PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGUATAN BUMDES TERNAK AYAM DI DESA LOMAYA

Sebagian masyarakat Desa Lomaya memiliki profesi sebagai peternak ayam. Di dalam usaha ini peternak ayam di Desa Lomaya menjual telur dari usaha ternaknya. Usaha berternak ayam di desa ini memiliki kendala berupa kurangnya mintat pembeli terhadap hasil ternaknya yaitu telur, hal ini dikarenakan kurangnya nutrisi pakan yang diberikan oleh peternak. Berangkat dari masalah tersebut masyarakat di Desa Lomaya perlu di berdayakan dan membutuhkan pendampingan sosial. Sehingga kegiatan pengabdian kali ini bertitiktolak pada pemberdayaan masyarakat melalui penguatan BUMDES ternak ayam petelur. Sehingganya metode yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut melalui observasi awal/masalah, Forum Group Discussion, pendidikan masyarakat, difusi iptek dan pelatihan. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa dalam membangun kemandirian pangan berbasis pemberdayaan masyarakat melalui penguatan BUMDES. Memberikan pengetahuan atau cara-cara baru dalam mengembangkan pakan bagi peternakan ayam lebih terarah dalam usaha peternakannya meningkatkan hasil dan mengatasi masalah-masalah atau kegagalan, mau menerima cara baru yang lebih berdaya guna dan berhasil

PENERIMAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) PADA KOMUNITAS ADAT TERPENCIL(KAT) DI DESA SARIPI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

Program Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang pada intinya ditujukan untuk menjarangkan tingkat kelahiran dan kehamilan serta menciptakan kesehatan antara ibu dan anak terutama bagi masyarakat yang memiliki usia produktif. Adapun faktor yang mendorong penerimaan Program Keluarga Berencana pada Komunitas Adat Terpecil yaitu: (1) tingkat pendidikan Pasangan Usia Subur (PUS), (2) pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap program Keluarga Berencana (KB), (3) tingkat pendapatan Pasangan Usia Subur (PUS), (4) usia perkawinan Pasangan Usia Subur (PUS), (5) pandangan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang jumlah anak yang dimiliki, (6) pandangan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang pembatasan jumlah anak dari segi adat dan tradisi setempat, (7) pandangan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang pembatasan jumlah anak dari segi agama yang dianut, (8) usia isteri pada saat perkawinan dan sistem pelayanan petugas Keluarga Berencana setempat

PEMBERDAYAAN DAN PENDAMPINGAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Suatu Kajian Teortis)

Sejalan dengan semangat paradigma pembangunan di era otonomi yang mengakui kesetaraan proporsi sektor masyarakat dengan sektor negara dan swasta sebagai stakeholders pembangunan, maka aksi-aksi pemberdayaan masyarakat menjadi signifikan dilakukan. Hal ini disadari keyakinan jika masyarakat menunjukan tingkat emansipasi yang tinggi dalam segala kegiatan pembangunan, maka secara tidak langsung mereka telah memperkuat kemampuan bangsanya sendiri dalam menghadapi dinamika perubahan pada lingkup regional maupun global. Dari sini upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seharusnya menjadi bagian integral dari upaya suatu bangsa dalam rangka memperbaiki tingkat inisiasi, peran serta atau partsipasi dan emansipasi para warganya dalam program pembangunan

PERUBAHAN SOSIAL KULTURAL MASYARAKAT PEDESAAN (Suatu Tinjauan Teoritik-Empirik)

Masalah perubahan sosial kultural telah menjadi topik pembicaraan yang menarik, bukan saja para ahli ilmu kemasyarakatan, bahkan di kalangan masyarakat luas. Lahirnya kesadaran akan pentingnya pengkajian terhadap masalah perubahan sosial kultural, terutama setelah masyarakat menyaksikan suatu kenyataan bahwa kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mendorong untuk melakukan kajian secara konsepsional. Perubahan sosial kultural dalam masyarakat tidak terfokus dalam kehidupan masyarakat kota, akan tetapi masyarakat desa juga telah banyak mengalami perubahan maupun perkembangan sebagai akibat dari introduksi teknologi, komunikasi, tranportasi dalam tatanan kehidupan masyarakat luas. Kata-Kata Kunci : Perubahan Masyarakat Pedesaa

