%). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase oosit kerbau yang matang tanpa penambahan serum sapi pesisir Fase berahi, persentase oosit yang matang dengan penambahan serum sapi pesisir Fase berahi 10 % dan persentase oosit kerbau yang matang dengan penambahan serum sapi pesisir Fase berahi 20 % secara in vitro. Persentase oosit kerbau yang matang dengan penambahan serum sapi pesisir Fase barahi sebanyak 20% menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) yaitu 70.04% bila dibandingkan dengan pematangan dengan penambahan serum sapi pesisir 10% yaitu 56.00 % dan tanpa serum sapi pesisir Fase berahi yaitu 36.96% secara in virto. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi serum sapi pesisir Fase dengan konsentrasi 20% dalam media pematangan TCM-199 nyata (P<0.01) meningkatkan tingkat maturasi oosit kerbau secara in vitro dibandingkan dengan penambahan serum sapi pesisir Fase berahi 10% dan tanpa penambahan serum sapi pesisir (kontrol)

    Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Sapi Peranakan Simmental pada Suhu 5ºc dengan Penambahan Cairan Oviduct

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penamban cairan oviduct terhadap kualitas spermatozoa cauda epididimis sapi peranakan simmental sesudah ekuilibrasi pada suhu 5°C meliputi persentase hidup, motilitas dan abnormalitas. Cauda epididymis sapi peranakan simmental diperoleh dari Rumah Potong Hewan Kota Solok dengan umur berkisar 3-4 tahun yang dikoleksi menggunakan metode slicing dan dievaluasi secara mikroskopis. Semen diberi perlakuan cairan oviduct P1 (0%), P2 (10%) dan P3 (20%) dengan waktu ekuilibrasi 4 jam. Setelah diekuilibrasi, dilakukan evaluasi persentase hidup, motilitas dan abnormalitas spermatozoa. Hasil penelitian persentase hidup spermatozoa pada masing-masing perlakuan adalah P1 (60,16±2,71%), P2 (78,83±6,83%) dan P3 (71,33±13,42%). Motilitas spermatozoa masing-masing perlakuan P1 (58,33±3,38%), P2 (72,25±9,11%), dan P3 (67,25±9,47%). Abnormalitas spermatozoa pada masing-masing perlakuan adalah P1 (11,91±0,91%), P2 (11±1,26%) dan P3 (11,66±0,93%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan cairan oviduct 10% berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap persentase hidup dan motilitas spermatozoa cauda epididimis sapi peranakan Simmental
    corecore