Pengaruh Persepsi Komponen Keberlanjutan Fisik Terhadap Tingkat Kebahagiaan Warga Kampung Sukun Dan Kampung Arab Kota Malang

Indeks kebahagiaan Indonesia dirilis pertama kali pada tahun 2013 yang dijadikan gambaran tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia. Indonesia termasuk negara yang menyepakati bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan pembangunan masa depan karena pencapaian tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia didukung oleh beberapa indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan yang merupakan komponen utama dari konsep pembangunan berkelanjutan. Secara signifikan indeks kebahagiaan memiliki hubungan positif dengan pencapaian keberlanjutan, kota yang mengupayakan pembangunan secara berkelanjutan dapat memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakatnya untuk mencapai kebahagiaan. Penelitian ini melihat tingkat kebahagiaan warga Kampung Sukun dan Kampung Arab berdasarkan formula Badan Pusat Statistika, serta melihat persepsi warga dalam menilai keberlanjutan fisik kampungnya. Selanjutnya akan dinilai pengaruh persepsi komponen keberlanjutan fisik terhadap tingkat kebahagiaan warga Kampung Sukun dan Kampung Arab dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil perhitungan indeks kebahagiaan menunjukkan Kampung Sukun memiliki tingkat kebahagiaan sebesar 55,74 yang menunjukkan bahwa warga Kampung Sukun termasuk dalam kelompok bahagia. Kampung Arab memiliki tingkat kebahagiaan sebesar 58,98 yang menunjukkan bahwa warga Kampung Arab termasuk dalam kelompok kurang bahagia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa komponen fisik yang signifikan mempengaruhi tingkat kebahagiaan warga Kampung Sukun yaitu komponen compactness, komponen mixed land uses, komponen diversity, komponen greening, dan komponen passive solar design, sedangkan komponen fisik yang signifikan mempengaruhi tingkat kebahagiaan warga Kampug Arab yaitu komponen compactness, komponen mixed land uses, komponen density, komponen greening, dan komponen passive solar design

Clinical and demographic correlates of unilateral spatial neglect among community-dwelling Nigerian stroke survivors

Background: Unilateral Spatial Neglect (USN) is important sequelae of stroke which has been linked with poor clinical recovery. Its prevalence among post hospital discharge stroke survivors and clinical and demographic correlates of the USN have not been well documented. This study explored the occurrence of USN and its associated factors among Nigerian community-dwelling stroke survivors.Method: A descriptive research approach was employed in this study carried out at a Physiotherapy outpatient facility. Forty post-stroke individuals receiving physiotherapy on out-patient basis were screened for the existence of USN using the bells and star cancellation tests. Information on age, gender, stroke laterality, time after stroke and motor function assessed using modified motor assessment scale were also documented. Prevalence of USN was determined while differences in prevalence by demographic and clinical variables were analyzed using Chi-square and Mann Whitney U tests at P=0.05.Results: Neglect was observed in 15 (37.0%) stroke patients, with an almost equal proportion in both right and left hemispheric stroke. Among the demographic and clinical variables investigated, only gender and motor function were found to have significant association with USN. Conclusions: A considerable proportion of community-dwelling stroke survivors receiving physiotherapy as part of their rehabilitation program were observed to experience neglect, a disorder identified with prolonged rehabilitation efforts and poor outcome. Routine screening for existence or persistence of USN should be carried out for individuals who have suffered a stroke considering that its presence is associated with poor motor performance

Hajj Service Management to Increase Pilgrim Satisfaction from Gorontalo

The research aims to analyze and describe hajj service management to increase pilgrim satisfaction from Gorontalo. The research method was the mix method, a method that combined two methods, the qualitative and quantitative. Data were collected by questionnaire, interview, observation, and Focus Group Discussion (FGD) techniques. Informants were 14 hajj officials and 30 respondents consisting of 2014-2018 pilgrims. The findings were: First, hajj service management in Gorontalo was started by: 1) doing an open and systematic hajj official recruitment online, 2) performing hajj services, 3) monitoring and evaluating hajj services by studying field cases, and 4) conducting follow-up to improve and optimize the services; second, factors determining successful hajj services were: 1) management/hajj official commitment, 2) budget/human resource supports, 3) leadership commitment, and 4) pilgrim competence, to prevent any dependency showed by the pilgrims to each other, and third, average hajj satisfaction was 86.06%, consisting of: 1) services at Antara Hajj Embarkation, 2) administrative services, 3) health services, and 4) hajj transportation services. Besides, the evidence argued that when the pilgrims were in Mecca, the mo’duola (social solidarity) culture began to be abandoned and disappear due to their selfishness. Keywords: hajj service management, pilgrim satisfaction DOI: 10.7176/PPAR/9-6-09 Publication date:June 30th 2019

Implementation of Open JPTP Fulfillment Policy to Improve Leadership Competence the Area of Gorontalo Government (Case Study of Open Selection 2016)

The research aims to describe and analyze strategies and factors determining a successful implementation of open JPTP fulfillment policy to improve leadership competence in the area of Gorontalo Government. The research applied the qualitative method and the data collection techniques included observation, in-depth interview analysis, documentation study, and focus group discussion. Furthermore, data analysis technique used here was the interactive model analysis. The findings clarified that (1) A successful implementation of open JPTP fulfillment policy to improve leadership competence in the area of Gorontalo government was realized by conducting the planning, implementation, and monitoring strategies collaborated with a limited public debate and selected candidate performance assessment; (2) Factors determining a successful implementation of open JPTP fulfillment policy to improve leadership competence in the area of Gorontalo Government were the communication factor, implementing attitude factor, resource factor, bureaucracy structure factor, training factor, motivation factor, and Mololawalo culture factor. Keywords: Implementation, Policy, Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (Pratama Main Leadership Position) DOI: 10.7176/PPAR/9-6-03 Publication date:June 30th 201

THE SHACKLES OF POVERTY OF THE FARMERS IN THE ISOLATED AND VULNERABLE COMMUNITY

This study refutes Putnam's statement that people prefer to deal with people they know and can produce results in realizing their goals (Field, 2010, p. 3). Although the farmers in the Isolated and Vulnerable Community (Komunitas Adat Terpencil/KAT) do not only deal with people they know in the networking process, it seems that they are still unable to break the shackles of poverty. This study uses Putnam's social capital theory. The study utilizes a qualitative method with a case study approach. Data collection techniques were observation, interviews, and documentation. In-depth interviews were conducted with six informants selected through the snowball sampling technique. The results of the study show that the farmers in the Isolated and Vulnerable Community apply the bridging and linking strategies to support their farm. These strategies help the community to get capital only but do not help the community to break the shackles of poverty because of exploitation. In addition, the government seems unable to help the community because the capital they have is below the middlemen

STRATEGI RRC DALAM DINAMIKA KONFLIK DI LAUT CHINA SELATAN

South China Sea (SCS) dispute is a mater of seizure or claim of a teritory by some countries is inded a complicated problem. Conflicts involving China with some members of ASEAN have heated up. To improve relations with ASEAN, China through persuasive atitudes and actions. Due to liberalization strategy of China's politcal economy over SCS especialy to ASEAN. The suces of ASEAN over the last 50 years has made ASEAN a market share by the major powers that gave birth to a "rivalry". This research uses descriptive method and historical method, where the research is focused on the plan and action of liberalization of China's politcal economy to face the rivality of the major countries corelation with the dynamics of SCS conflict. The results of this research are: ASEAN suceded in maintaining peace of politcal security stabilty but diference of opinion related isue of sensitve SCS dispute become chalenge entering the next 50 years. SCS is actualy becoming OBOR's maritme silk line to Southeast Asia. Facing the rivalry of the big countries, China uses its economic card as a control over ASEAN. AIB as China's bargaining oportunity to ASEAN. So China can easily get rid of western influence and win ASEAN diplomaticaly. Keywords : China’s Strategy, South China Sea, Liberalization of Politcal Economy, Rivalry, Teritorial Claim